1

18 0 0
                                    

Terik sinar matahari kali ini benar-benar membuat seisi kelas Ipa 2 SMA TUNAS 2 tak bisa fokus dalam pelajarannya. Seisi ruangan sibuk untuk mengipasi diri mereka dengan kertas atau buku yang ada di hadapan mereka. Belum lagi guru mereka yang tak bisa mengajar dengan baik. Maksudnya, apa yang beliau ajarkan pada muridnya selalu tak bisa sampai ke dalam otak. Mereka selalu mengeluh tentang cara mengajar guru itu. Entah yang membuat mereka sampai mengantuk, bingung, pusing, bahkan mereka sering kesal dengan materi yang dibawakan guru itu selalu membingungkan dan sulit untuk di cerna.

"Ayolah.. gimana kita gak terus di ejek sama Ipa 1 kalok kayak begini terus?!" Siswa bernama Fito berteriak sambil menguap karena menahan kantuk selama pelajaran itu berlangsung.

"Gak usah sok tinggi ngomongin anak kelas sebelah. Yang Ips aja jauh lebih pinter dari kita. Ya, gak, guyss!?" Yang lain saling bergumam membenarkan apa kata wakil ketua kelas itu, Farhan.

Mereka memang suka ceplas-ceplos dalam berbicara. Apa lagi menyangkut sesuatu yang mereka tak suka. Dan semua yang mereka katakan itu sesuai dengan fakta, apa yang mereka alami sendiri di tempat itu.

Seolah tak menjadi hal yang menganggu, guru itu masih terus menghadap papan tulis dan menerangkan apa yang sedari tadi ia terangkan. Ia memang sering mendapat sindiran-sindiran itu, tapi apa boleh buat ia sudah melakukannya semaksimal mungkin.

Kelas menjadi ramai saat bel istirahat berbunyi. Semua siswa berhamburan keluar kelas dan menyegarkan diri mereka dengan makanan atau minuman di kantin. Mereka tak peduli dengan guru mereka yang bahkan belum bergerak sedikitpun dari tempatnya. Setelah semua pergi, guru itu langsung membereskan barang-barangnya dan bersiap kembali ke kantornya.

"Kamu tidak keluar Vi?" Tanya guru itu pada siswi yang selalu duduk di ujung belakang. Gadis itu hanya mendongak sedikit, tersenyum, menggeleng, dan menunduk lagi. Setelah menerima jawaban, guru itu segera pergi.

Gadis berambut pirang kecoklatan dengan wajah manis dan kebule-bulean membuatnya terlihat cantik dengan mata bulatnya dan bibir pink. Gadis misterius yang selalu mendapat peringkat dua terakhir di kelasnya. Dia jarang bicara banyak, juga jarang terlihat di sekitar sekolah karena selalu memilih untuk berdiam diri di dalam kelas seperti saat ini. Namanya Viola Wixsa Kanawijaya.

Murid-murid lain sering memanggilnya Miss V (Vi) karena kemisteriusannya. Siapa yang tidak mengenal keluarga Kanawijaya? Keluarga yang memiliki aset besar di beberapa perusahaan besar dunia, dan memiliki beberapa saham sekolah yang ada di Jakarta dan kota-kota di luar benua. Tapi di balik kebesaran keluarganya, hanya dia yang terkucilkan. Walau bukan di dalam keluarga besarnya, hanya dalam keluarga kecilnya. Viola baru saja kembali dari studynya di Australia lima bulan lalu dan pindah ke sekolah itu. Dalam waktu setengah tahun itu ia menjadi sorotan satu sekolah dengan nilai-nilainya yang jelek dan sebagai orang yang dingin.

Tapi dia bisa bergaul, disaat semua orang menatap Viola dengan tatapan aneh, teman-teman sekelasnya selalu melindungi dimanapun dan kapanpun. Mereka tak begitu peduli dengan latar belakang keluarga dan kisah hidupnya, karena yang mereka mau hanyalah berteman dan bersaing dengan sehat dalam pembelajaran di sekolah ini sampai tamat.

"Viii!! Aku bawa coklat! Kamu harus makan! Gak boleh bantah! Gak boleh dibalikin! Gak boleh nolak! Karena ini hari bahagia aku.." dia Sindy, teman terdekat Viola. Entah apa yang membuat cewek itu betah berteman dengannya. Bagaimana dia bisa kuat dalam dinginnya es Miss V ini.

"Aku rasa semua hari di dalam hidup kamu itu selalu buat kamu bahagia, Sin.."

"Tapi kali ini aku bahagianya pakek banget. Kamu tahu? Aku-baru-ketemu-sama-Kak Bimo! Dan dia tadi senyum sama aku, Vi.. aku seneng banget!!" Cewek penggila kakak kelas bernama Bimo itu selalu menjerit setelah bertemu dengan idolanya. Dia akan berlari kepada sahabatnya itu dan langsung bercerita sambil tersipu-sipu. Viola hanya menggelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya yang satu ini. Ia merasa nama 'Kak Bimo' adalah makanan sehari-hari yang Sindy berikan untuknya dengan cuma-cuma.

AM I SICK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang