Part 13

79 7 1
                                    

Mulmed ➡ Reza

-------------------------------------

Tania mengerjapkan kedua bola matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk ke penglihatannya. Ia mengerang. Merasa sangat pusing.

“Lo udah sadar?” tanya seseorang yang duduk di kursi di sampingnya.

Ia masih memijat pangkal hidungnya dan menyipit melihat orang di sampingnya ini.

“Kayanya efek kebentur tiga kali yak. Mata gue sliweran gini. Masa ada Kak Devan di sebelah gue. Ngomong pula.” Tania menepuk pelan kepalanya.

Devan mendengus. “Gue bukan penampakan.”

“Njirr ngomong lagi!!” heboh Tania.

Devan berdecak bangkit dari duduknya. “Kayanya otak lo beneran geser deh.”

“Woaaa ngomongnya panjang, coba Kak Devan yang asli ngomong gini juga,” Tania masih spechless duduk di tandu dengan bantal yang menjadi senderannya.

Devan terlihat terseyum sangat tipis, hampir tak terlihat. Ia  mengacak sekilas rambut Tania sebelum akhirnya keluar dari tenda PMR itu. Tania langsung membeku di tempatnya. Ia bingung, apakah ini nyata atau ilusi?

“Tiati laler masuk dek.” Seorang gadis mengejutkan Tania. Ia membawa secangkir teh hangat dan memberikannya pada Tania.

“Diminum dulu. Lo masih pucet,” sambungnya.

Setelah menenggak habis teh itu, Tania pun memberikan kembali cangkir itu pada gadis tadi yang ternyata adalah petugas PMR.

“Lo akrab ya sama Devan?” tanyanya kemudian.

“Nggak kok Kak. Ngomong aja Cuma seperlunya.” Tania membalas kikuk.

“Abis tadi Devan kaya cemas banget gitu. Tumbenan banget lagi cerewet. Nyuruh nidurin lo pelan-pelan lah, nyuruh ngompresin kening lo yang memar itu. Malahan tadi dia yang plesterin luka di kening lo,” jelasnya panjang lebar.

Tania langsung memegang plester yang tertempel di keningnya itu. “Hah, masa sih Kak? Emm.. mungkin Kak Devan hanya menjalankan tugasnya sebagai pendamping. Kan wajar aja,” jawab Tania. Walau ia tak bisa menyembunyikan senyumannya yang merekah begitu saja.

Petugas PMR itu hanya mengedikkan bahunya. “Tapi kan gak segitunya.”

“Ya udah. Lo istirahat dulu aja.” Ia meninggalkan Tania di tenda PMR itu. Tania tidak menjawab dan asyik dengan beribu pertanyaan yang kini bersarang di kepalanya.

“Aneh,” gumamnya singkat.”

***

“Aduhh.. gimana ya keadaan Tania?” Ara terus-terusan melontarkan pertanyaan yang sama sedari tadi.

Chelsea membuang napasnya sesaat. Ia juga sebenarnya mencemaskan Tania sedari tadi.

“Udahlah.. Tania kan tadi udah dibawa ke PMR. Kita berdoa aja semoga dia baik-baik.” Maureen mencoba menenangkan teman-temannya itu.

“Huaa gue jahat banget tadi ngira dia pura-pura pingsan,” rengek Vita.

“Gue juga.. Huaaa” balas Ara memeluk Vita. Kini keduanya terlihat seperti teletubbies yang sedang berpelukan.

“Udah deh diem. Lo berdua bikin gue tambah pusing.” Chelsea dongkol dengan kedua sahabatnya itu.

“Siapa yang pusing?” tanya Reza yang tiba-tiba menengokkan kepalanya ke dalam tenda Chelsea dan sahabat-sahabatnya.

“Eh Kak.” Chelsea tersenyum tipis.

“Ikut gue yuk Chel,” ajaknya.

“Kemana Kak?” tanya Chelsea.

Reza tak menjawab. Ia langsung meraih tangan Chelsea dan menariknya ke luar tenda. Ia membawa Chelsea duduk di sebatang pohon yang tumbang dekat area kemah tersebut. Ara pun diam-diam mengetikkan sesuatu di ponselnya.

“Nih. Lo makan dulu. Gue tau, lo pasti belum makan kan?” Reza menyodorkan sekotak nasi yang sedari tadi dibawanya.

“Eh.. Buat Kakak aja deh. Itu kan jatah makan Kakak sore ini,” tolak Chelsea.

Reza tersenyum dan mencubit pipi Chelsea dengan lembut. “Lo makan aja, oke? Gue udah kenyang makan mie tadi.”

“Ishh jangan kebanyakan makan mie, gak bagus buat kesehatan.”

Reza membungkam mulut Chelsea dengan suapan nasi yang sudah memasuki mulutnya kini.

“Lo tulus sama gue Kak. Gue bakalan merasa bersalah kalo gue gak bisa jatuh cinta sama lo.” Chelsea merebut sendok yang berada di genggaman Reza dan menyuapkan nasi pada Reza. Mulut Reza menggembung karena suapan nasi Chelsea yang terlalu banyak. Chelsea tertawa geli.

Seseorang memandang dari balik pohon yang batangnnya cukup lebar. Ia  memakai jaket kulit hitam, tak lupa dengan topi yang menutupi rambutnya serta kacamata hitam melengkapi penampilannya. Menatap intens dua orang yang saling menyuapi itu.

Long time no see, honey.” Seseorang itu terseyum memandangi Chelsea.

***
Halooo semuanya. Gimana part ini? Kira2 orang itu saha ya?  Ada yang tau gk? 
😂😂😂

Semoga suka ya sama part ini. See you in next part 😘😘

 See you in next part 😘😘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Mahareza Putra Radja

Love DestinyWhere stories live. Discover now