Side Story : Tommy & Ferdi

3.6K 239 7
                                    

Aku Tommy. Sebelumnya mohon maaf kalau aku telat memperkenalkan diri. Aku terlalu sibuk mengurusi band-ku sehingga jarang bertemu dengan yang lainnya. Oke, kali ini aku tidak akan bercerita soal band-ku, karena aku akan tidak terkendali saking antusiasnya.

Ini sudah lewat tiga minggu dari apa yang telah terjadi antara kami dan Regi. Kuharap, itu tidak akan terjadi lagi pada kami. Cukup sekali dan itu membuatku sedikit muak terhadap Regi.

Aku sedikit bersyukur karena aku tidak begitu banyak mengenal dan bergaul dengannya. Bagiku, cukup band-ku dan keempat temanku ini tempatku bergaul, bercerita, dan bersenda gurau.

Di antara semua temanku, aku paling dekat dengan Ferdi. Ya, seperti yang lainnya bilang, kami punya banyak kesamaan dan kebiasaan. Mungkin karena inilah aku deket sama Ferdi.

Akhir-akhir ini, aku tidak ketemu Ferdi. Bukan, bukan seperti biasa aku jarang berkupmul dengan yang lain. Tapi Ferdi yang jarang nampakin diri lagi ke studio band tempat biasa aku dan band-ku latihan. Begitu juga dengan sms maupun whatsapp-ku jarang lagi dibalas. Sebagai teman, aku merasa ada sesuatu yang berbeda dengan temanku. Kuputuskan, sore ini aku akan datang ke kosan Ferdi.

**

Sorenya, aku sudah ada di kosan Ferdi. Kulihat suasana sedang sepi. Kamar Dira pun tertutup rapat. Mungkin sedang pergi bersama Dimas, pikirku.

Aku melangkah mendekati kamar Ferdi di bagian paling pojok kosan. Ketika jarakku beberapa langkah dari kamar Ferdi. Kudengar suara beberapa barang jatuh dan suara erangan tertahan dari dalam kamar Ferdi.

“Fer?” Aku penasaran apa yang sedang terjadi di dalam.

“Tom ...” suaranya tertahan.

PLAK!

Ferdi menampar. Bukan. Seseorang menampar Ferdi. Ah ... siapalah itu, yang jelas bunyinya berasal dari kamar Ferdi. Aku coba membuka kamar Ferdi. Namun ternyata dikunci. Akhirnya, aku menggunakan bahuku untuk mendobrak pintu kamar Ferdi.

BRAK!!

Pintu terbuka setelah dua kali aku mencoba mendobraknya. Kulihat Ferdi sudah tidak mengenakan sehelai pakaian pun dan seorang laki-laki yang setengah telanjang sedang menindihnya.

Tanpa bertanya lagi, kutarik orang yang tidak kukenal itu dan kuhajar tepat di mukanya oleh pukulanku beberapa kali. Orang itu meronta dengan kuat dan akhirnya dia bisa melepaskan diri lalu kabur dari kamar Ferdi sambil sempat membawa kaosnya.

“Fer! Apa ini? Siapa dia?” tanyaku kepada Ferdi sambil menyelimutkan kain untuk menutupi tubuhnya.

“Tom …” air mata Ferdi yang sudah keluar dari tadi semakin deras.

“Udah, tenangin dulu.” aku menyandarkan kepalanya di pundakku, “lu pake baju dulu ya!”

Kusuruh Ferdi berpakaian terlebih dahulu. Aku buatkan juga teh manis untuknya agar lebih rileks sebelum mendengarkan penjelasan Ferdi.

“Sebelumnya sorry, Tom. Gua bukan temen yang baik buat lu. Buat kalian,” kata Ferdi.

“Apaan sih lu? Ikut-ikutan kayak si Regi, ya?” kataku.

**

Aku Ferdi. Aku belajar memperbaiki kata-kataku. Aku mencoba berbahasa Indonesia yang baik dalam ceritaku kali ini.

Barusan, ada seseorang yang bisa dibilang  kenalan baru beberapa waktu terakhir yang datang ke kosanku. Namun, di luar dugaan, dia memaksaku untuk melayaninya. Aku tidak mau dan aku berontak. Sampai ahirnya Tommy datang mendobrak kamarku.

Antara Aku, Dirimu dan Dirinya : Cinta Di Sastra JepangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang