Flow menatap jalanan di depannya. Siang ini cuaca lumayan sejuk walaupun tidak sesejuk hatinya. Entah kenapa hati gadis itu mendadak risau semenjak kepergian Felix ke tempat kerja mereka. Padahal ia sendiri sudah berpesan kepada sang kakak untuk tidak membalas perbuatan Daren terhadap dirinya semalam. Sebagai imbalannya Flow juga akan menuruti perintah Felix untuk tidak pergi ke kampus hari ini dan akan beristirahat sampai sembuh total.
Namun, ia tidak bisa percaya begitu saja terhadap sang kakak. Takut jika Felix mengelabuhinya dan malah membuat masalah di sana. Sungguh, ia tidak ingin berurusan lagi dengan Daren. Cukup semalam saja ia bertemu Daren untuk pertama dan terakhir kalinya sejak empat tahun lalu. Bahkan, ia sudah berniat untuk berhenti bekerja dari sana setelah gajinya keluar besok.
Flow tidak ingin memberikan celah pada lelaki itu untuk menghancurkan hidupnya lagi sekalipun Flow tak bisa melawan, tetapi ia bisa menghindar. Ya, Flow akan berusaha menghindar semampunya. Walaupun nanti Daren akan tetap bisa menjangkaunya, paling tidak ia sudah berusaha.
Gadis itu menyentuh keningnya yang masih dibalut dengan kain kasa, lalu tersenyum simpul. Ia ingat betul kejadian semalam. Walaupun Nic terang-terangan menunjukan ketidak sukaan padanya, tetapi lelaki itu masih mau membantu Flow mengobati lukanya, bahkan sampai mau repot-repot mengantarkannya pulang ke rumah. Kejadian tersebut membuat Flow ingin kembali percaya diri. Namun, sepertinya itu hanya akan menjadi angan karena lelaki itu tak mungkin mau memberikan kesempatan kepada seorang pengkhianat.
Flow memegang perutnya yang kembali berbunyi. Sebenarnya ia sudah menahan lapar sejak tiga jam yang lalu. Namun, kali ini ia sudah tidak bisa menahannya lagi. Peliharan di perutnya sudah meronta meminta asupan.
Flow memang sengaja tidak sarapan agar hari ini ia cukup makan dua kali saja. Siang dan malam. Persediaan makanan mereka sudah menipis dan Flow sudah tidak memiliki uang lagi untuk membeli makanan.
Gadis itu beranjak masuk ke dalam rumah, lalu melirik jam sebentar yang ternyata sudah menunjukkan pukul dua siang. Pantas saja perutnya sudah keroncongan. Ia pun bergegas ke dapur, kemudian memasak sebungkus mie instan.
Kakak beradik itu memang tidak pernah menyetok bahan makanan di kontrakan mereka karena tidak ada kulkas disini. Mereka hanya akan menyetok telur dan mie instan saja. Karena bekerja di restoran, makan siang dan malam mereka di tanggung pihak restoran. Bahkan tak jarang mereka membawa pulang makanan sisa yang masih bisa dimakan, tetapi tidak bisa dijual lagi untuk sarapan di hari esok. Hal tersebutlah yang membuat kedua saudara kandung itu menyetok makanan seadanya.
Flow bersyukur sekali bisa bekerja di sana. Selain gajinya yang lumayan, mereka juga mendapat makanan secara gratis sehingga Flow tak perlu pusing mengatur pengeluarannya. Selama ini gajinya hanya digunakan untuk keperluan kuliah saja, lalu sisanya ditabung. Untuk kontrakan, biaya rumah sakit Tania dan segala hutang piutang, Felix lah yang menanggung.
Gaji Felix memang agak lebih tinggi dibanding Flow. Itu karena Felix berprofesi sebagai koki, sedangkan Flow hanya pelayan biasa. Terkadang Flow merasa tidak enak pada Felix yang terlalu banyak menanggung beban. Pernah sesekali ia memberikan sedikit gajinya untuk membantu Felix membayar kontrakan rumah, tetapi lelaki itu malah menolaknya mentah-mentah.
"Uang Abang masih ada. Kamu simpen aja uang kamu buat kuliah."
Begitulah kalimat yang dilontarkan Felix saat Flow hendak membantunya. Beruntung saat penagih hutang kemarin datang Felix tidak ada di rumah sehingga Flow lah yang membayar walaupun dengan uang terakhirnya. Gadis itu hanya berharap agar Felix tak menyadari hal tersebut. Jika Felix sampai tau, kakak lelakinya itu pasti akan marah dan mengganti uangnya secara paksa.
Flow membawa hasil masakannya ke ruang tamu. Tidak ada kursi ataupun sofa di sini. Flow sudah terbiasa duduk di lantai. Ia menyantap makanannya dengan lahap. Walaupun hanya mie instan tanpa telur, makanan ini sudah cukup lezat bagi seorang pekerja yang sedang berada di tanggal tua.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angin & Daun
RomanceFlow sadar, kesengsaraan yang ia alami sekarang adalah tuaian dari apa yang pernah keluarganya tabur di masa lalu. Ayah di penjara, ibu di rumah sakit jiwa, hutang dimana-mana, bahkan harus merasakan bagaimana orang yang dicintai ikut membencinya. L...