4 // T

7.4K 245 0
                                    

Tiba-tiba seorang laki-laki mengucapkan selamat malam. Ia bahkan memakai mic. Sepertinya dia MC dari acara ini. Apakah acara seperti ini memang memerlukan MC? MC tersebut lalu berbicara. Entah apa, aku tak begitu mendengarkan. Bukan karena aku tak menghargainya, tapi aku mendengar perkataannya di awal yang masih terngiang-ngiang di kepalaku. Pertunangan Kezia Tristiana Hendrawan dan Jonathan Alterio Wijoyo. Jadi, aku benar-benar akan menikah ya... Haha, aku bahkan tak tahu bahwa hari ini adalah hari pertunanganku. Ironis...

Acara pertunangan dimulai, lalu tiba saatnya ketika Om Delvin, juru bicara dari keluargaku, menanyakan kepada keluarga Nathan apakah benar bahwa aku adalah benar wanita yang dipilih untuk menjadi pendamping hidup Nathan. Tentu saja 'Ya' adalah jawabannya. Setelah itu, Ayah menanyakan Nathan kesiapannya untuk menjadi suami yang bertanggung jawab dan bijaksana serta siap menerima segala kelebihan dan kekuranganku. Nathan pun kemudian menyatakan kesiapannya.

Aku benar-benar merasa tidak enak. Orang tua kami masing-masing sepertinya sangat serius dan bahagia dengan adanya pernikahan ini. Aku tak boleh mengecewakan mereka. Aku memang lemah jika dihadapkan dengan orang tua, keluarga, atau teman. Aku tak pernah ingin melihat mereka sedih. Mungkin itu sebabnya aku sering dimanfaatkan oleh orang lain. Untungnya ada Andre dan sahabatku yang perempuan, Irma dan Xela yang selalu siap melindungiku.

Om Delvin lalu menanyakan apakah ada keberatan dari pihak orang tua maupun keluarga. Aku memandang ke arah tempat duduk Andre dan dia tidak ada di sana. Hm. Paling lagi ke toilet. Aku melamun hingga diumumkan bahwa Nathan dipersilakan untuk memasang cincin pada tangan kiriku. Aku bangkit berdiri dan Nathan mengambil cincin yang dibawa salah satu keponakanku, lalu menyematkannya di jari manis tangan kiriku. Aku benar-benar gugup. Kami kembali duduk dan acara dilanjutkan. Orang tua kami lalu berbicara tentang waktu dan tempat pernikahan.
"Kamu mau seperti apa acaranya sayang?" Tante eh maksudku Mama bertanya padaku.

"Eh- terserah Mama dan Bunda saja. Aku ikut saja." Aku memasrahkan seluruh acara kepada mereka. Sepertinya mereka terlihat senang sekali mengurus pernikahan ini, padahal yang menikah bukan mereka, tapi aku. Lebih baik memang mereka yang merencanakan semuanya.

Dan tentu saja mereka juga membahas tentang honeymoon. Nathan berkata bahwa ia tak bisa pergi dalam 6 bulan ini, mengingat ada begitu banyak pekerjaan yang harus ia lakukan karena akan menggantikan ayahnya. Jadi, honeymoon kami akan diundur hingga Januari 2018. Aku bernapas lega. Untung saja, aku tak kuat menahan rasa canggung nanti kalau berdua doang dengan dia. Mungkin kalau sudah saling mengenal walau sedikit, pasti tak akan begitu canggung... Ya kan?

Mereka menentukan bahwa waktu pernikahanku dan Nathan adalah tanggal 13 Agustus, sekitar 3 minggu lagi. Cepat sekali.

"Kamu gapapa kan Kezia, honeymoonnya diundur?" tanya Mama.

"Gapapa kok, Ma. Nathan kan, memang lagi banyak kerjaan."

"Kamu cepat-cepat hamil ya, Mama pengen gendong cucu. Nathan juga umurnya sudah tua. Harusnya cepat punya anak."

Perkataan Mama membuat wajahku merah padam. Nathan segera berkomentar.

"Mama, kita saja belum menikah."

"Tiga minggu lagi kan. Bunda sama Mama udah gak sabar ingin gendong cucu."

Sementara keluarga mengobrol, aku memandang ke sekeliling dan menemukan Andre di luar. Ia terlihat sedang menelepon. Huft. Pasti ia sedang menelepon Eliza. Pikiranku kembali kalut dan cemburu menguasaiku. Astaga. Aku benar-benar kurang ajar bukan? Aku sedang bersama calon suamiku tapi aku memikirkan seseorang yang bahkan bukan kekasihku. Hanya sekedar sahabat. Aku harus menyadarkan posisiku sekarang. Tak lama, Andre kembali ke tempat duduknya.

"Maaf Ma, tadi aku ada telepon dari kerja." kata Andre kepada Tante Miranda.

Mendengar itu entah kenapa beban di hatiku terangkat. Aku merasa lega. 'Kezia apa yang kau pikirkan?! Kau ini memang posesif sekali ya.' Well, memang aku posesif! Tapi setidaknya I keep it to myself. Aku kan juga tak bisa mengontrol perasaan ini. 'Ya, kau bisa. Kau saja yang tak mau.' Hah?! Baru saja aku sedang ingin perang batin dengan diriku sendiri, Kak Riana memanggilku.

"Hei, Kezia? Kau mau makan apa?"

Aku tersadar lalu memilih makanan. Aku juga baru sadar kalau perutku sangat lapar. Setelah makan, acara selesai dan kami pulang ke rumah. Tak kusangka bahwa dalam 3 minggu, aku akan menjadi istri seseorang. Aku menghapus makeup lalu memakai piyama. Aku berdoa sebelum tidur, lalu terlelap dengan memeluk guling kesayanganku.



A/N: Maaf chapter ini pendek. Semoga suka ya! Maaf kalo ada typo. Nanti bilang aja ya kalo ada typo. Boleh minta juga vote dan commentnya?? Makasihhhh 💕💕😘😘😘

27 Desember 2017

Melting My Husband's Cold Heart {ON HOLD}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang