8

1.7K 321 27
                                    


"Ada apa denganku Kami-sama?" gadis itu menangkup pipinya, ia mengerutkan bibir berusaha menahan senyuman. Naruto bergulung dari sisi ranjang ke sisi lainnya.

Jari-jari lentiknya mengusap bibirnya seraya tertawa kecil. Sekelebat ingatan tadi pagi membuat Naruto layaknya gadis yang kasmaran, atau, memang itu yang ia rasakan sekarang.

Gadis itu mengubah posisinya menjadi telentang, sapphire nya menatap langit-langit.

"Bagaimana kalau Teme hanya bercanda?" Naruto menelan saliva karena pemikirannya.

Keraguan muncul, mereka sudah menjadi sahabat sejak lama mana mungkin Sasuke menyukainya, lagi pula seperti yang di katanya tempo hari kalau ia sudah memiliki tambatan hati.

"Apa yang kau pikirkan Naruto, tentu saja."

"Ahh aku tidak percaya ini, aku tidak ingin bertemu Sasuke." Ucap Naruto tertahan karena dia menutup wajahnya dengan bantal "lagipula aku masih menyukai Utakata, benarkan." Gumamnya.

Tok..

Tok...

Tok..

"Nona makanan sudah siap!"

Seruan dari luar kamarnya membuat gadis itu menatap jam yang menggantung di dinding.

"Jam tujuh, astaga tugasku belum selesai." Desah nya kemudian.

Seruan maid kembali terdengar "iya aku akan segera turun."

.

.

.

Pukul sembilan malam, Naruto masih merasakan lapar, kali ini ia menginginkan makanan makanan favorit nya. Kebetulan saat ia turun ada salah satu maid yang masih membersihkan peralatan dapur.

"Yura-san apa persedian ramenku sudah habis?" tanya Naruto sambil membuka setiap pintu lemari dapur.

Hingga pintu yang terakhir pun ia tidak menemukannya, yang ia dapat hanya jejeran toples bumbu dapur.

"Eh! itu saya lupa memasukkannya kedalam list bulanan, maafkan saya nona." Jawab maid bernama Yura itu panik.

'Pantas saja.'

Bibir nya mengerucut, perutnya sudah lapar, sejenak gadis itu berpikir

"Aku akan membeli ramen, katakan pada Iruka-san aku pergi sebentar." Ujarnya kemudian.

Yura terkejut "Tapi ini sudah larut nona, biarkan saya saja kalau begitu." Ia takut nonanya ada apa-apa dan ia akan dapat masalah besar.

Naruto memutar bola matanya malas "Aku tidak akan lama, jadi kau diam saja oke." Gadis itu berlalu pergi ke kamar tak mengindahkan larangan maidnya.
.

.

Gesekan sepatu dengan aspal menemani langkah Naruto, kacamata tebal sama sekali tidak menghalangi pandangannya saat melewati jalan yang sedikit gelap menuju supermarket yang hanya berjarak dua ratus meter dari rumahnya.

"Makan ramen di malam hari, emm aku tidak sabar." Gumam nya, tersenyum sendiri.

"Perbedaan suhu begitu terasa saat Naruto memasuki Supermarket, ia mengambil troli terlebih dahulu sebelum menuju rak yang sudah ia hapal tempatnya.

"Aku perlu pembalut." Ujarnya setelah menempatkan sepuluh cup ramen kedalam keranjang.

Kembali, Naruto mendorong belanjaannya menelusuri rak lebih dalam.

"Naruto!"

"Eh, apa yang kau lakukan?" 

Terkejut, dahinya berkerut bingung, menemukan Neji di antara jejeran benda khusus perempuan itu. 

Katakanlah ini sebuah keajaiban, ia bisa melihat temanya itu bersemu merah. Ia mendekat seraya tersenyum jahil.

"Kau, sedang apa?" Ujarnya mengulangi dengan nada mendayu.

"Berisik, lebih baik kau beritahu yang mana yang harus kubeli!" Ucap Neji mendesak, ia sudah kebingungan dari tadi, kalau saja ini bukan hal yang darurat ia tidak akan pernah mau. Memalukan.

Naruto tertawa tak bersuara, bagaimanapun ia tidak tega membuat Neji malu.

"Akan aku tujukan, kau memilih rak yang salah." Ajak nya yang masih tertawa.

"Hentikan tertawa mu, menyebalkan." Dengkus nya jengkel.

"Aye Nii-san."

"Kau tidak pernah berubah." Pemuda itu menjitak kepala kuning Naruto.

"Memangnya aku power rangers." Ujar nya polos.

"Aku akan bertemu Choji, kau mau ikut?" tawarnya pada gadis itu.

"Sepertinya aku tidak bisa, perutku sudah lapar." tolak halus Naruto, lagipula ia berjanji untuk keluar sebentar.

"Baiklah, aku akan mengantarmu." Naruto tersenyum sumringah, setidaknya ia akan lebih cepat sampai di rumah.
.

.

"Kami akan bertemu Sasuke esok kau bisa bergabung nanti." Tawar-lagi-Neji samar karena tertutup helm, sesaat setelah Naruto turun dari kendaraan nya.

"Akan aku pikirkan." Jawab gadis itu cepat, ia tidak akan datang, ia belum siap bertemu Sasuke.

"Baiklah, sampai jumpa." Ia melambaikan tangan ketika Neji melaju.

Naruto berbalik, ia bersenandung senang tak sabar ingin segera menyeduh makanan kesukaannya.

"Senang dengan apa yang kau dapat." Suara ketus familiar, membuat gadis itu terperanjat.

"Astaga Teme kau mengagetkanku." Sembur nya, menemukan Sasuke berdiri dibalik pagar.

"Apa maksudmu?" Tanya nya heran.

"Lupakan, ini dari Kaa-san," Jawab Sasuke menyerahkan kotak berukuran sedang pada sahabatnya "aku harus pergi."

Naruto memandang Sasuke bingung, tidak biasanya sahabatnya itu bertingkah seperti ini.

"Ahh apa yang kupikirkan, mungkin dia ada urusan." Monolog gadis itu, kemudian menutup pagar, perutnya sudah sangat lapar.

•••TBC•••

Ambigu (FemNaru)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang