10

2K 312 12
                                    

Helaan napas Sasuke untuk yang kesekian kalinya terdengar, perasaan dongkol masih menyelimuti hatinya. Bagimana tidak, niat nya ingin mengajak Naruto makan siang hari ini, karean kebetulan sekolahnya libur hari ini dan Naruto pulang cepat.

Ia berdecak, semula rencana awalnya berjalan mulus, sampai ibunya menyeret kekasihnya itu ke dapur untuk mengajari gadis itu memasak. Walau ibunya tau kekasihnya itu tidak pernah menyentuh peralatan dapur sebelumnya.

Prang...

Sasuke menoleh dari sofa ruang tamu, itu adalah bunyi gaduh kesekian kalinya dari dapur, yang ia yakini ulah Naruto. Dia tidak bisa membayangkan benda seperti apa yang dibuat gadis itu nanti, kalau ia berada diposisi ibunya Sasuke pasti akan menyerah saja.

"Hah, aku sangat lapar Kami-sama." Ungkap Sasuke lemah, menepuk perut.

Manik hitamnya melirik jam, tengah hari lewat, waktu makan siang telah berjalan dua puluh menit. Astaga apa ibunya terlalu menikmati aktifitasnya, sehingga melupakan anaknya yang kelaparan di sini, tebak nya berlebihan. Kemudian ia akhirnya memutuskan untuk kembali ke kamar, lebih baik membaca buku untuk mempersiapkan ujian yang tinggal dua bulan lagi, atau yang lebih baik ia tidur.

"Kenapa tangga ini panjang sekali." Ia menggerutu, perut lapar membuat emosinya tidak stabil.

"Hah mimpi indah." Ia berusaha memejamkan mata sesaat setelah berbaring.

•••Π•••


Suara ketikan keyboard satu satunya suara di kamar Sasuke, jari jemari pemuda itu bergerak lincah mengetik kata demi kata pada laptop. Pemuda itu jadi sibuk sendiri dan mengabaikan Naruto yang bergulung-gulung di tempat tidur karena kebosanan.

"Teme aku bosan!"

"Teme kau mendengarku tidak."

"Sasuke astaga, apa kau tuli."

"Teme kau kenapa?" Suara Naruto terdengar heran, semenjak makan siang kekasihnya itu menjadi pendiam dari biasanya.

Naruto duduk tegak diatas kasur, matanya tidak pernah lepas dari Sasuke yang berada di meja belajar nya. Sepintas kemudian ia teringat sesuatu.

"Ano, Teme katanya Neji ingin kesini kapan?"

Cukup lama ia menunggu Sasuke masih belum menjawab pertanyaan nya.

"Untuk apa kau tau Dobe?"

"Dia tidak akan datang." Jawab Sasuke terdengar ketus.

Astaga sikap Sasuke lagi lagi aneh, menyebalkan. Bibirnya mengerucut, lebih baik ia mandi, badannya sudah terasa lengket.

"Mau kemana kau?"

"Dobe tetap ditempatmu!"

Naruto tidak menghiraukan, gadis itu terus melangkah keluar kamar meninggalkan Sasuke.

"Ck, kenapa aku menyukai perempuan seperti itu Kami-sama."

•••Π•••

Naruto POV

Ah segar nya, tidak sia-sia aku mandi dua jam lamanya. Melangkah keluar dari kamar mandi, dan menemukan Sasuke-lagi-, hey apa Sasuke berubah jadi seorang bodyguard jadi aku bisa menemukannya dimana aku berada. Untung saja aku sudah mengganti pakaian tadi.

"Kau membawa tugasmu kesini?" aku bertanya, pasalnya Sasuke tengah sibuk memelototi buku tebal, ia bahkan menghamburkan buku itu di atas kasur membuatnya berantakan.

"Hm, jangan ganggu aku Dobe, tugas ini harus selesai secepatnya." Aku mendengkus bukankah aku yang mengatakan kalimat itu.

"Kau mengesalkan, beri aku ruang Teme aku lelah." Dengan sekuat tenaga mendorong tubuh Sasuke, dia bahkan menghabiskan setengah ranjang dengan posisinya.

"Dosa apa yang kau buat, berat sekali." Dia bahkan tidak bergeser sama sekali.

Oke, aku menyerah, terpaksa aku berbaring di tempat yang tersisa.

Pacar sialan.

Author POV

Naruto berbaring dengan posisi telungkup, suasana yang sunyi membuatnya mengantuk. Ia tidak menghiraukan lagi keberadaan Sasuke, lebih baik ia mencoba tidur dari pada mengurus pemuda itu.

"Teme jangan macam-macam aku ingin tidur!" Naruto menampik tangan Sasuke yang merayap di bahunya.

Naruto tidak bisa melihat apa yang dilakukan Sasuke karena posisinya membelakangi pemuda itu.

"Dobe, kau mengabaikanku, aku tidak suka."

Dahi Naruto mengerut heran, perasaan kantuknya menguap seketika, apa ia tidak salah dengar, Sasuke baru saja merajuk layaknya anak kecil.

Naruto berbalik memastikan "jangan tertawa idiot, itu sama sekali tidak membantu." gerutu Sasuke.

"Aah kau lucu Teme, sudah lama aku tidak melihatmu seperti ini, terakhir kali kau merengek pada Hinata."

"Idiot." Sasuke memukul kepala kuning Naruto, membuat gadis itu meringis "lebih baik kau tidur." Ujar nya mendorong kepala Naruto yang terangkat.

Naruto berdecak, ia menarik sebelah lengan Sasuke sebagai bantal "Naruto aku tidak bisa menulis."

"Sstt...aku ingin tidur Sasuke jangan berisik."

•••Π•••

"Nii-san kau tidak jadi bertemu Sasuke." Neji mengalihkan agensi nya, ada Hinata di depan kamarnya.

"Tidak, katanya aku tidak usah datang biar dia sendiri yang mengerjakan semuanya." Jelas Neji terdengar senang.

Hinata mengangguk paham, "Ne Nii-san, terimakasih bantuanmu kemarin malam." Ujar gadis itu seraya berlalu.

Kalau saja tidak ada kakaknya waktu itu ia pasti sudah malu setengah mati di restoran keluarga Choji.

•••TBC•••

Ambigu (FemNaru)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang