Lima menit berlalu dengan canggung setelahnya. Vanya yang masih merasa tidak enak terhadap Sira mengamati perempuan itu dengan pandangan bersalah. Vanya mengerti, sulit bagi Sira menerima keadaannya sekarang.
Ia pernah terluka terlalu dalam karena Dion dan akan sangat sulit bagi Dion untuk menyembuhkan luka yang telah lelaki itu torehkan. Tapi sebagai sahabat, Vanya hanya ingin Sira menemui kebahagiaannya. Sira berhak dicintai, dan Dion berhak mendapatkan Sira setelah penantian panjangnya.
Mungkin ini hanya masalah waktu. Tentang waktu yang membuat Sira pelan-pelan menerima keberadaan Dion. Pun tentang waktu yang pelan-pelan menempatkan Dion di hati Sira.
Namun, untuk yang satu ini- Vanya benar-benar tidak menyangka Tante Sani begitu nekat datang ke rumah Sira.
Sira sendiri kelihatan sangat gugup. Jelas sekali, ia merasa tak nyaman duduk di ruang tamu rumahnya sendiri. Tangannya memainkan ujung roknya dengan canggung. Di hadapan Sira, Vanya duduk dengan sama canggungnya dan Tante Sani yang masih setia tersenyum.
Aku harus apa? Teriak Sira membatin. Ia tak pernah suka suasana canggung begini. Apalagi terjebak di dalamnya dengan orang yang tak ia sangka-sangka, Mami Dion.
Perempuan berumur yang masih terlihat anggun di waktu senjanya. Perempuan yang melahirkan Dion, perempuan yang membantu hidupnya selama ini. Pemilik yayasan tempat Sira mengajar , mengingat itu membuat Sira merasa malu dan marah. Selama ini, secara tak langsung Dion yang menafkahi ia dan Syifa. Sira tertawa miris dalam hati.
Sepertinya semesta selalu membuatnya tak berdaya.
"Sira aslinya lebih cantik yah dari pada yang di foto" Tante Sani tersenyum lagi. Secara tak langsung menunjukkan kalau ia mengenal Sira melalui fotonya.
Sira balas tersenyum, dengan kikuk. Selain karena Tante Sani adalah ibu Dion, senyum Tante Sani juga sehangat senyuman ibunya, dulu. Tentu saja, sebelum keadaan berubah buruk dan ia- ah sudahlah. Mengingat yang dulu hanya menggores luka lama.
"Makasih, tante" senyum Sira canggung, nampak aneh. Tapi mami Dion sepertinya tak mau ambil pusing, dia malahan tersenyum makin lebar dan menggumamkan kalimat yang berhasil membuat Sira syok.
"Jangan panggil Tante, panggil mami. Kan, kamu calon mantu saya," ujar Tante Sani dengan santainya. Entah tak tahu atau pura-pura tak peduli dengan keterkejutan Sira dan Vanya.
"Tante!" Vanya berusaha agar suaranya tak terdengar tinggi, tapi tetap saja kepanikannya lebih berpengaruh. Gumaman memperingatkan itu, walau diucapkan seperti berbisik, tapi mampu sampai ke telinga Sira.
Tante Sani menaruh tangannya di atas telapak tangan Vanya, mengirim pesan seolah berkata tenang saja!
Beliau berbalik kepada Sira, tersenyum sekali lagi. "Huft" beliau menghela napas sebelum kembali berucap,
"Tante tahu semuanya terlalu mendadak dan tiba-tiba. Tante juga tahu kalau Sira punya semacam trauma terhadap hujan dan Dion. Tapi sekarang giliran Sira yang harus tahu seberapa cintanya Dion sama Sira. Seberapa kerasnya usaha Dion menyelesaikan studinya di Amerika demi Sira. Mami tahu Dion salah karena meninggalkan kamu dan Syifa"
Sira tersentak begitu sadar Tante Sani sudah mengganti panggilannya menjadi Mami. Padahal awalnya beliau masih mengatakan Tante.
"Tapi semuanya sama sekali bukan salah Dion. Ini karena papanya. Papa Dion orang yang sangat keras kepala, tak bisa dibantah. Dan Dion mewarisi hampir setengah keras kepala papanya"
Sira bergidik. Hanya setengah? Tapi menurut Sira Dion itu sangat-sangat keras kepala. Lalu seberapa keras kepala Papa Dion?
"Bisa kamu bayangkan bagaimana dua orang yang sama-sama keras kepala ketika berhadapan? Pecah. Dion bahkan hampir mengatakan tentang kamu. Untung saya mencegahnya. Karena kalau tidak, Papa Dion mungkin akan menghabisi kamu dan bayimu saat itu. Dengan berbagai macam bujukan, termasuk janji untuk menjaga dan memantau segala aktivitas kamu, akhirnya Dion mau sekolah ke Amerika"
"Mami pikir mami tak perlu menjelaskan kelanjutannya. Kurang lebih satu tahun lalu, Papa Dion meninggal dunia karena komplikasi jantung dan kolesterol. Dion tentu sudah menceritakannya padamu, kan? Sekarang, setelah Dion kembali dan papanya telah tiada, kamu dan Dion bisa bersama"
Napas Sira tercekat. Sira mengerti sedihnya Tante Sani, tapi Sira tak ingin mengorbankan dirinya dan Syifa.
"Sira," panggil Tante Sani lembut.
"Mami hanya punya Dion sekarang. Kebahagiaan mami adalah kebahagiaan Dion, dan kebahagiaan Dion adalah kamu. Sira mengerti, kan maksud mami?"
Sira mengangguk kaku. Dia paham. Tapi melakukannya tak semudah anggukan kepala.
"Mami mohon. Cobalah bersama Dion. Hanya kamu Sira, hanya kamu yang Dion cintai"
○○○
![](https://img.wattpad.com/cover/130950929-288-k657531.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Kamu Kembali [COMPLETED]
ChickLitKarena dia, Sira kehilangan semuanya. Kehilangan keluarga, orang-orang yang ia sayang bahkan suatu hal paling berharga dalam hidupnya. Satu-satunya alasan Sira bertahan hidup adalah nyawa yang kini dititipkan Tuhan padanya. Sebab sejak masa it...