4. Dinda

713 56 12
                                    

Dinda, seorang anak kiyai, keponakan pemilik pondok pesantren. Dinda ini yang mulai mengisi pikiran Adit. Senyumnya, lesung pipinya, hidung bangirnya, mata sayu tapi dalamnya, kulit putihnya, bahkan suaranya tidak pernah jauh dari pikiran Adit.

Dinda berasal dari keluarga yang religius bahkan bisa dikategorikan fanatik. Tapi disisi lain dari kefanatikan, KeluargaNya juga bersikap terbuka bagi mereka yang berasal dari dunia kelam dan ingin berhijrah. Itulah alasan kenapa Paman Dinda membangun pesantren itu.

Dinda sekolah di SMA swasta islam, dimana SMA itu terkenal dengan prestasi-prestasi yang presistisus. Dinda juga termasuk siswa berprestasi. Dia menjadi dua tiga lomba cerdas cermat islami tingkat provinsi, Hanya kalah oleh perwakilan dari Aceh.

Dibalik religius nya Dinda, ada sisi lain yang sama sekali orang lain tidak akan tahu. Dinda merasa status nya yang berasal dari keluarga religiusnya lah yang membuat dia seperti ini. Dan celakanya, status keluarga dan pribadi Dinda membuat banyak yang ragu bahkan minder untuk berdekatan dengan Dinda. Walaupun ada beberapa sahabat. Namun Dinda juga ingin tahu apa itu cinta. Karena selama ini, Dinda hanya tahu Cinta dari sahabatnya yang bernama Syakila.

**

"Eh, Din. PR Matematika udah beres?" tanya Syakila saat baru datang ke kelas, dengan nafas terengah-engah dan wajah pucat. Ya, Matematika adalah pelajaran yang paling menakutkan bagi sahabat terbaik Dinda ini. Bukan hanya karena dia benci hitung-hitungan, tapi juga guru yang mengajari, yaitu Pak Atmo terkenal sangat tegas.

Mendengar pertanyaan itu, mata Dinda membulat serta wajahnya memucat. Bagaimana bisa aku lupa PR. Pikirnya dalam hati.

"eh, ditanya malah melamun gitu." Syakila menepuk bahu Dinda. Syakila tau bahwa Dinda juga tidak mengerjakan PR, itu terlihat jelas dari bagaimana ekspresinya. Pupus sudah harapan Syakila untuk mencontek PR Dinda. Tapi hal itu tidak penting, hal yang lebih menarik lagi saat ini adalah: apa yang menyebabkan Dinda lupa mengerjakan PR.

**

Tak jarang Dinda mendapat jatah untuk mengisi kajian. Bukan karena dia adalah anggota keluarga pemilik pesantren. Melainkan karena memang dia kompeten. Tak jarang ada tatapan-tatapan buaya darat menatap Dinda kala mengisi kajian. Karena Dinda memang begitu menarik. Dengan busana yang syar'I, Dinda adalah bukti konkret bahwa: tak perlu buka-bukaan untuk menjadi menarik.

Memang banyak model-model busana syar'i kekinian, tapi jangan bayangkan Dinda mengenakan busana-busana dengan model seperti itu. Dinda sama sekali tidak suka, menurutnya dengan kerudung panjang saja sudah sangat modis. Ditambah Dinda sama sekali tidak percaya diri mengenakan busana model tersebut.

**

hari ini, Dinda kembali ditugaskan mengisi kajian di pesantren milik Pamannya. Tapi dinda merasa bahwa ada sesuatu yang hilang. Dia kehilangan tatapan Adit. Beberapa hari ke belakang saat Dinda mengisi kajian ditempat ini, Adit memandangi Dinda dengan tatapan terpesona dan malu-malu. Tatapan yang juga membuat dinda tersipu malu.

Kenapa aku menjadi merasa kehilangan dia ya. Pikir Dinda.

Menurut Dinda, tatapan terpesona Adit berbeda dari tatapan-tatapan terpesona laki-laki lain. Ada tatapan malu-malu juga di tatapan Adit. Tersirat bahwa Adit terpesona namun sadar bahwa dia tidak bisa apa-apa, Itu yang membuat Dinda kagum. dimana laki-laki lain menggambarkan keterpesonaannya secara terbuka dan langsung pada Dinda, sedangkan Adit hanya diam menutupi keterpesonaannya. Dinda Harap bahwa dibalik diamnya Adit, dia mengungkapkan keterpesonaan itu kepada Allah.





to be continued

***************************************************************************************************


maaf lama updatenya, ada beberapa kegiatan mendesak.

ditambah, author lagi gak enak perasaan loh:p


vote&coment ya. 

DindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang