Basupati tidak menyangka dirinya mengungkapkan upaya pembunuhan raja. Dan kini dirinya tertangkap basah oleh dua mahkluk yang bersekongkol untuk membunuh paduka raja. Entah bagaimana Basupati akan menghadapi serangan dari dua orang itu. Semoga saja Tuhan masih menyayangi dirinya!
"Jadi, tuan-tuan," lanjut Basupati. "Kurasa kalian tidak begitu ramah rupanya."
"Untuk apa berkenalan, wahai manusia dungu!" pekik Danu. "Lagipula sebentar lagi kau akan jadi mayat, bocah!"
SYUT. Keris milik Danu diayunkan kepada Basupati. Lalu gantian Eka yang menyerang. Untunglah Basupati cukup lincah untuk menghindari serangan Danu. "Hei, ini tidak adil, Tuan-tuan!" seru Basupati gusar. Namun benar apa adanya, sebab Danu dan Eka sama-sama memiliki keris, sedangkan Basupati tidak memiliki senjata apapun untuk mengimbangi mereka.
"Siapa pula yang peduli!" seru Eka seraya menyerang Basupati.
"Bukankah kita diajarkan untuk saling peduli terhadap sesama?! Dan kasihanilah aku sedikit!"
"Tetapi tidak disini, bocah!"
Dengan cepat, Basupati mengambil panci besar yang tergeletak dekatnya. Langsung ia menutupi wajahnya dengan panci itu, melindungi kepalanya dari serangan keris bertubi-tubi. Sesaat ia terpojok, ia hanya bisa berlarian menghindari serangan demi serangan.
Gawat. Benaknya berkata. Kalau seperti ini terus habislah nyawaku!
Namun mata tajam Basupati melihat sesuatu. Sesuatu yang biasa lazim dipakai, namun akan berguna di saat genting seperti ini.
PRANG! Demikianlah bunyi aduan antara keris dan wajan besar itu. Sambil melindungi diri, Basupati tetap berlindung di balik panci itu...
Dan...
Sret. Dengan sregep Basupati mengambil benda yang berkilat itu, tak lain adalah pisau dapur yang biasanya digunakan oleh koki istana. Dan kini keris milik Danu dan Eka beradu dengan pisau dapur yang dipegang Basupati. Dengan cekatan Basupati membalas semua serangan Danu dan Eka.
Bunyi pedang dan pisau pun beradu, memekakan telinga bagai bunyi guntur di tengah badai. Gerakan ketiga orang itu lincah, selincah gerak petir yang menyambar di tengah hujan.
Dan mereka pun sangat bersemangat unjuk kekuatan masing-masing.
PRANG! SYET! PRANG! PRANG!
"Menyerahlah, bocah!" seru Danu menyerang Basupati. "Selagi kami masih mau mengampunimu!"
"Enak saja!" balas Basupati seraya menangkis serangan Danu dengan pisau dapur di tangannya. "Kau kira aku akan menyerah begitu saja?! Tidak akan!"
Mereka pun terus berkelahi, bahkan tempat mereka berkelahi sudah berpindah. Tadinya di dapur istana kini berpindah ke lorong-lorong istana. Bunyi beradunya senjata mematahkan sunyinya malam, dan lorong istana itu terlihat sedikit lebih hidup daripada biasanya.
Cukup lama mereka berkelahi, namun Basupati masih saja kuat menghadapi kedua orang yang terus saja menyerangnya bertubi-tubi. Bahkan Danu dan Eka sampai kelawahan. Mereka tidak menyangka anak semuda Basupati bisa sekuat itu, dan bisa melawan mereka hanya dengan panci besar dan pisau dapur. Dalam hati mereka berpikir, siapa gerangan yang mengajari bocah yang dihadapannya? Bisa-bisa bocah itu lebih lihai berpedang daripada mereka berdua!
"Argh!" Basupati memekik, ternyata pinggangnya teriris keris Danu. Namun, bukanlah Basupati namanya kalau mudah menyerah. Dengan susah payah ia mencoba lagi untuk melawan.
Lagi.
Dan lagi.
Mereka bertiga asyik berpedang, bahkan mereka tak menyadari bahwa mereka sudah berada di ruang pesta. Para tamu pesta pun terkejut, tak sedikit yang menjerit karena perkelahian mereka. Beberapa dekorasi terporak-poranda, suasana benar-benar kacau akibatnya. Tanpa mereka sadari, pertempuran mereka sudah menjadi tontonan bagi banyak orang.
![](https://img.wattpad.com/cover/123004649-288-k114195.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Babad Basupati: Petualangan Pertama
Ficción GeneralJikalau engkau berjalan menuju timur nusa, masuklah kedalam hutan-hutan jati nan rimbun. Jikalau engkau beruntung, dan roh leluhur merestui kalian, mereka akan menuntun engkau, sembari menceritakan sebuah kisah... Kisah legenda yang telah terlupakan...