4

4K 566 13
                                    


"Teme ayolah, malam ini saja."

"Sasuke." Naruto setengah merengek sambil tangannya tak henti menggoyang goyangkan lengan sang sahabat.

"Ayolah, Sasuke-ku yang tampan," bujuknya lagi dengan nada dibuat-buat.

Pemuda itu bergeming, ia memandang malas Naruto yang terus-menerus merengek meminta nya untuk menemani gadis itu pergi malam minggu.

"Hahh...berisik Dobe kau tidak lihat di luar sedang hujan," ujar Sasuke gemas sambil menunjuk kaca besar rumahnya. "Lagipula kakimu sedang sakit, lebih baik kau duduk manis menemaniku di sini," tambah Sasuke seraya menunjuk karpet dekat kakinya.

Siapa yang tidak kesal, niat awalnya ingin menghabiskan waktu berharganya dengan bersantai setelah kembali dari rumah si Pirang, sekarang gadis itu malah merecoki dengan hal yang tidak berguna pikir nya dongkol.

Mereka sekarang tengah berada di ruang keluarga, jam menunjukan hampir pukul tujuh malam, Sasuke yang melanjutkan membaca bukunya mencoba tidak menghiraukan Sahabat kuning yang terus merengek layaknya anak ayam.

Naruto mendelik sebal, oh ayolah  ia hanya ingin Sasuke menemaninya sebentar untuk pergi ke kedai Ichiraku, ramen yang Sasuke berikan tadi siang terasa belum cukup diperut, bahkan ia telah melupakan rasanya.

Hujan deras pun tidak akan menyurutkan semangat, lagi pula mereka bisa menggunakan mobil pikirnya masuk akal, ia tidak akan menyerah mau bagaimana pun ia harus mendapatkan ramen ichiraku malam ini.

"Teme."

"Sasuke." dengan wajah memelas, ia berusaha menarik perhatian sahabatnya yang seakan terjebak dalam dunianya.

"Tidak Dobe, kau bisa pergi saja sendirian, buku ku lebih penting dari itu." jawab Sasuke acuh, membuat Naruto dongkol seketika.

Gadis itu ingin sekali menghantamkan tongkat kruk pada kepala sahabatnya, ketika lagi lagi pemuda itu menolak ajakan nya.

"Ck, ya sudah aku akan pergi dengan Iruka Saja." putus Naruto setengah merajuk.

Dengan wajah merenggut ia meninggalkan Sasuke yang masih setia memusatkan fokusnya pada buku, Naruto membanting pintu cukup keras, menggema seisi rumah menghasilkan dengusan geli dari Sasuke.

.

.

.

Naruto menggeru tak karuan semenjak pulang dari rumah Sasuke, ia pastikan tidak akan menegur sahabatnya itu besok. Naruto sekarang berada di kamar bersiap-siap untuk pergi bersama Iruka, ia mengenakan celana jeans longgar setengah paha, memar pada kakinya mulai menghilang jadi ia tidak khawatir orang-orang akan memperhatikan, sebagai atasan ia memakai kaos putih polos, membuatnya tampak manis dengan rambut pirang yang digerai.

Merasa malas untuk berdandan, akibatnya ia hanya memakai bedak tipis dan lip gloss warna peach sebagai gantinya, walau bagaimanapun ia sebenarnya adalah gadis yang selalu memperhatikan penampilan, dibalik gaya nerd yang kerap ia tampakkan.

Naruto menyambar jaket yang tergantung di dinding untuk persiapan, berhubung udara sedikit dingin. Gadis itu berjalan cepat menuruni tangga, suaranya memantul di rumah nya yang selalu sepi, hanya para maid yang terlihat, sedangkan orang tuanya terakhir kali ia lihat satu bulan yang lalu.

Orang tua nya yang terlalu memikirkan pekerjaan, seakan lupa kalau mereka masih memiliki tanggung jawab lain yang lebih penting, Naruto selalu menggumam kata bullshits dalan hati ketika orang tuanya mengatakan alasan demi menjamin kehidupannya.

Di depan rumah, Naruto bisa melihat mobil sudah terparkir rapi, siap membawanya ketempat makanan para dewa pikir nya senang, kekesalan nya beberapa saat lalu seakan menguap ketika memikirkan ramen.

"Ayo Iruka-san kita harus cepat, aku sudah sangat lapar." Ucap Naruto mendesak setelah memasuki mobil.

"Pasang sabuk pengaman mu dulu Dobe." sebuah suara datar familiar, membuatnya sadar kalau yang berada di sampingnya adalah Sasuke.

"Tidak perlu memasang wajah menyebalkan seperti itu Dobe, aku hanya tidak ingin mendengar ocehan Kaa-san karena membiarkan mu pergi sendiri." terang Sasuke beralasan. Membuat gadis bersangkutan memutar bola mata nya malas, mendengar kata yang sering kali Sasuke lontarkan.

Pemuda itu telah duduk manis di kursi kemudi setelah memakaikan safety belt Naruto, sementara gadis itu tidak bisa berkata-kata apa lagi, terlalu pusing memikirkan sifat mengejutkan Sahabatnya. Cukup sering Naruto berpikir kalau sikap Sasuke terlalu protektif pada nya, tapi gadis itu senang karena ia berpikir itu adalah bentuk dari persahabatan Sasuke untuk nya.

Hening menyelimuti mereka, Naruto menyandarkan kepalanya pada pintu mobil, ujung telunjuknya mengetuk-ngetuk kaca karena bosan, perjalanan mereka masih cukup jauh, jalan yang di lalui cukup padat sehingga membuat perjalanan mereka sedikit melambat.

Matanya melirik Sasuke sejenak, mendapati sahabatnya yang memandang lurus ke depan. Terlalu lama diam membuatnya mengantuk.

"Sasuke," panggil nya sambil menguap lebar "bangunkan aku nanti, aku perlu tidur sebentar." tambahnya sambil memejamkan mata, ia menurunkan sedikit sandaran kursi untuk mencari posisi paling nyaman.

.

.

.

.

.

"Dobe bangun, kita sudah sampai."

Naruto terusik, gadis itu mengerang merasakan tepukan perlahan pada pipi. Kelopak nya membuka malas "sudah sampai." pasti nya, menatap Sasuke yang begitu dekat.

"Ayo Dobe, aku sudah memesan pada Teuchi-san."

Naruto bangkit perlahan, ia menyingkirkan jaket yang menyelimuti paha nya, pantas saja terasa panas, monolog nya dalam hati.

"Teme." gumam Naruto belum sadar sepenuhnya.

"Ck, perhatikan wajah mu Dobe." decak Sasuke, ia mengambil beberapa lembar tisu membersihkan liur di pipi Naruto.

Gadis itu menggumam tidak jelas, terlalu malas menanggapi Sasuke. Kemudian ia mengikuti Sahabatnya dengan setengah mengantuk.

•••TBC•••

Ambigu (FemNaru)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang