3 // N

7.7K 299 5
                                    

Hatiku berdegup kencang. Aku memandang jalanan yang tampak ramai malam ini. Lampu-lampu telah dinyalakan dan seperti berlari di tengah kegelapan. Aku meremas ujung gaunku kuat. Aku gugup sekali. Sepertinya Kak Riana menyadari kegugupanku lalu memegang tanganku.

"Tenang saja. Kamu manis sekali Kezia. Calon suamimu pasti menyukaimu."

Aku berterima kasih pada Kak Riana. Rasa gugupku sedikit berkurang. Tak lama Ayah memarkirkan mobilnya di lahan parkir restoran. Aku menghela napas. 'Kamu pasti bisa Kez. Tatap ke depan dan senyum'. Kami pun masuk dan aku melihat begitu banyak orang. Wha... Mengapa banyak sekali orang? Restorannya pun sudah disulap menjadi penuh dengan hiasan-hiasan berwarna emas dan putih dengan aksen bunga. Aku juga melihat bahwa saudara-saudaraku ada di sini. Oh, astaga... Aku merasa ini adalah acara penting dan mereka tak memberitahuku. Aku mengekor keluargaku sambil melihat-lihat restoran ini. Benar-benar cantik. Aku tak melihat jalan di depanku dan menabrak seseorang sehingga aku jatuh. Aku menutup mata, pasrah karena aku akan mempermalukan diriku sendiri pada pertemuan pertamaku dengan keluarga Wijoyo, keluarga Nathan. Aku menunggu punggungku untuk mencium lantai, tapi anehnya aku tak kunjung merasakannya. Aku membuka mata dan tepat di depanku adalah jas seseorang berwarna hitam.

"Maaf, saya tidak memperhatikan jalan. Terima kasih. Anda tidak apa-apa?" Aku panik dan meminta maaf. Ternyata aku tidak jatuh karena seseorang telah memegang pinggangku. Aku lalu melihat wajahnya.

"Kezia?!"

"Andre?!"

Aku benar-benar tak bisa menyembunyikan perasaan kagetku. Andre?! Bagaimana bisa ia ada di sini?

"Bagaimana kamu bisa ada di sini?" Kami berdua berkata bersamaan. Aku bingung. Aku lalu melirik ke arah depan. Kak Riana memanggilku dengan tatapan dan tangannya yang melambai ke arahku.

"Eee, Andre aku harus pergi. Kita akan bicara nanti ya."

Andre ingin berbicara sesuatu tapi aku telah berjalan cepat menuju Kak Riana dan keluargaku. Aku menyusul mereka dan lalu kami sampai di meja bulat tepat di tengah-tengah restoran. Ayah dan Bunda lalu menyalami dan cipika-cipiki dengan pasangan yang sama-sama cantik dan tampan. Kutebak pastilah mereka Om Christo dan Tante Lia. Kak Riana dan aku juga ikut menyalami mereka. Ketika Tante Lia melihatku, beliau tersenyum senang.

"Kamu manis sekali, Kezia."

"Terima kasih, Tante. Tante juga terlihat sangat cantik."

"Ah, kamu bisa saja. Aduh, jangan panggil Tante. Kamu panggil Tante sekarang Mama dan Om Christo Papa ya."

"Eh, b- baik Ta- eh, Mama."

"Gitu dong. Nah, kenalkan ini Nathan. Walaupun sebenarnya kalian sudah kenal dari dulu."

Mataku memandang laki-laki yang sekarang berdiri di depanku. Rasanya aku ingin berteriak. Dia tampan sekali!!! Lihat kan, seberapa inginnya aku berteriak karena aku memakai tiga tanda seru. Rasanya sih sebenarnya ingin sampai seribu, tapi kasihan authornya nanti, hehe. Rambut hitamnya terlihat rapi, ia menyisirnya ke belakang. Sepertinya ia memakai hair gel. Tubuhnya tinggi dan tegap. Hidungnya mancung dan matanya yang berwarna hitam benar-benar merasukiku. Benar-benar cogan. Bagaimana mungkin laki-laki ini mau saja dinikahkan denganku yang jelek ini? Oh rasanya ingin mati saja.

Aku menyadari bahwa ia mengulurkan tangannya padaku. Aku menyambut tangannya dengan kaku.

"Nathan."

"Kezia."

Setelah itu kami melepas tangan masing-masing dan duduk. Orang tua kami saling bercengkerama dan aku hanya bisa melototi buku menu. Masakan di sini namanya bikin pusing saja. Apalagi harganya... Sepertinya mereka benar-benar orang kaya. Pasti mereka tak pernah makan nasi uduk di pinggir jalan. Maksudku, aku juga tak pernah, tapi aku sering beli, hehe. Aku selalu minta bungkus karena aku makannya di kamar sambil membaca Wattpad. Tapi aku sering makan mie ayam di pinggir jalan juga kok, sama Andre. Oh iya, Andre. Kok bi-

"Halo Christo, Lia." Seseorang tiba-tiba menyapa Om Christo dan Tante Lia. Betapa terkejutnya aku ketika melihat Om Michael dan Tante Miranda berada di sini. Pantas saja ada Andre. Oh iya, Andre itu anak Om Michael dan Tante Miranda. Aku menatap mereka bingung.

"Michael, Miranda. Darimana saja kalian?" Tante Lia bangkit dari tempat duduknya. Om Christo mengikuti tindakan istrinya. Mereka lalu, ya biasalah cipika-cipiki. Sementara mereka melakukan ritual pertemuan itu, aku melihat Andre di belakang mereka. 'Mungkin Om Michael dan Tante Miranda berteman dengan Mama dan Papa', pikirku. Setelah mereka bercipika cipiki dan bersalam-salaman, Tante Lia mengenalkan orang tua Andre pada orang tuaku.

"Michael, Miranda, ini Reza dan Fransisca, orang tua dari calon istri Nathan."

Orang tuaku dan orang tua Andre tersenyum. Lalu Bunda angkat bicara.

"Terima kasih Lia atas perkenalannya. Tapi kami sudah mengenal satu sama lain."

"Betul. Kezia dan Andre bersahabat, oleh karena itu kami saling mengenal."

Tante Lia terkejut dan tertawa. Semua orang tertawa di meja itu, ya tentu kecuali aku, Andre, dan Nathan. Kakak bahkan tertawa. Ya, aku juga tersenyum sedikit sih, hehe. Wow, aku banyak juga ya tertawa. Aku juga merasa kalau Om Christo dan Tante Lia adalah pasangan yang baik dan ramah. Untunglah.

"Jadi Riana yang akan menikah dengan Nathan? Wah cocok sekali, sama-sama cantik dan tampan. Kalau begitu kita akan memiliki besan yang sama Lia. Bagaimana menurutmu, apakah Kezia cocok dengan Andre?" Tante Miranda tertawa dan bahkan Om Michael tersenyum. Dan entah kenapa raut wajah Andre seperti lega? Entahlah. Mungkin hanya perasaanku saja. Eh, tapi tunggu dulu, mereka bilang Riana dan Nathan?

"Ya ampun Miranda. Kan kemarin sudah kubilang kalau calon istri Nathan itu namanya Kezia. Bagaimana kau bisa lupa?" Tante Lia menjawab Tante Miranda.

"Oh astaga. Maaf. Kau kan meneleponku saat sedang masak. Mana sinyal juga tak bagus. Jadi aku tak mendengar namanya. Yah. Sayang sekali ternyata sepupu Andre sudah bergerak cepat. Kalau saja tahu seperti ini mungkin aku bisa melamar duluan. Dunia memang kecil ya." Tante Miranda tertawa. Om Michael menggeleng-geleng kepalanya terhadap perkataan istrinya. Tapi masih bisa dilihat jelas sorot matanya yang lembut dan penuh kasih kepada sang istri. Aku melirik ke arah Andre. Aku tak bisa membaca raut wajahnya. Aneh, cepat sekali ia merubah raut wajahnya. Pasti ia berpikir akhirnya aku tak akan mengganggunya lagi saat bermesraan dengan Eliza. Ahhhhh!!! Mengapa kamu berpikir itu terus sih Kez! Sekarang dadamu sesak dan matamu ingin segera mengeluarkan air karena pikiran bodohmu itu! Cepat-cepat aku melupakan pikiran itu dan tersenyum. Ya, ini yang terbaik. Aku akan melupakanmu Andre. Aku harap kau bahagia.

A/N: aku minta tolong vote dan commentnya yaa!! Semoga suka ceritanya. Maaf kalo jelek.  Saranghae 💕💕💕 saran dan kritik boleh kok, tapi jangan marah-marah ya Xoxo 😘

Melting My Husband's Cold Heart {ON HOLD}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang