6 // P

7K 212 0
                                    

Hari ini Irma dan Xela datang ke rumahku. Aku sudah membeli banyak sekali makanan ringan dan minuman bersoda. Aku kan ingin mengenang masa lajang juga sebelum menikah, hehe.

"Wow, Kezia, kamu beli banyak banget. Pulang-pulang berat badanku naik, nih." kata Irma seraya masuk ke kamarku yang penuh dengan kantung belanja. Aku hanya tertawa menanggapinya.

"Kamu cepet banget sih dewasanya, kamu yang paling muda tapi kamu yang paling cepet nikah." ujar Xela sambil memelukku. Aku membalas pelukannya.

"GROUP HUG!" seru Irma yang ikut-ikutan memelukku. Aku kembali tertawa dan merengkuh kedua sahabatku erat.

"Kamu harus jaga pernikahanmu bener-bener ya, jangan sampai Nathan direbut orang lain. Atau kamu malah selingkuh. Kamu hanya menikah sekali, walau aku tahu ini perjodohan. Kamu mengucapkan janji sakral kepada Tuhan, dan kamu harus menepatinya." Irma memberiku nasihat. Aku mengangguk. Aku merasa bersalah karena tak mengundang mereka di pertunanganku. Tapi aku juga tak tahu kan, kalau itu pesta pertunangan. Aku juga telah memberitahu semua yang terjadi pada mereka tentang perjodohan ini. Aku memang bisa menolak, tapi selama ini aku merasa bahwa tujuan hidupku salah satunya adalah membahagiakan orang lain, termasuk orang tuaku. Memang aku sempat marah, tapi pada akhirnya aku menyetujui permintaan orang tuaku.

"Betul tuh. Kita ada di sini kok. Kalau ada masalah apa-apa cerita aja ke kita. Kita selalu ada buat kamu." Xela menimpali Irma. Aku menatap kedua sahabatku.

"Terima kasih, girls. Aku sayang kalian!" Aku memeluk mereka kembali. Aku terharu dan bahagia memiliki sahabat seperti mereka. Setelah menyelamati dan menggodaku karena sebentar lagi akan menikah, Xela hati-hati bertanya padaku.

"Kez... Apakah kamu masih menyukai Andre?"

Aku menghela napas.

"Aku... Aku bahkan lebih dari menyukainya, Xel. Aku rasa aku mencintainya. Tapi sebentar lagi aku akan menikah, jadi perasaan itu harus kukubur dalam-dalam kan? Aku juga tak mau menyakiti suamiku. Aku menghargai betapa sakralnya pernikahan itu dan aku tak mau merusaknya. Tapi rasanya susah sekali."

Aku juga menceritakan tentang peristiwa ketika Andre memelukku di butik.

"Kamu ini memang tak peka, ya." Irma berkomentar setelah aku selesai bercerita.

"Kamu tak tahu kalau A-" perkataan Xela terpotong ketika telepon pintarku berbunyi. Aku melihat bahwa Nathan meneleponku. Aneh. Aku lalu memberitahu sahabatku Nathan meneleponku dan mereka menyuruhku mengangkatnya.

"Halo?" Aku menjawab panggilannya.
"Apa kau sedang sibuk?"

"Em, tidak. Memang kenapa?"

"Bisakah kamu ke apartemen Andre sekarang? Andre mabuk parah. Bisakah kamu membeli aspirin? Aku harus menemaninya."

Aku kaget mendengarnya. Sudah lama sekali sejak ia terakhir kali mabuk. Tapi, kenapa Nathan malah meneleponku? Aku lalu menjawab aku akan segera ke sana, lalu menutup teleponnya.

"Ada apa Kez?" Xela bertanya padaku.

"Nathan bilang kalau Andre mabuk parah. Ia sedang ada di apartemennya. Nathan memintaku membeli aspirin karena Nathan sedang menemaninya. Kalian ikut?"

"Tak usah. Kami di sini saja. Aku yakin Andre hanya ingin kamu yang datang."

Aku menatap mereka aneh.

"Hah? Maksudmu?"

"Sudah, kamu pergi saja. Asal nanti kamu balik lagi. Hati-hati ya." Mereka berkata sambil mengambil makanan ringan.

"Benar tak mau ikut? Kalian gapapa kutinggal?"

"Iya. Udah sana. Aku mau baca Conan dulu." Irma lalu tiduran di tempat tidurku setelah mengambil komik dari lemari. Aku mengangguk lalu pamit pada mereka.

****
"Aneh, bukankah Nathan bisa meninggalkan Andre sebentar untuk membeli aspirin?"

"Entahlah. Mungkin ada sesuatu yang menyebabkan Nathan meminta Kezia datang ke sana."
****

Beberapa jam yang lalu di sebuah club di Jakarta.

Nathan dan sahabat-sahabatnya sedang menempati salah satu meja di bagian sudut club. Nathan sebenarnya tak suka tempat seperti ini, tapi sahabat-sahabatnya memaksa. Ia pun terpaksa masuk. Ia lalu menyadari sesosok laki-laki menghampiri meja.

"Hei, bro!" Andre memberinya pelukan pria (aku tak tahu namanya hehe). "Selamat ya, sebentar lagi lo udah punya istri." Andre memberi selamat dan tersenyum. Nathan menyadari bahwa senyuman Andre tak terlihat tulus, tapi ia membiarkannya.

Sudah dua jam Nathan berada di situ. Sahabatnya benar-benar senang sekali menggodanya. Sementara Andre terus menerus meminum minuman beralkohol. Nathan sebenarnya sudah berusaha menghentikannya, tapi Andre tak mau mendengarnya. Andre lalu meracau tak jelas. Nathan menghela napas.

*Eh, gue duluan ya. Nih si Andre udah mabuk berat. Untung dia gak bawa mobil."

"Hati-hati bro! Ah, sayang lu ga suka cewek-cewek di sini." Sahabat-sahabatnya tertawa. Nathan menggeleng kepalanya. Untung saja mereka sahabat Nathan, kalau tidak... Nathan lalu membopong Andre keluar dari club. Sahabat-sahabat Nathan tahu bahwa Nathan tak suka main wanita. Nathan bahkan belum pernah mencium wanita, kecuali ibunya tentu. Kalau ditanya, Nathan selalu menjawab bahwa ia hanya ingin mencium istrinya. Husband material banget ga sih?

Nathan menaruh tubuh Andre di sebelah kursi pengemudi. Ia lalu menempati kursi pengemudi dan mengarahkan mobilnya ke apartemen Andre.

"Kez... Kezia..."

Nathan mendengar Andre berbicara memanggil Kezia. Nathan bingung.

"Kezia siapa?"

Tanpa tersadar Nathan mengucapkan kalimat itu. Dan Andre ternyata mendengarnya.

"Kezia Tristiana Hendrawan lah, siapa lagi?" Andre menjawab pertanyaan Nathan.

"Kenapa dengan Kezia?" Nathan tak mampu menahan rasa penasarannya. Andre tak menjawab dan malah meracau aneh. 'Sepertinya dia benar-benar mabuk berat.' pikir Nathan.

"Kezia akan menikah..." Andre kembali berbicara.

Sambil fokus menatap jalan, Nathan membalas perkataan Andre.

"Memang kenapa? Dia sahabatmu kan?"

Andre tertawa. Nathan melirik ke arah Andre bingung.

"Sahabat? Hahaha." Andre tertawa kembali. Perkataan Andre selanjutnya membuat Nathan terkejut.

"Tak bisakah lebih dari itu?"

Nathan bisa mendengar nada penuh kesedihan di suaranya. Nathan tak membalas perkataan Andre. 'Apa Andre menyukai Kezia?' tanya Nathan dalam hati.

Nathan kembali membopong Andre ke apartemennya. Setelah ia membuka pintu apartemen dengan kartu yang ada di dompet Andre, ia membaringkan Andre di tempat tidur. Nathan melihat bahwa Andre berusaha bangun. Jelas sekali ia tak bisa membiarkan Andre sendirian. Ia bisa membuat dirinya sendiri terluka. Nathan memutuskan untuk menelepon Kezia.

A/N: Haiiii!! Maaf Chapternya pendek :( semoga suka ceritanya ya! Boleh minta vote dan commentnya?? Makasihhh 💕💕💕 Maaf kalau ada saltik Xoxo. Semoga besok bisa update lebih banyak, soalnya aku lagi tak enak badan :C

28 Desember 2017

Melting My Husband's Cold Heart {ON HOLD}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang