Prolog

181 11 0
                                    

Langit senja ini seakan menjadi saksi dari sorot kebahagian yang terpancar dari bola mata Chelsea dan Tania yang saat ini tengah duduk berdampingan di rooftop kampus ternama yang berada di wilayah Ibu kota. Semburat jingga dari ufuk barat seolah terus menyapu siang yang akan tergantikan oleh indahnya malam. Semilir angin yang berhembus lembut menyapu rambut dua gadis yang tengah tersenyum menatap langit yang sudah mulai meredup ini. Begitu tenang.

Derap langkah kaki terdengar menggema pada tangga yang tersambung di rooftop tersebut. Dua orang lelaki yang berperawakan tinggi dan tegap terlihat mendekat ke arah Chelsea dan Tania yang tengah sama-sama terdiam. Lebih tepatnya merenung.

Mereka mengendap-endap menatap satu sama lain seraya tersenyum jahil. Dan kemudian tiba-tiba. "WOYY!!!" teriak mereka bersamaan menggema di atas rooftop yang cukup hening tersebut.

"EH.. AYAM, KAMBING, SAPI, MONYET!" kaget Tania refleks sambil mengelus dadanya yang masih berdebar karena terkejut itu.

Chelsea yang juga terkejut sontak mendengus ke arah Tania. "Isssh.. Apaan sih lo! Sekalian aja absen semua hewan di kebun binatang. Kebiasaan banget deh."

Tawa mereka meledak. "WAHAHAHA!... Tania latah lagi njirr."

Tania berdecak dan menatap sinis kedua cowok yang sedang terbahak itu. "kalian sih. Ngagetin. Kan jadi kambuh lagi latah gue!" Tania terlihat kesal.

Salah satu cowok itu terkekeh. "Lagian bengong aja kalian. Kalo kesambet kan kita juga yang repot." Tania memutarkan bola matanya malas mendengar ocehan cowok itu.

Kemudian kedua cowok itu mengambil posisi duduk di samping pasangannya masing-masing. Menikamti hening yang tercipta di antara mereka.

"Jadi gimana persiapan kita buat minggu depan?" tanya salah satu cowok tadi memecah keheningan.

"kalo kita berdua sih gak ada persiapan apa-apa. Haha. Kalian gimana?" tanya Tania kembali.

"Kita baru aja nyari list tempat-tempat keren yang wajib dikunjungin di Bandung. Terutama makanannya," jawab Chelsea bersemangat.

"Makanan mulu. Pantesan tambah tembem pipi kamu," sahut cowok di sebelah Chelsea sambil mencubit pipi chelsea dengan gemas.

Tania tertawa melihat kedua sahabatnya itu. "Berasa jomblo gue kalo lagi sama kalian."

"Tuh dengerin. Cewek lo ngode noh. Lo sih, jadi cowok cuek bener bro," celetuk kekasih chelsea itu.

Cowok di sebelah Tania itu hanya tersenyum kemudian mengacak rambut Tania dengan lembut. Perlakuannya itu membuat pipi Tania sontak memanas. Kadang ia bingung. Walaupun cowok tersebut sudah resmi menjadi kekasihnya, namun tetap saja Tania sering kali merasakan malu ketika diperlakukan manis olehnya. Tania pun menyenderkan kepalanya pada bahu cowok itu. Merasakan setiap hembusan angin yang menerpanya.

Chelsea memejamkan matanya sejenak kemudian melirik Tania yang berada disebelahnya itu. Tania pun balas melirik mata Chelsea yang menampakkan sebuah lorong waktu dengan berbagai potongan klise dan apabila di satukan akan menjadi sebuah tayangan cerita yang mungkin akan sulit di lupakan oleh siapa saja yang melihatnya.

Mereka kemudian sama-sama tertawa mengingat kejadian beberapa tahun silam itu. Mereka tidak mengerti mengapa itu semua bisa terjadi. Mereka tidak tau bagaimana keadaan saat ini jika persahabatan mereka yang retak itu menjadi hancur berkeping-keping. Tapi mereka terus mempercayakan itu semua pada takdir.

Inilah sebuah awal dari pertemuan, perpisahan, dan juga sebuah... "Takdir Cinta."


Love DestinyWhere stories live. Discover now