Wolu - Bocah Anyar

841 34 2
                                    

Basupati mulai memasang kuda-kuda, menunggu aba-aba dari Kresna. Matanya mulai menyipit, pandangannya tertuju pada lawannya.

Keris di tangan kanannya dan perisai di tangan kirinya. Demikianlah pula senjata lawan dihadapannya. Basupati pun mengedepankan perisainya, melindungi dirinya, sambil ia juga mengacungkan kerisnya ke atas, mengarahkannya kepada lawannya.

"Bersiaplah!" Kresna memberi aba-aba. Keduanya pun langsung mempersiapkan diri, mamancangkan kuda-kuda, mempersiapkan segala jurus untuk mempertahan diri. Keduanya menatap tajam satu sama lain, seolah mengatakan bahwa ialah yang paling gagah di pertarungan ini.

"Mulai!" Kresna pun membuka pertarungan itu. Melihat lawannya langsung bergerak, Basupati pun langsung menghindar. Sungguh, ia masih belum bisa membaca pola bertarung lawannya, karena sesunggguhnya Basupati belum pernah bertempur. Baru kemarin saja ia bertarung dengan Danu, dan kini... ia bertarung dengan seorang prajurit yang benar-benar terlatih.

Matilah aku! Jerit batin Basupati.

Lawannya cukup bengis, tanpa ampun ia terus menyerang Basupati, sehingga Basupati lebih memilih untuk bertahan. Dibawanyalah perisai itu ke depan, untuk menutupi dirinya dari keris lawannya.

Prang! Cring! Prang! Demikianlah bunyi keris dan perisai yang beradu. Basupati mati kutu, ia merasa terpojok. Lawannya terus saja mengayunkan pedangnya, tidak pernah memberinya jeda, sehingga Basupati tidak dapat memikirkan langkah yang harus ia ambil selain melindungi diri.

"Janganlah selalu berlindung!" seru Kresna. "Seranglah lawanmu!"

Basupati mendengarnya, perkataan Kresna ada benarnya. Tidak mungkin ia terus menerus bertahan, ia harus bisa menyerang lawannya.

Basupati pun merubah jurusnya. Tidak, ia tidak boleh ikut terbawa oleh permainan lawannya. Ia harus membawa lawannya mengikuti permainannya, itulah kunci untuk memenangkan pertarungan.

Prang! Basupati pun mengayunkan kerisnya. Keris miliknya pun beradu, menangkis serangan lawannya. Kini Basupati mulai memberanikan diri. Keluarlah ia dari persembunyiannya, lalu mulai menyerang lawannya.

Keduanya bertarung sengit. Keris pun beradu. Bahkan perisai mereka pun turut beradu, mengimbangi kegesitan ayunan keris itu.

Sekuat tenaga Basupati melawan. Lawannya begitu lihai, bahkan jauh lebih lihai daripada Danu maupun Eka. Selain itu lawannya juga pandai mengelabui gerakannya. Seolah ingin menyerang ke suatu arah, tetapi sesungguhnya ia memiliki maksud lain. Dan Basupati hampir lengah.

Basupati melihat keris lawannya diayunkan ke atas, lalu seketika keris itu mengarah tepat di atasnya. Sontak Basupati melindungi kepalanya dengan perisai, akan tetapi...

CRING! Keris itu kemudian kembali beradu dengan keris Basupati. Rupanya lawannya hendak menghunuskan kerisnya ke arah dada Basupati. Secepat mungkin Basupati menangkis serangan itu. Diarahkannya kerisnya di depan dadanya, menahan keris milik lawannya dengan kerisnya. Hampir saja Basupati lengah, hampir saja ia kembali celaka.

Tangan Basupati gemetar. Tenaga lawannya begitu besar, ia terus menghunuskan kerisnya ke arah Basupati, meski Basupati terus menahannya. Basupati tidak kuat. Ia tidak kuat harus menahan tenaga lawannya yang sebesar itu. Dan seketika lawannya kembali mengayunkan kerisnya.

PRANG! Keris itu beradu dengan keris milik Basupati. Tangan Basupati tidak lagi kuat untuk menahan kerisnya. Lucutlah keris Basupati, terpental jauh ke atas tanah. Basupati takut, rasa percaya dirinya menciut. Kerisnya terpental jauh, jauh sekali dari tempatnya sekarang. Tidak mungkin ia bisa mengambilnya.

Lawannya pun mendengus kuat. Matanya berkilat, menatap Basupati begitu tajamnya, seolah ingin menelannya bulat-bulat. Ia pun langsung mengacungkan kerisnya, tinggi setinggi-tingginya, lalu mengayunkannya ke arah Basupati.

Babad Basupati: Petualangan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang