Setelah anggota OSIS tadi keluar dari kelas X.4, Chelsea pun kembali menyibukkan dirinya dengan ponsel yang berada di genggamannya. Ia membaringkan kepalanya di atas tas yang berada di mejanya. Sesekali menguap bosan. Vita yang melihat itu pun mendekat ke bangku Chelsea dan mendudukan dirinya di kursi Tania yang masih kosong.
“Lo kenapa Chel? Boring banget keliatannya,” kata Vita menepuk bahu Chelsea pelan.
Chelsea yang tadi tengah melamun pun terperanjat, kemudian membenarkan posisi duduknya menjadi tegap. “Eh Vita. Gue gak apa-apa. Tadi Cuma agak ngantuk aja,” jawabnya
Vita hanya tersenyum kemudian mengangguk. Vita tau ada yang tidak beres dengan Chelsea ketika ia melihat arah pandangan Chelsea yang terus tertuju pada Devan tadi. Tapi sorot pandangnya itu seperti menyiratkan luka yang tertumpuk lama. Tapi ia tidak mau mencampuri urusan Chelsea terlalu dalam. Terlebih lagi ia baru saja mengenal Chelsea. Biarlah waktu yang akan menjawab semua tanda tanyanya. Satu hal yang ia yakini adalah Tania yang pasti berfikiran sama dengannya. Atau mungkin Tania tahu semuanya karna bukankah Chelsea dan Tania sudah bersahabat sejak lama. Mungkin suatu saat ia akan menanyakannya pada Tania.
“Weyy para cecan bengong aja dah.” Dari arah samping mereka terdengar seruan dua orang cowok yang sudah melambai-lambaikan tangannya pada Chelsea dan Vita.
“Sok kenal banget sih lo berdua!” kata Vita dengan ketus. Ia paling tidak suka dengan makhluk astral bin gaje seperti keduanya.
“Wisss slow. Temen di sebelah lo aja gak keberatan kok. Ya kan?” tanyanya pada Chelsea. Lalu mengedipkan matanya genit.
Chelsea hanya menganggukkan kepalanya. Ia berusaha bersikap ramah pada teman-teman sekelasnya. Kedua cowok itu pun menjulurkan lidahnya ke arah Vita.
“Nama gue Kevin. Terus makhluk di sebelah gue yang gantengnya kalah dari gue ini namanya Tirta.” Ia menjulurkan tangannya pada Chelsea dan Vita.
“Enak aja lo! Lo sama Mang Dadang, tukang kebun di rumah gue aja masih cakepan Mang Dadang!” seru Tirta tak terima.
Chelsea tertawa kecil melihat perdebatan dua orang aneh itu. Berbeda dengan Vita yang sudah memutarkan bola matanya jengah.
Chelsea kemudian menjabat tangan mereka bergantian. Menghargai niat mereka untuk berkenalan dengannya. “Gue Chelsea.”
“Chel nama temen lo yang jutek itu siapa?” tanya Tirta menunjuk Vita dengan ujung dagunya.
“Tanya aja sendiri lah,” jawab Chelsea seadanya.
Tirta bergidik ngeri. “Ogah gue. Nyeremin tuh cewek.”
Vita melotot dengan galak. “Lo kira gue setan?! Yang ada lo berdua noh datang tak di undang kaya jelangkung aja. Udah sana ganggu orang aja!”“Mundur lo Tir. Biar gue aja yang naklukin macan betina begini.” Kevin merangkul bahu Vita yang segera di tepis Vita dengan kasar.
“Apa sih lo! Dasar jomblo gak laku. Ngerangkul orang sembarangan.” Vita sudah sangat kesal dengan kelakuan duo korek api ini.
“Lo ribet banget sih. Gue kan Cuma mau nanya nama lo. Apa susahnya tinggal lo jawab.” Kevin mendengus.
“Terus kalo gue gak mau gimana?” tanya Vita menantang.
“Oke. Gue punya cara sendiri,” balas Kevin.
Kevin kemudian berjalan ke bangku Vita. Lalu mengeluarkan sesuatu dari kolong mejanya itu. “Elvita Ayudhia.” Gumamnya membaca sampul buku Vita.
“Ooo jadi nama lo itu. Gue panggil Ayu aja ya. Biar sesuai sama wajah lo yang cantik,” katanya sambil tersenyum tengil.
Blush! Wajah Vita memerah mendengar perkataan receh Kevin itu.
“Mantap bossqu. Langsung blushing nih.” Tirta sengaja menggoda Vita membuat gadis itu semakin kesal.
“Lo berdua kok nyebelin banget sih!” Vita memukulkan bukunya pada Kevin dan Tirta yang sudah mengaduh di tempatnya.
“Njirr. Nih cewek barbar banget dah,” kata Tirta sambil terus menghindar dari pukulan-pukulan Vita yang semakin menyakitkan.
“Berisik!!!” seru Maureen dengan ketus. Ia terbangun dari tidurnya karena keributan tadi.
Kevin hanya menyengir dengan tampang sok polosnya dan tirta meneguk salivanya. Wajah Maureen yang tengah kesal ini berkali-kali lipat menyeramkan dibandingkan dengan Vita.
Mereka segera beranjak pergi dari situ. “Dadah Achel sayang. Jangan kangen sama abang yak.” Kevin menyempatkan diri melambaikan tangannya pada Chelsea sebelum kembali ke habitatnya. Chelsea pun tertawa geli. Sejenak ia bisa melupakan dulu masalahnya itu karna tingkah konyol Kevin dan Tirta.
“Dasar buaya empang!” Vita setengah berteriak dengan suara yang setara toa masjid.
“Udahlah Vit.” Chelsea menenangkan Vita yang masih setengah kesal itu.
“Lo jangan sampe kemakan rayuan tuh dedemit dua,” ucap Vita pada Chelsea.
“Hati-hati loh Vit. Ntar demen,” sahut Maureen yang sudah menarik kursinya ke sebelah Chelsea. Dan membuat Chelsea berada di antara keduanya.
“Idihh amit-amit. Ogah banget gue.” Vita mengelus dadanya sambil mendumel.
“Alah ntar malah jadi amin-amin,” goda Chelsea bercanda.
“Lo berdua kok jadi nyebelin juga sih,” balas Vita kemudian ia kembali ke bangkunya dan duduk sambil menopang dagunya memalingkan wajah.
“Yee gue kan bercanda,” kata Chelsea membalikan kursinya ke belakang. Menghadap Vita.
Maureen mencibir melihat sahabatnya itu. “Baperan lo!”
“Bomat!” ketus Vita.
***Sorry partnya pendek 😅
Ikutin kelanjutannya di next part~
YOU ARE READING
Love Destiny
Teen FictionTakdir, Satu kata singkat yg sering diabaikan banyak orang Namun, Takdir... Satu kata singkat yg tak pernah ku sesali Bertemu denganmu, Adalah suatu takdir yang tak bisa ku hindari. Melupakanmu, Adalah suatu takdir yang tak ingin kujalani. Dan b...