S e u l A m i ; Epilog

715 33 4
                                    

Playlist : Don't know what to do - Blackpink

Tak apa kau meninggalkanku, asal jangan aku saja yang meninggalkanmu. Karena ditinggalkan tidak sesakit saat kau dikhianati.

🌙️

Hari-hari Irene berjalan seperti biasa, namun ada yang berbeda dari sebelumnya. Pada jam istirahat seperti ini biasanya Mino akan mengirim chat receh untuk Irene.

Menghibur Irene dengan gombalan yang sering Irene baca dari Internet.

Irene menghela napas lelah. Kelasnya sudah sepi sekali karena bel istirahat sudah berbunyi beberapa menit yang lalu.

Sebenernya Irene ingin pergi ke kantin karena dari kemarin ia belum makan sama sekali. Perutnya melilit, mungkin karena maagnya kambuh.

Tadi Seulgi menawarinya untuk ikut ke kantin. Tapi Irene menolak dengan alasan sudah membawa bekal.

Padahal ia sama sekali tak membawa bekalnya. Irene menunduk, meremas perutnya agar sakitnya segera mereda.

Ringisan beberapa kali terdengar dari bibir mungil itu. Kepalanya rasanya ingin pecah. Pusing tiba-tiba mendera dengan perut yang bertambah sakit.

Irene menjatuhkan kepalanya diantara siku yang terlipat diatas meja. Menenggelamkan wajahnya disana. Masih dengan memegang perutnya yang mati rasa.

Matanya perlahan menutup, sampai akhirnya ia berlalu ke alam mimpi.

🌙️

Irene mengerjap saat bahunya berguncang oleh tangan mungil dibahunya. Ia mendongak dengan mata sayu. Memegang pelipisnya karena dirasa pusingnya belum mereda.

“Muka lo pucet banget. Lo sakit?” Seulgi bertanya dengan tangan yang terulur menyentuh dahi Irene. Ia sungguh khawatir dengan keadaan sahabatnya.

Dari sejak bel istirahat pertama berbunyi sampai jam olahraga yang di lakukan setelah jam istirahat kedua ini, Irene baru saja membuka matanya dari tidur pulasnya.

“Nggak.”

Seulgi menghela napas pelan. “Kalo lo nggak kuat mending istirahat lagi aja. Kayaknya lo sakit.”

Irene menggeleng, membuka resleting tasnya dan mengeluarkan kaos olahraga dari sana seraya berdiri.

“Gue nggak papa. Mending sekarang kita ganti baju dulu daripada Pak Jaebum marah kalo kita terlambat.”

Seulgi hanya mengangguk pasrah mengikuti langkah Irene dibelakangnya. Setelah mereka berganti baju mereka bergegas menuju lapangan karena Pak Jaebum sudah meniup peluit dengan keras. Itu tandanya olahraga akan segera dimulai.

Beberapa arahan disampaikan oleh Pak Jaebum ditengah terik matahari yang menyengat. Irene semakin pusing, matanya berusaha tetap terbuka walaupun ia sudah tidak kuat.

Bunyi peluit kencang terdengar lagi ditelinga Irene membuatnya terkejut setengah mati. Dengan mata setengah terbuka ia berlari untuk melakukan pemanasan 5 kali mengelilingi lapangan.

Irene tak melihat Seulgi disampingnya, bahkan ia tak sadar jika laju larinya makin lambat hingga beberapa detik setelahnya pandangannya kabur dengan lengkingan suara cempreng yang ia yakini dari sahabatnya dan pandangannya gelap.

SEUL AMI ¦ MINRENE✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang