14 // G

6.4K 221 9
                                    

"Tidak u-" perkataanku terpotong oleh dering telepon pintar Nathan. Bisa kudengar ia menghela napas lalu mengangkat teleponnya. Biar kutebak. Dari suaranya yang serius sepertinya menyangkut pekerjaan. Aku akhirnya melanjutkan memasuki rumah.

Aku menenteng beberapa kantung plastik. Belanjaanku tidak begitu banyak, sih. Hanya heavy cream untuk membuat crème brûlée karena bahan lain sudah ada dan beberapa cemilan. Tadi Nathan menawari untuk membawakan, tapi ini kan tidak berat. Jadi tadi kutolak. Belum selesai berbicara sudah dipotong bunyi telepon. By the way, Apa aku buat sekarang saja, ya? Aku tiba-tiba jadi ingin juga. Ya sudah kubuat sekarang deh.

Aku menaruh belanjaanku di dapur lalu berjalan ke kamar untuk mengganti baju. Aku melepas baju dan celana jeans yang kupakai meninggalkanku bersama dalamanku.

"Hm, apa aku mandi dulu ya? Ah, nanti saja deh."
kataku berpikir sebentar lalu membuka lemari pakaian. Aku memilih kaus hitam polos dan celana abu-abu selutut. Baru saja aku ingin memakai celanaku aku dikejutkan dengan suara pintu yang dibuka.

"Kamu di sini?"

"MAS JANGAN MASUK!!!" aku segera menutupi diriku dengan celana yang sedang kupegang. Tapi sepertinya telat saudara-saudara. Aku bisa melihat Nathan terbelalak melihat kondisiku dan segera berbalik menutup pintu. Huaaa! Aku malu sekali! Cepat-cepat kupakai baju dan celanaku.

Aku berjalan ke dapur dengan muka memanas. Maksudku, ini baru pertama kalinya seseorang yang bukan keluargaku melihatku dalam keadaan seperti itu! Ya... Sekarang Nathan memang keluargaku sih, tapi kamu mengerti kan, maksudku? Dan aku juga tidak pernah memakai bikini, fyi.

Ah, lebih baik aku fokus memasak saja. Resep crème brûlée yang kuprint kupahami baik-baik. Aku mulai membuatnya.

Yeay! Akhirnya selesai dan tinggal didinginkan saja lalu buat karamelnya. Aku taruh crème brûlée yang belum jadi itu di meja supaya suhunya yang panas menurun ke suhu ruangan, lalu baru kumasukkan ke dalam kulkas. Semoga saja enak. Jam sudah menunjukkan pukul setengah 5 sore. Nathan sedang di ruang kerjanya kali ya? Kalau begitu aku mandi saja deh.

Selesai mandi aku berjalan ke ruang kerja Nathan. Kuketuk pintu di depanku.

"Mas?"

Tak ada jawaban. Kuulangi ketukanku tiga kali, tetap tidak ada jawaban. Kuputuskan untuk membuka pintu dan mengintip.

Kulihat Nathan sedang duduk dan menaruh kepalanya pada meja dengan lengannya sebagai alas. Betul sekali, dia tertidur. Pelan-pelan kumasuki ruangan itu dan mendekati Nathan.

Dari dekat aku bisa melihat wajah tertidurnya cukup jelas karena ia memiringkan kepalanya. Raut lelah menghiasi wajah tampan itu. Mimpi apa aku bisa dapat suami tampan seperti ini. Tapi dingin sih.

"Mas, bangun yuk. Tidurnya di kamar saja." kataku pelan sambil menepuk pundaknya.

Nathan terbangun dan mengerjapkan matanya beberapa kali.

"Mas, kalau mau tidur di kamar saja. Nanti badannya pegal-pegal lho, kalau tidur begitu."

Nathan mengangguk lalu bangkit keluar menuju kamar. Aku sendiri menjelajahi internet lewat gawaiku mencari resep makanan untuk dimasak.

Saat sedang membaca resep kreasi pasta, aku mendapat notifikasi chat. Kutekan notifikasi tersebut dan membaca pesan yang muncul. Ternyata notifikasi tersebut berasal dari grup chat Irma, Xela, dan aku. Nama grup chatnya? Jangan tertawa ya. Dugong Squad.

Irma Cahaya Putri
-Ini pengantin baru gimana kabar'e?
-Ada perkembangan?

Adelina Xela Kurnia
-ada sih pasti. Mana mungkin gak ada.

Melting My Husband's Cold Heart {ON HOLD}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang