Enem - Caturan

1.4K 65 3
                                    

"Tetapi sebelumnya, apakah kau mau mengabdikan dirimu menjadi pengawalku?"

***

Mendengar perkataan Raja, Basupati hanya terdiam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Sungguh, ia tidak menyangka sang Raja akan mengatakan demikian.

"Beribu ampun, Paduka," ujar Basupati. "Apakah Paduka benar-benar bermaksud untuk berbuat demikian?"

"Menurutmu bagaimana, Basupati?" tanya sang Raja membalikan pertanyaan Basupati. "Apakah aku terdengar sedang bercanda?"

"Beribu ampun, Yang Mulia. Hamba tidak bermaksud demikian."

"Lantas kalau begitu mengapa kau menanyakan demikian?"

"Tidak ada maksud apapun, Paduka. Hanya saja hamba tidak menyangkanya."

Sang Baginda pun terdiam. Ia bangkit dari singgasananya, lalu berjalan turun dari kursi tahtanya. Dihampirinyalah Basupati dan Kresna, kini ia berdiri berhadap-hadapan dengan kedua orang itu.

Sesaat sang Raja menatap Basupati tepat di matanya. Lalu ia memalingkan wajahnya, dan kemudian membalikan badannya.

"Beberapa minggu yang lalu, Danu dan Eka tertangkap," ujar sang Raja. "Mereka berdua telah kupilih untuk menjadi orang yang dapat kupercayai. Ternyata mereka berdua bersekongkol di belakangku. Rupanya mereka adalah mata-mata kerajaan seberang yang diutus untuk membunuhku. Sungguh mengherankan!"

Mendengarnya Basupati hanya diam. Sebenarnya ia sudah tidak heran, sebab Basupati sudah mendengar hal itu dari mulut mereka sendiri. Lagipula, Basupati sudah terbiasa bertemu dengan orang semacam itu. Baik di depan, namun busuk di belakang.

Seperti layaknya Sengkuni.

"Tepatnya, Basupati," lanjut sang Raja. "Tepatnya mereka mata-mata dari kerajaan Krastala."

"Kerajaan Krastala?"

"Ya, kerajaan Krastala. Aku yakin kau tahu itu kerajaan yang sedari dulu suka sekali mencari masalah."

Basupati menganggukan kepalanya. Memang kerajaan Krastala terkenal suka mencari gara-gara dengan kerajaan-kerajaan di sekitarnya. Bahkan dalam kurun tahun ini, sudah empat kali kerajaan Krastala berbuat ulah.

Pertama kali dengan kerajaan Margawedi, yakni sebuah kerajaan di barat Sunadharpa. Berbatasan dengan pesisir di sebelah selatannya, Margawedi merupakan kerajaan yang sangat subur. Hasil buminya pun terkenal sampai seluruh nusa. Kerajaan ini dipimpin oleh seorang raja yang muda dan arif bernama Sri Baginda Yang Maha Mulia Adityawarman, yang baru saja naik tahta tahun ini, menggantikan ayahandanya yang pesakitan.

Waktu itu Raja Adityawarman baru saja naik tahta. Seluruh rakyat pun berpesta menyambut penobatan raja baru mereka. Akan tetapi, pesta itu tidak berjalan mulus, sebab sebuah anak panah tiba-tiba menancap di meja jamuan raja. Untunglah, sang Raja tidak terluka sedikit pun, dan pemanah itu pun berhasil ditangkap oleh para pengawal. Entah apa alasannya si pemanah membidikan anak panahnya ke arah meja raja, sampai sekarang tidak diketahui apa alasannya.

Yang jelas, pemanah itu berasal dari kerajaan Krastala. Dan nasib pemanah itu sampai sekarang pun belum ditentukan oleh Raja Adityawarman sendiri.

Yang kedua dengan kerajaan Giriwana, sebuah kerajaan terletak di utara Sunadharpa. Sesuai namanya, kerajaan Giriwana merupakan dataran tinggi yang berbukit-bukit. Kerajaan ini diberkahi dengan banyak aliran sungai, sehingga tanahnya juga sangat subur. Kerajaan ini dipimpin oleh Sri Maha Agung Maharaja Wisnuwardhana, yang sudah sepuh namun masih kuat raganya. Ia juga sedang mempersiapkan Pangeran Yudhistira, putra sulungnya, yang kelak akan menggantikannya ketika ia turun tahta.

Babad Basupati: Petualangan PertamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang