IM YOONA - ENDING (1)

5K 319 24
                                    

IM YOONA

Setelah kembali ke Incheon, aku memutuskan untuk menemui kedua bossku. Mereka yang memperlakukanku dengan begitu baik selama ini. aku tidak ingin menjadi seseorang yang tidak bertanggung jawab, aku tidak ingin dicap sebagai orang yang tidak tau rasa terima kasih. Setidaknya memang aku harus berpamitan dengan mereka sebelum benar-benar meninggalkan Incheon – aniy – maksudku korea. Aku akan ikut appa dan eomma pindah ke tempat yang tidak akan bisa ditemui oleh keluarga choi lagi.

Nickhun oppa dan Yuri eonni, mereka berdua mengijinkan aku untuk pergi asalkan pilihanku membuatku bahagia. Mereka tidak akan memaksaku bertahan walaupun Yuri eonni tau aku mengandung keturunan keluarganya, aku tau mereka tidak meragukanku. Mereka lebih mengerti aku daripada dia. Tapi saat ini bagaimana pun pandangan orang lain terhadapku tidak ada pengaruhnya lagi, walaupun Yuri eonni mempercayai kandunganku itu adalah anak adiknya, tidak berpengaruh apapun lagi padaku. Karena dia, pria yang aku cintai tidak menginginkan aku lagi.

Sebelum melangkahkan kakiku meninggalkan rumah mereka, aku teringat sesuatu. Cek yang diberikan Tifanny padaku. Aku mengeluarkannya dari tasku dan menyerahkannya pada Yuri eonni.

"Samunim, ini milik tuan Choi. Dia meminta adik iparmu memberikannya padaku, bisakah samunim membantuku mengembalikan cek ini. aku bukan pembunuh" ujarku, ia mengenggam tanganku. "Apapun yang terjadi aku tidak akan membuang anakku, bukan dia yang salah. Semua ini salahku, aku tidak ingin menambah dosa lagi. aku tidak bisa membunuhnya. Tolong bantu aku katakan pada Tuan Choi, aku tidak akan pernah mengganggu putranya lagi" aku tidak bisa menahan airmataku, Yuri eonni memelukku dan menghapus air mataku.

Aku memutuskan untuk meninggalkan rumahnya, aku tidak ingin dia menemukanku berada disini, walaupun aku tau itu tidak mungkin. Karena 5 bulan yang lalu dia sudah memilih. Langkahku terhenti karena dia berdiri di depan rumah eonni. Ia membawa bungkusan dan berdiri membeku di tempatnya yang terpisah hanya beberapa langkah dariku. Aku masih saja begitu merindukannya, tapi dia bukan lagi milikku. Aniy, dia tidak pernah menjadi milikku hanya saja dulu aku masih bisa memeluknya jika aku merindukannya, tapi sekarang ia sudah membuat batasan itu.

Air mataku menetes mengingat betapa perihnya perasaanku ini. dia berada di dekatku tapi aku tak mampu mengapainya. Aku menunduk untuk menyembunyikan air mataku, aku tak sanggup menatap wajahnya.

Aku merasakan tubuhku tertarik ke dalam pelukannya.

"Aku mencintaimu, mencintaimu sampai aku akan mati saat kamu meninggalkan aku choi Yoona" ujarnya dan air matanya juga menetes membasahi rambutku. Aku terlalu terkejut dengan perlakuannya dan pernyataannya. Aku tidak sanggup memahami apa yang sedang terjadi sehingga aku tidak menolak pelukan itu dan juga tidak membalasnya.

"Oppa,," setelah semuanya nyawaku terkumpul lagi, aku memanggilnya

"Aku mencintaimu choi yoona, jangan pergi dariku lagi. Jebal" siwon melepaskan pelukannya dan tangannya menangkup wajahku, aku terpaksa harus menatapnya. Aku merindukannya. Wajahnya tidak tampak bersinar seperti dulu lagi, apa dia juga menderita. Tapi aku rasa tidak mungkin, mungkin saja semua hanya perasaanku saja.

"Aku tidak pernah meninggalkanmu oppa, kamu yang lebih dulu melangkah meninggalkan aku. Kamu yang menceraikan aku karena tidak percaya padaku" ujarku, memang kenyataannya dia yang mendorongku menjauh. Memaksaku untuk meninggalkannya.

"mianhae aku tidak percaya padamu tapi aku tidak menceraikanmu yoong a. Aku tidak pernah tau tentang surat cerai itu" ujar Siwon "Malam itu aku ingin memperbaiki semuanya tapi aku mendapat telepon dari jinri, dia sakit dan aku meninggalkanmu karena terlalu khawatir dengan jinri. Tapi ternyata aku dibohongi, putriku diperalat Tifanny untuk membohongiku. Aku sangat marah"

DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang