7

5 0 0
                                    

"Kita mau kemana, Xe?"

"Gue mau nebeng lo," jawab Xeon dengan santainya.

Setelah itu Viola tak lagi berucap. Ia sibuk memandangi jalan yang dilalui tanpa berkomentar apa-apa. Xeon mengendarai mobil Viola dengan pelan. Entah kenapa sangat aneh bagi Viola. Anak yang sering membuat ribut dengannya dengan santai membawa mobil dengan tujuan yang masih menjadi misteri untuk Viola.

"SAMPAI!!" Teriak Xeon sambil membuka sabuk pengamannya.

Viola keluar dengan wajar herannya. Mereka berhenti di sebuah rumah besar yang entah milik siapa. Setahu Viola, Xeon tak pernah menampakkan kekayaannya di sekolah. Tak jarang ia akan berangkat naik angkutan umum. Tapi setelah mengingat keluarganya adalah salah satu rekan kerja Oma dan Opanya membuatnya tak terlalu terkejut lagi.

Kakinya melangkah pelan masuk kedalam rumah mewah itu. Begitu banyak barang-barang mahal menghiasi setiap sisi ruang tamu yang sangat luas itu. Viola lebih mengeratkan pegangannya ke tali tasnya saat menemukan sebuah foto keluarga besar menggantung di salah satu dinding. Terlihat Xeon dan kedua orang tuanya disana tersenyum bahagia, membuat senyum Viola merekah tanpa ia duga.

Xeon yang menangkap basah Viola mengajaknya masuk semakin dalam ke rumahnya. Di area kebun belakang rumah Xeon menyapa dan memanggil seseorang untuk masuk ke dalam rumah menemuinya dan seseorang yang ia bawa.  "Tumben pulang jam segini. Biasanya maleman," ucap wanita paruh baya itu menepuk pelan bahu anaknya setelah itu matanya beralih pada gadis disamping anaknya.

"Viola," ucap Xeon yang langsung membuat mamanya itu terkejut.

"Ohh iya.. kemarin kan udah ketemu sebentar, ya, di pesta. Ya ampun pangling. Duduk yuk Viola." Viola menerima ajakan mama Xeon yang bernama Ira itu dengan senyuman hangat. Sedangkan Xeon pergi ke arah lain, entah kemana.

Diruang tamu Ira banyak bertanya soal Viola. Mereka berbincang banyak sambil sesekali Ira menceritakan tentang anaknya yang sangat jahil tapi baik hati itu. "Kamu tahu gak Vi, kamu itu cewek pertama yang Xeon bawa ke rumah. Ihh.. Mama seneng banget deh liat kamu."

"Emm.. 'Mama'?" merasa paham dengan pertanyaan Ira, wanita itu segera membenarkan ucapannya.

"Ya ampun. Kebiasaan ngomong sama Xeon jadi keterusan bilang Mama. Habisnya ngobrol sama kamu udah kayak sama anak sendiri, Vi.. hahaha.. maafin Tante, ya," Viola tersenyum mendengar ucapan Ira. Ia tak pernah menyangka Xeon memiliki mama seperti Ira. Andai saja ia masih memiliki seseorang yang benar-benar bisa ia panggil 'mama' pasti hatinya akan terasa sehangat saat ini.

Sebenarnya 'mama' nya yang dulu hampir sama dengan Tante Ira. Baik, perhatian, periang, dan mau mendengarkan anak-anaknya bercerita. Tapi sayang tak ada lagi panggilan yang dapat Viola pakai untuk memanggil wanita itu, karena setiap Viola memanggilnya 'mama' wanita itu akan menatapnya tajam dan membentaknya tidak suka. Mungkin Viola bisa memanggilnya 'mama' hanya saat ia terkena hukuman.

Melihat Viola yang menunduk dengan pandangan kosong, Ira jadi salah tingkah. Apa mungkin ucapannya tadi membuat gadis itu bersedih? Sebenarnya ia tahu betul bagaimana keluarga Kanawijaya. Bagaimana kisah dan nasib Viola dikeluarganya. Sebagai seorang ibu, ia sangat mengerti perasaan Viola saat ini.

Tangannya tergerak untuk menggenggam tangan Viola yang sedari tadi mengepal di atas kakinya. Tak lupa senyuman terbaik ia perlihatkan untuk gadis cantik itu. "Kalau kamu mau, kamu bisa panggil Tante, Mama." Viola terkesiap dan membelalakkan matanya pada Ira.

"Bukannya Tante bermaksud untuk menggantikan mama kamu, sayang. Tante tahu semua tentang keluarga kamu, Tante tahu gimana perasaan kamu selama ini. Kamu kesepian, kan? Tante gak bermaksud ngasihanin kamu, tapi selama kita ngobrol tadi, Tante ngerasa kamu adalah anak berharga yang sia-sia dibuang gitu aja. Ada rasa sayang yang Tante rasain ke kamu. Kamu mau, ya panggil Tante, mama?"

AM I SICK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang