2. First

115 28 63
                                    

Tak jauh dari dalam hutan darru

Srakkkk srakkk

Suara rumput di pijak cepat

Seorang wanita berlari tak tentu arah, seperti di kejar oleh sesuatu.

Karena baju yang ia gunakan, membuatnya susah untuk berlari di antara pepohonan. Tak lama kemudian ia terjatuh di atas rerumputan.

"Aduuh, baju sialan." Geram wanita itu. Memegang kakinya yang terluka.

Dan dari belakangnya

Tiba tiba

Dari balik semak muncul lah se ekor Rangkeng.

Sejenis mahkluk buas dari pegunungan. Berbadan besar, kuat, berotot. Memiliki cakar serupa beruang dan rambut panjang di kepala seperti seekor kuda.

Berwarna kecoklatan dengan taring panjang di mulut yang berselimut lendir hitam.

Ia melirik sang wanita itu yang tengah terduduk di tanah.

"Wanita cantik nan malang, andai kau tak mengusik makanan pagi ku tadi, mungkin bukanlah kau yang akan menggantinya," ucap sang Rangkeng sambil menggoreskan cakar tajamnya ke pepohonan.

Wanita itu hanya diam sebentar, kemudian tersenyum.

"Di ujung ajalmu kau malah tersenyum? Kau sungguh gila," heran sang Rangkeng sambil bersiap mengambil ancang-ancang untuk menerkam wanita itu.

"Aku sungguh merindukan saat-saat dimana mencicipi daging manusia adalah hal yang sering. Dan sekarang, candu ku berakhir padamu."

Dengan sekejap mata, sang monster buas itupun berlari dan menerkam sang wanita.

Akan tetapi, wanita itu dengan sigap dan cepat, mengambil pasir yang ternyata diam-diam telah ia garuk dari permungkaan tanah dan langsung melemparkannya tepat ke dua buah indra penglihatan Rangkeng

"Aaaahhhhk!"

Rangkeng itu berteriak. Ia tampak tak bisa melihat dengan jelas. Dalam keadaan yang seperti itu, amarah sang monster pegunungan memuncak. Ia dengan seluruh kekuatannya malah menyerang membabi buta tanpa tahu arah.

Setelah menyerang mata Rangkeng, dengan mudahnya wanita itu menghindar dan mengambil jarak sedikit jauh. Yang ia rasa aman dari serangan.

Cakar tajam rangkeng membelah mudah pohon-pohon tinggi Hutan Darru. Bersamaan pula dengan dorongan kekuatannya yang malah membuat pohon-pohon menjulang itu terjatuh.

Ia pun terhimpit oleh beberapa batang pohon akibat serangannya sendiri.

Tampak sang wanita yang melihat situasi itu dengan cermat langsung mengambil pedang di pinggangnya dan melompat sambil menghunuskan pedang itu ke arah Rangkeng.

Stap...

Darah Rangkeng menyemprot ke arah rerumputan hutan darru.

Sebuah busur panah hitam bersarang tepat di atas mata kanan Rangkeng.

Sang Rangkeng langsung mati tak bergeming.

"Gerakan yang bagus nona," ucap Talang dari atas pohon.

Ternyata, Talang telah menonton dan membidik sang monster raksasa itu sedari tadi.

"Siapa kau? Aku tak butuh pertolonganmu," kata wanita tadi menghadap ke arah Talang. Menyadari ada sosok yang ternyata memperhatikannya.

"Hah, Aaapaaa? Tak butuh pertolongan?" tanya Talang sambil mendekatkan telinga ke arah wanita itu seperti mengejeknya.

NUSANTARA : PRAJURIT LEMBAHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang