Jooheon duduk menyandarkan punggungnya pada dinding. Tangan kanannya menggenggam suatu benda kecil berkilau bertuliskan namanya
Cincin pernikahan milik Changkyun.
Jooheon menatap cincin itu dengan pandangan kosong kemudian menyentuh keningnya.
Hangat.
Sentuhan lembut itu masih membekas di kening Jooheon meskipun sudah beberapa jam berlalu.
Keputusan yang diambil secara sepihak oleh Changkyun membuat Jooheon tidak bisa mengatakan apapun. Bagaimanapun juga disini Jooheon yang salah dan Changkyun sudah terlalu banyak mengorbankan perasaannya sendiri.
Di satu sisi Jooheon merasa lega karena akhirnya bisa terbebas dari pemuda yang menurutnya tidak dikenalnya itu. Lega karena dirinya maupun Changkyun sekarang bisa menjalani hidup masing-masing sesuai keinginan mereka.
Tapi kenapa hatinya tidak rela? Kenapa hatinya berkata untuk tidak melepaskan pemuda itu?
Jooheon mengacak rambutnya, frustasi dengan keadaannya sekarang yang seperti orang bodoh yang tidak tahu apapun.
"Bodoh! Kau bodoh Lee Jooheon! Kenapa tidak bisa mengingat satupun tentang Changkyun?"
Dan malam itu, Jooheon menggunakan waktunya untuk merutuki kebodohannya dan juga berusaha mengingat sesuatu tentang Changkyun yang sama sekali tidak membuahkan hasil.
***
"Kyun? Bagaimana perasaanmu?"
Kihyun duduk di tepi ranjang, di samping Changkyun sambil sesekali mengusap kepala pemuda itu dengan lembut.
"Aku merasa lebih baik, hyung. Wonwoo dimana?"
"Wonwoo sedang membuat bubur untukmu."
Changkyun mengangguk kemudian keadaan hening sejenak sebelum Kihyun bertanya.
"Hubunganmu dengan Jooheon.... bagaimana?"
Tubuh Changkyun sempat menegang namun hanya sebentar sebelum pemuda mungil itu merileks-kan tubuhnya.
"Aku mengakhirinya."
Mata Kihyun membulat.
"Apa alasanmu Kyun?"
Changkyun menghela nafasnya kemudian meremas jari-jari mungilnya.
"Aku merasa ini semua sia-sia, hyung. Jooheon tidak akan mengingatku jadi yah... aku memilih untuk melepasnya."
"Tapi Kyun, kau yakin akan baik-baik saja?" Kihyun memandang Changkyun dengan perasaan khawatir, terlebih lagi saat Changkyun menggelengkan kepalanya.
"Aku pasti tidak akan baik-baik saja hyung. Tapi aku juga tidak bisa hidup dengan terjebak kenanganku sendiri jadi aku lebih memilih untuk melangkah sendiri."
"Kau tidak sendirian Kyun." Suara lembut Wonwoo membuat Changkyun dan Kihyun menoleh ke arah pintu.
"Eum, Wonwoo benar. Kau masih punya kami kan? Jadi jangan katakan kalau kau sendiri, hm?" Ucap Kihyun sambil mengusap lembut rambut Changkyun disusul Wonwoo yang merangkul Changkyun.
Mata Changkyun berkaca-kaca namun tetap ditahan. Oh ayolah, kenapa harus menangis jika punya sahabat seperti Wonwoo dan Kihyun?
"Ne, terima kasih banyak, hyung, Won."
***
"Ya, Lee Jooheon! Kau tidak mendengarkanku?" Mingyu mendecak sebal ketika penjelasannya yang panjang lebar mengenai jadwal Jooheon hari ini, terabaikan begitu saja karena Jooheon asyik dengan dunianya sendiri- melamun.