Chapter 11 - Where's Hyunki?

52 15 3
                                    

Setelah bertualang bersama penjelasan Hyunki di Markas Garasi, Minho meminta kami untuk istirahat di dalam rumahnya dan melanjutkan petualangan itu besok. Maksudku nanti siang. Karena memang sekarang sudah berganti hari. Walaupun tidak ada siapa-siapa, Minho tetap meminta kami untuk tidur bersama di kamarnya. “Aku tidak ingin tidur sendiri malam ini” katanya ketika aku bertanya kenapa kami harus tidur di kamarnya, padahal masih ada beberapa kamar lain yang kosong.

Untungnya tempat tidur Minho cukup besar, sehingga cukup untuk menampung kami bertiga. Kemudian aku memilih sisi paling kiri dan membiarkan posisi tengah ditempati Hyunki agar dia bisa tidur bersebelahan dengan Kakaknya.

Aku melirik jam tangan yang sebelumnya aku letakkan di meja samping tempat tidur. Waktu sudah menunjukan pukul dua dini hari. Tapi mataku masih tidak mau terpejam. Pikiranku pun terus berkelana memikirkan bagaimana keadaan Ayah dan Ibuku sekarang. Mereka berpamitan seminggu yang lalu dengan alasan bahwa Ayah memiliki project yang harus diselesaikan di Seoul selama enam bulan kedepan. Ibu juga harus ikut karena Ayah tidak ingin pergi sendiri. Sedangkan aku? Mereka meninggalkanku sendiri dan hanya berpesan agar aku menjaga diri.

Tapi kenapa mereka tidak pernah menghubungiku sejak hari itu? Apakah semua yang diucapkan Hyunki mengenai Ibu benar? Jika benar, siapa Ibu itu sebenarnya? Dia tentu bukan guru privat biasa. Mungkinkah dia itu penyihir?

“Ah, Hyun!” seru Minho membuyarkan lamunanku. Ternyata dia juga belum tidur.

“Hyung jadi ingat ucapanmu ketika menelponku pertama kali. Waktu itu kau bilang ‘Wait for me, Hyung. Saranghae’ . Ya, aku ingat sekali kalimat itu” lanjut Minho. Aku memutuskan untuk mendengarkan percakapannya dengan Hyunki. Sejak tadi aku memang hanya berpura-pura tidur sambil membelakangi mereka.

“Aku sempat mengira bahwa itu memang kau. Lalu aku segera menepisnya saat menyadari bahwa kenyataannya kau sedang terbaring tak berdaya di hadapanku. Tapi sekarang aku mengerti. Walaupun masih tidak dapat melihatmu, aku akan menjawab kalimat itu sekarang. Nado neoreul saranghae. I love you too, Hyun. Percayalah bahwa semuanya akan baik-baik saja” Minho berhenti sejenak karena Hyunki tidak meresponnya.

“Good night and sleep tight my beloved dongsaeng”

Dongsaeng? Oh mungkin itu sebutan untuk adik laki-laki. Tapi, kenapa suara Hyunki masih tidak terdengar?

Karena penasaran aku pun memutuskan untuk membalikkan badan. Aku mendapati Minho yang sedang menghadap ke arahku sambil memeluk guling. Tapi tidak dengan Hyunki. Dia tidak ada di sampingku. Ah ya, aku baru sadar bahwa dari awal dia memang tidak mengikuti kami ke sini. Kemana dia?

“Hyunki sudah tidur, hyung” ucapku berbohong karena tidak ingin membuatnya khawatir bahwa sebenarnya adiknya tidak ada di sini.

Minho mengangguk, lalu tersenyum ketika menyadari bahwa aku memanggilnya hyung. “Oh, apakah aku membangunkanmu Jeff?”

“Tidak, aku terbangun karena ingin ke kamar mandi” kali ini ucapanku tidak sepenuhnya bohong. Aku memang ingin buang air kecil sejak tadi.

Baru saja akan menyentuh gagang pintu kamar mandi, Minho tiba-tiba memanggilku. “Jeff!”

Aku kemudian meliriknya, “Ya?”

“Sorry” katanya. Aku tersenyum, lalu menjawabnya dengan anggukan. Ya, aku tahu betul untuk apa permintaan maafnya itu. Tentu saja karena dia telah menuduh dan menghajarku di Markas Garasi kemarin.

***

Aku terbangun ketika merasakan ada suatu sinar yang menembus sela-sela mataku. Benar saja, mentari telah bersinar dengan gagahnya di atas sana. Aku menggeliat, lalu meregangkan otot-ototku yang mulai kaku. Rasanya seperti baru tertidur beberapa menit saja.

Minho sudah tidak ada di sampingku, pintu kamar Minho yang menuju balkon pun terbuka. Ada seseorang yang berdiri sambil membelakangiku di sana. Tapi itu bukan Minho.

“Hyunki?” panggilku.

Yang dipanggil tidak menjawab. Dia masih mematung di sana, entah memperhatikan apa. Aku pun memutuskan untuk menghampirinya.

“Kemana kau semalam?”

“Rumah Sakit” jawabnya singkat.

Oh, mungkin dia ingin bertemu dengan Ibunya yang memang sedang menjaganya di Rumah Sakit. “Apakah kau sudah bertemu dengannya?”

“Siapa?” dia menatapku bingung.

“Ibumu”

Hyunki diam. Seketika raut kesedihan tergores di wajahnya. Aku ingin bertanya padanya apa yang sebenarnya terjadi di Rumah Sakit. Tapi aku mengurungkan niatku itu.

“Ehm lalu, apa rencana kita selanjutnya?” ucapku berusaha mencari topik lain.

“Apapun rencananya, kurasa itu akan berakhir sia-sia sekarang”

“Tidak ada sesuatu yang sia-sia di Dunia ini, Hyun. Walaupun pelajaran sejarah adalah hal paling membosankan, mempelajarinya tetap memiliki arti. Sama seperti semua yang telah atau akan terjadi. Walaupun sepertinya akan sia-sia, setidaknya firasat kita terbuktikan karena telah mencobanya” jelasku seraya merangkulnya.

“Wow Jeff, apa yang membuatmu tiba-tiba bijak?” pikirku.

“Seriously, I really hate your Mother Jeff.” geram Hyunki sambil mengatupkan rahangnya menahan marah. “Ibumu memang berjanji akan mengembalikanku jika aku telah berhasil menolongmu. Tapi dia tidak bilang dari awal bahwa akan selama ini. Bayangkan, 28 bulan bukan waktu yang sebentar. Banyak hal berharga yang aku lewatkan hanya untuk terperangkap dalam tubuhmu. Dan lihat sekarang, pergi ke mana dia? Mana janjinya?” kali ini Hyunki melampiaskan amarahnya dengan menendang salah satu pot tanaman yang ada di balkon kamar Minho.

“Begitu bisa keluar, seharusnya kau langsung menemui Ibuku. Bukannya malah pergi begitu saja. Mungkin sekarang dia masih mengira bahwa aku belum pulih” kataku coba membela Ibu.

“Tidak mungkin! Dia paham betul apa yang terjadi hanya dengan melihatmu”

“Oke, oke! Aku akan mengantarmu ke Ibuku. Aku tahu harus mencarinya kemana. Nanti sore” belum selesai menjelaskan bagaimana rencanaku, Minho tiba-tiba menghampiri kami dengan tergesa-gesa sambil memegang sebuah handphone di tangannya.

“Eomma memintaku untuk ke Rumah Sakit. Katanya ada hal penting yang perlu didiskusikan sekarang juga. Kau ikut?” kata Minho menatapku. Dia memang tidak perlu menanyakan hal ini pada Hyunki. Karena tanpa disuruh pun dia pasti sudah ada di sana lebih dulu.

Kemudian aku mengangguk, lalu melirik Hyunki yang dengan seketika membuang pandangannya dariku. Apakah ini ada hubungannya dengan kejadian sewaktu dia pergi ke Rumah Sakit?

to be continued....

SUPERVISEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang