4

16 0 0
                                    

"Morning everyone!"

"Morning, Mom!"

"How are you to day?"

"I'm fine..."

Jam pelajaran yang paling mengesalkan, disaat pelajaran yang membutuhkan otak diletakkan pada jam terakhir. Ya, jam terakhir mereka kali ini adalah bahasa Inggris. Disaat mereka memerlukan otak untuk berfikir menerjemahkan bahasa-bahasa asing itu, saat itu juga otak mereka sudah kelelahan karena seharian terus beradu dengan pelajaran yang lain sebelumnya.

"Oke sebelum kita memulai pelajarannya, saya akan memberikan sedikit pengumuman," ujar guru muda bernama Mutiara itu. Setelah mengambil sebuah kertas, ia membawa dan menunjukkannya di depan kelas agar semua muridnya bisa melihat. "Beberapa minggu lagi akan diadakan lomba debat Bahasa Inggris. Sekolah kita wajib menunjuk peserta yang akan berpartisipasi dalam lomba tersebut. Karena itu, ibu perlu beberapa kandidat dari kelas sebelas dan sepuluh untuk di seleksi. Dan ibu mewajibkan bagi setiap kelas sebelas menunjuk satu sampai dua kandidat. Ada yang berminat?"

Seluruh kelas itu saling berfikir masing-masing. Bu Muti juga memberi informasi kalau hadiah yang diperebutkan akan sangat besar jika sekolah mereka menang. Ia sangat tahu kalau murid di kelas Xi Ipa 2 ini sangat bersemangat untuk melakukan apapun saat diiming-imingi hadiah. Tapi entah mengapa mereka sangat diam kali ini.

"Gimana kalok Miss V?" Ujar Xeon tiba-tiba. Membuat seluruh kelas langsung menengok ke arahnya. Viola juga langsung tersadar dari lamunannya dan melotot ke arah Xeon.

Sepertinya laki-laki itu akan mengajaknya ribut lagi kali ini. Oh ayolah.. mood Viola sedang tidak bagus setelah Wiza datang tadi. Tapi bagaikan tak ada rasa takut dengan tatapan Viola, Xeon terus memojokkan Viola untuk mengikuti lomba debat itu.

"Xe, lo tahu sendiri kan, si Miss V itu nilainya selalu dibawah rata-rata. Bahasa Inggrisnya aja paling dibawah rata-rata. Ngomong aja masih gak jelas," ucap seorang siswa laki-laki.

Viola tak marah dengan ucapan siswa itu. Bahkan ia menganggu-angguk membenarkan. Memang benar apa yang ia katakan. Mau jadi apa sekolah ini kalau tahu murid berpredikat bodoh dibawah rata-rata mengikuti sebuat ajang perlombaan yang sangat penting? Pasti hanya akan memberi cap jelek bagi sekolahnya.

Xeon masih tak mau kalah. Ia tetap kekeuh dengan pendiriannya. "Siapa bilang siswa bodoh gak bisa ikut lomba? Siapa tahu kita cuman ketipu sama topeng dia selama ini.." ucapan Xeon membuat semua orang di dalam kelas itu mengernyit bingung dengan maksudnya. Apa lagi Bu Mutiara. Guru itu sangat tak paham apa maksud Xeon dan kenapa murid tercerdas itu terus meminta Viola untuk mengikuti lomba ini?

"Maksud lo apa?" Viola yang tak bisa menahan emosinya langsung menggebrak meja dan berteriak pada Xeon. Ia berdiri seolah menantang Xeon untuk berkelahi dengannya. Tapi diluar dugaan, Xeon malah ikut berdiri dan merasa tertantang. Tatapannya pada Viola sangat sulit diartikan.

"Que? Te importa?" Tanya Xeon dengan bahasa asing yang sama sekali tak dimengerti orang lain di kelas itu. Xeon sengaja bicara dengan bahasa asing untuk memancing Viola.

"Significado?" Tanya Viola tak mengerti. Xeon tersenyum miring, sepertinya Viola mulai masuk ke perangkapnya.

"Oui, les femmes comme vous ne font jamais rien d'utile?" Setelah menggunakan bahasa Spanyol, Xeon mencoba dengan bahasa lain, Perancis.

"Hey! Veux-tu mourir?!" Ancam Viola.

"Hh.. warum? Hast du Angst, meine Heraus forderung anzunehmen?" Lagi-lagi Xeon memperlihatkan smirknya pada Viola. Tapi gadis itu masih belum sadar dengan apa yang ia dan Xeon lakukan sedari tadi.

"Bist du verrückt?" Wajah Viola sudah memerah, ia cukup kesal dengan ucapan-ucapan Xeon yang terus mengatainya bodoh secara tidak langsung. Ia tak akan kesal jika orang lain yang mengatainya dengan panggilan bodoh, tapi kali ini entah mengapa ia sangat kesal dengan mulut pedas Xeon.

AM I SICK?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang