-
-
Bola mata Maya bergerak ke kanan dan ke kiri mengikuti gerakan seorang lelaki yang sibuk mondar-mandir di depan ruang meeting sejak lima belas menit yang lalu.
"Enggak usah dilihatin. Kalau lagi pusing kelakuan dia emang gitu. Belum setengah jam aja nih dia begini, darl," bisik Nino yang duduk di sebelah Maya sambil mengerjapkan matanya genit.
"Biasanya setengah jam?" bisik Maya seakan terkejut. Namun, segera dia mengalihkan tatapannya ke depan saat merasakan tatapan sinis perempuan yang tadi Takka perkenalkan sebagai Alana, bagian finance sekaligus HRD di sini. Aneh.
"Genta mana?" tanya Takka tiba-tiba seketika berhenti tepat di tengah-tengah ruang meeting.
"Belum sampai. Kesiangan bangun gara-gara kebanyakan makan daging kali. Maklum anak kost-an jarang makan daging," celetuk Nino membuat Alana tersenyum tipis.
"Oke forget it!" potong Takka seraya mengambil sebuah spidol dari atas meja. "Mending kita list aja dulu progress nya sekarang, dan lu Maya ... Jangan bengong! Perhatiin baik-baik, kalau ada yang mau lu tanyain langsung aja, oke!"
Maya yang kedapatan melamun hanya mengangguk buru-buru. Sementara itu, Nino dan Alana mengeluarkan laptop masing-masing di atas meja.
"Jadi pengantin kita ini namanya, Nissa dan Reksa, mereka bakal nikah sekitar 2 bulan lagi atau tanggal 11 November," terang Takka sambil menuliskan nama kedua mempelai di papan tulis. "Mereka pilih paket B all in dengan tema pernikahan adat sunda, dan ini pertama kalinya kita dipercaya sebagai planner bukan organizer. Kit ...." Keterangan Takka menggantung di udara melihat tangan Maya sudah terulur ke atas.
"Kenapa May?" tanya Takka menatap perempuan itu enggan.
"Tadi kan lu bilang kalau ada yang mau ditanyain, langsung tanya aja," kata Maya memberikan pembelaan. Takka tersenyum masam sambil mengulurkan tangannya ke depan, mempersilahkan Maya untuk bertanya.
"Gue mau tanya, emang apa bedanya planner sama organizer? Gue pikir sama aja."
Dengkusan serta senyuman skeptis samar-samar Maya tangkap dari arah Alana. Tanpa peduli, Maya menatap Takka seperti menunggu jawaban.
"Hm ... Bedanya, kalau planner kita atur semua prosesi pernikahan dari awal sampai hari-H, tukar pikiran, sampai tempat curhat pengantin. Jadi, bisa dibilang posisi kita di sini selain sebagai perantara juga konsultan buat kedua keluarga, vendor dan si pengantin," tutur Takka sambil meletakan ujung spidol di dagunya, kebiasaan baru dari lelaki itu yang Maya temukan.
"Sedangkan organizer kita cuma bantu mereka untuk hari pernikahan, dan kita enggak terlibat dari awal. Biasanya pengantin udah punya daftar vendor, jadi kita cukup bantu ketemu dengan vendor sebagai perwakilan keluarga. Udah ngerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[SUDAH TERBIT] Pit a Pat : Karena Tiap Detak Punya Cerita
General Fiction[HATI] . Terbiasa hidup hanya untuk makan, tidur, dan bernafas sehari-hari, bisa dibilang membuat Maya si Pengangguran dengan track record selama dua tahun itu, benar-benar pemegang prinsip kuat bila hidup seperti air yang mengalir. Let it flow then...