7. Besok

605 34 12
                                    


Perkataan Aisyah menjadi pecut semangat bagi Dinda untuk menemui Adit. Dengan modal program santri pulang pergi. Setidaknya aku bisa berbincang dengan Adit, masalah Adit mau atau tidak itu urusannya dengan Allah. Pikir Dinda.

**

Jam demi jam di Sekolah terasa lebih lama dari biasanya bagi Dinda. Pikiran Dinda sudah tidak adalagi di Sekolah. Pikiran Dinda adalah tentang bagaimana nanti ketika dia berada di rumah Adit. Rencananya, pulang sekolah Dinda akan datang ke rumah Adit ditemani Syaqila. Karena Syaqila kebetulan satu SD dengan Adit, dan tau dimana Adit tinggal hingga sekarang.

Bel sekolah pertanda waktunya pulang bagi Dinda terasa seperti adzan maghrib bagi orang yang berpuasa. Kaki Dinda sudah mengajak berlari, tak sabar. Dengan penuh semangat, Dinda menyeret Syaqila untuk segera pergi ke Rumah Adit menaiki angkot.

Kecewa. Yang didapat dinda saat datang ke Rumah Adit. Karena ternyata Adit belum pulang. Lalu untuk apa ia dari tadi tidak sabar ingin ke Rumah Adit, jika Adit saja tidak ada dirumah.

"emang ada perlu apa ya?" tanya Maria, Ibu Adit yang memecah lamunan kecewa Dinda.

"eh... e... engga, Tante. Nggak ada apa-apa kok." Jawab Dinda terbata-bata. kemampuan public speaking Nya sama sekali tidak terlihat.

"jadi begini, tante. Kita dari pondok tempat dulu Adit dihukum. Mau nawarin program baru, yaitu program santri pulang pergi." Ucap Syaqila yang tahu bahwa kegugupan Dinda sedang merajarela, dan akan memperburuk suasana.

"oh gitu, Tante sih gimana Adit. Emang maksudnya gimana? Kok Santri pulang pergi? Kaya yang wisata aja." Tanya Maria berusaha seantusias mungkin. Maria memang seperti ini. Berusaha melakukan apapun yang terbaik bagi semua orang.

"jadi, gi... gini, Tan. Disini Santri nya kaya sekolah biasa aja. Cuma waktunya dari habis ashar sampai jam sebelas malam." Dinda menjawab dengan terbata-bata.

"disana belajar banyak, masalah Fiqih, Aqidah, Bahasa Arab, dan sejarah Islam, Tan. Abis ashar mengaji, Abis maghrib makan, Abis Isa baru—" Lanjut Dinda yang terpotong ketika mendapati seseorang yang baru masuk tanpa salam. Wajah Dinda memerah, perutnya mulas, mata bulat lucunya semakin membulat. Dia..... gerutu Dinda

"Eh, Ada Tamu." Kata Adit sambil mencium tangan ibunya, lalu menyodorkan tangannya pada Dinda dengan maksud bersalaman. Beberapa detik tidak mendapat respon dari Dinda yang masih saja menyembunyikan wajahnya menatap kebawah, Adit sadar bahwa mereka belum muhrim dan pasti Dinda tidak akan membalas uluran tangannya. Sontak Adit menarik kembali sodoran tangannya itu, "eh... sorry, sorry." Ucapnya sambil sedikit ketawa bingung.

Kenapa sih gw bego banget make nyodorin tangan, pikir Adit.

"jadi gini, Nak. Mereka datang kesini mau nawarin kamu ikutan Santri Pulang perg---"

"Mau, Adit mau, Bu." Adit yang terlalu semangat menjawab hingga memotong ibunya yang bahkan belum tamat bertanya. Membuat ibunya tertawa kecil.

Jawaban Adit membuat dinda mendongak tak percaya. hah, kok lansung mau aja sih ni orang. Kirain bakal susah. Pikir Dinda

"Adiiiit, Ibu belum tamat aja udah main serobot menjawab. Kayaknya gara-gara yang datangnya cantic-cantik yaa." Maria menggoda Adit, anak semata wayangnya. Sesungguhnya Maria tau bahwa alasan Adit mau adalah salah satu dari dua gadis yang datang. Pertanyaan ini adalah untuk melihat bagaimana respon anaknya, karena bagaimanapun perkembangan Anak adalah sesuatu yang diperhatikan oleh Ibunya.

"Apaan sih Ibu..." jawab Adit sambil berjalan menuju kamar, meninggalkan Ibu, Syaqila, dan Dinda. Dinda yang selama ini jadi Idamannya.

**

Maria sengaja tidak bekerja malam ini, meskipun perkerjaannya bisa dilakukan di Rumah. Namun Maria merasa bahwa malam ini akan lebih baik untuk menjalani quality time bersama anak semata wayangnya yang baru saja memutuskan jalan hidup baru; menjadi seorang santri.

"Nak, yang mana yang kamu suka? Dinda atau Syaqila?" tanya Maria disela-sela makan malam.

"ih, Ibu. Apaan sih. Adit ga suka siapa-siapa dari mereka kok, serius." Jawab Adit.

"Nak, Ibu juga pernah muda. Ibu tau yang namanya cinta itu seperti apa. Kalau dari tatapan kamu. sepertinya kamu suka sama Dinda yaa?" tanya Maria dengan nada yang menurut Adit semakin bernada mengelek-elek.

"engga, ibu. Adit ga boong. Eh, kata mereka kapan Adit mulai jadi Santri pulang pergi?" tanya Adit memilih untuk merubah fokus pembicaraan.

"besok" kata Maria. Maria pun memilih untuk tak lagi mengelek-elek anaknya yang baru jatuh cinta ini.

Oke, besok aku akan sering bertemu dengannya. Ini adalah awal. Terimakasih yang maha. Engkau telah memberi jalan bagi kami untuk lebih sering bertemu. Terimakasih. Aku tak akan menyia-nyiakan kesempatan ini. Lihat saja besok, tekad Adit bulat



***************************************************************************


terimakasih para pembaca,

maaf jadi jarring update. waktu ku begitu sempit.


ditunggu Vote, sama Komennya Ya!

jangan lupa Follow IG bangkitsemesta

DindaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang