8. Hari Pertama

672 33 9
                                    

Hari pertamaku kembali ke pondok, dengan maksud berbeda. Kali ini bukan karena hukuman, tapi program Santri Bulak Balik lah yang jadi penyebabku datang ke Pondok. Bukan karena ulah, tapi justru pencegahan sebelum berulah kembali. Tapi, Hatiku sungguh berkecamuk. Naif sekali bila aku kesini hanya karena mencari ilmu, aku kemari untuk Dinda. Tapi, bukan kah sesuatu yang diawali dengan niat bukan untuk Allah, tidak akan berakhir manis. Sungguh, pikiran dan hatiku seperti dua kelompok supporter bola yang saling bertolak belakang.

Langkah ku terasa berat, hatiku yang masih bersitegang dengan pikiranku kini ditambah lagi tugasnya. So hebat sekali hatiku ini, sudah susah payah melawan pikiranku sendiri, masih memilih untuk gugup. Dulu, waktu aku kemari karena hukuman aku sama sekali tidak merasa gugup. Entah apa yang terjadi.

**

lamunan Adit terpecah kala Dinda dari kejauhan melambai, dengan senyumnya itu. Membuat kegugupan Adit semakin menggila. Dua insan yang saling terkait, dua insan yang saling mencinta, dua insan yang sama-sama hanya bisa mengungkapkan pada diri sendiri kini saling bertatap mata. Kedua pasang mata seperti mengucap segalanya.

"assalamualaikum, Adit. Udah dateng? Kan programnya dimulai sejam lagi, seudah sholat Ashar?" tanya Dinda ketika Adit sudah berada didepannya.

"wa'alaikum salam, Din. Eh, Dinda atau Ukhti?" jawab Adit. Entah bagaimana, kegugupannya hilang. Mungkin karena janjinya semalam, mungkin.

"apapun, asalkan Adit nyaman. Justru, harusnya Dinda manggil Adit Akhi, ya?" tanya Dinda.

"jangan dulu deh, ya. Adit masih malu, belum punya bekal apa-apa. Belum bisa apa-apa. Belum pantas dipanggil akhi." Jelas Adit.

Andai kamu tau, Dit. Aku ingin memanggilmu akhi bukan karena umur atau ilmu. Tapi karena hati. Ucap Dinda dalam hati, karena sudah pasti Dinda tak sampai hati untuk mengucapnya.

"eh, Din—eh, ukhti. Adit masuk dulu kelas ya. Mau simpen dulu tas. Biar kebagian tempat duduk yang enak." Kata Adit yang menyadari ada keheningan seketika, dan jelas membuat keduanya tidak nyaman.

"na'am, na'am. silahkan Adit." Kata Dinda sambil mengangguk. Kebereanian yang ia kumpulkan tidak mampu membuatnya berbicara lancar lebih dari yang ia kira.

**

kini, Dua insan yang saling terkait, dua insan yang saling mencinta, dua insan yang sama-sama hanya bisa mengungkapkan pada diri sendiri sudah selangkah lebih dekat. Pertemuan mereka sudah menjadi sebuah kepastian setelah Adit ikut Program Santri Bulak Balik. Pertemuan yang berasal dari keberanian Dinda, dibalas dengan keinginan Adit.

Keduanya sudah saling berikrar pada diri masing-masing, untuk saling memberanikan diri. Keduanya juga sudah saling mendoakan. Semoga Tuhan yang maha penumbuh lagi maha pembunuh, menumbuhkan rasa saling mencintai dan membunuh nafsu memiliki.

**

Kelas Santri bolak balik berjalan dengan biasa saja bagi Adit. Datang, mendengarkan, mengikuti, menulis, menghapal. Selalu seperti itu, menurutnya pendidikan adalah siklus membosankan. Tapi ada satu hal yang membuat Adit terus terpikir; senyum, dan salam Dinda.

Senyum, dan salam Dinda membuat Adit tak bisa tidur. Meskipun tak terdengar desahan dari Maria, ibunya yang kebetulan tidak di rumah Adit tetap tidak bisa tidur. Hingga akhirnya Adit mencoba menulis puisi

"Ya Tuhan yang mahacinta,

terimakasih Kau tumbuhkan cintaku padanya,

aku tau dia orang yang tepat untukku.

Tapi, masih boleh kah aku meminta?

Tanam juga benih cinta dihatinya untukku.

Ya tuhan yang maha drama,

SkenarioMu memang begitu mewah,

Drama hidup anak pelacur, mencintai Akhwat Cantik nan solehah,

Mana masuk diakal?

Engkaulah Akal itu sendiri, Tuhan.

Ya tuhan yang maha pelukis,

Begitu indah senyum kau ukir diwajahnya,

Begitu manis Salam itu kau keluarkan dari bibirnya.

Bolehkah aku sekali lagi meminta?

Ijinkan aku memiliki senyum dan salamnya."





bersambung

******************************************************************************************************************************************************************************


ditunggu votes, comments. kritik dan saran yaaa.

jangan lupa follow ig  : bangkitsemesta

twitter : (at)bangkit_tasik

DindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang