"Spada! neng Qiran! a'a dibawah ya neng! Abang Radit tunggu di depan gerbang ya neng!"
Siapa lagi kalau bukan radit. Oke lah, selagi menunggu Qiran keluar dari rumahnya kita harus kenal Radit terlebih dahulu. Namanya Pradipta Raditya, biasa dipanggil Radit. Awalnya gak suka dipanggil Radit karena terlalu mainstream katanya. Katanya dia pengen dipanggil dengan nama Dipta. tapi pada saat itu, satu kelas lupa nama dia siapa dan gak pernah inget. Adiib pertama kali nanya ke radit pasal nama lengkapnya dan Adiib lah yang mencetuskan nama Radit. Radit itu orangnya....
"Ngapain lo disini?" ucap Qiran dengan wajah songong. radit terlihat kaget dengan keberadaan Qiran yang tiba-tiba berdiri disebelahnya dengan bertolak pinggang.
"A'a tuh nunggu neng tau!" ucap Radit sambil memajukan bibirnya menjadi dirinya babyface.
"Jijik tau gak?" Qiran menjawab seraya mengusap kasar wajah Radit sembari terkekeh melihat wajah terkejut Radit.
Qiran naik keatas motor Radit dengan posisi duduk menyamping. Radit memberikan helm kecilnya kepada Qiran.
Motor biasa Radit seperti berlari melawan gedung-gedung tinggi pencakar langit. Motor radit berhenti ketika lampu lalu lintasnya mendadak merah. Di samping motor radit terdapat motor ninja besar yang membuat Radit malu seketika. Radit mulai tidak enak dengan Qiran. Dia seperti tidak bermodal menjemput Qiran.
Qiran tidak tau situasi itu. dia hanya tersenyum ketika melihat disebelah mobil pinggir sana ada seperti abang beradik yang tengah mau pergi kesekolah dengan sepeda. hatinya menghangat melihat itu. andaikan saja dunianya seperti itu dia pasti akan senang sekali.
ANDAIKAN.
ANDAIKAN.
ANDAIKAN.
***
Radit turun dari motornya setelah Qiran turun terlebih dahulu. Wajah Qiran tersenyum setelah mengasih helm kepada Radit. Tapi, lain dengan wajah Radit yang masam.
Qiran ingin pergi dari hadapan Radit setelah mengatakan terima kasih. Radit menahan tangan Qiran. Mereka berdua masih diparkiran. Mereka dilihatin sama anak kelas XI karena gak biasanya mereka akur begini. Bisik-membisik mulai terdengar di parkiran ini.
Qiran menarik tangan Radit kearah lapangan. Qiran lupa. Ini kan lapangan, berarti makin banyak yang liatin mereka, dan akhirnya mereka kekelas mereka.
"Tarik-tarik mulu neng. abang lelah" ucap Radit dengan wajah yang dramatis
"Lo mau ngomong apa?" ucap Qiran to the point
Radit gugup. Kelas ini seketika rasanya sempit dan pengap. Banyak yang memperhatikan mereka, termasuk Adiib.
"Gak ah perasaan lo aja kali" ucap Radit asal
"Halah muna lo"
Qiran kesal dibuat radit. Tadi saja dirinya ditarik mau pergi. Sekarang ketika ditanya malah enggak-enggak.
DASAR COWOK
***
Saat ini Qiran tengah di halaman belakang sekolah. Di hadapannya seorang cowok berkulit putih kekuningan dengan jaket hitam menutupi tubuhnya yang sedikit berisi itu.
Cowok itu berbicara sesuatu ke Qiran. Suaranya kecil. Tak terdengar oleh siapapun.
"Harus banget ya?" ucap Qiran seraya mengusap pipinya yang sedikit chubby itu.
Cowok di hadapannya itu malah mengacak rambut hitam Qiran dengan lembut.
"gue pengen nangis tapi gimana gitu. masa iya gue nangis dihadapan lo"
KAMU SEDANG MEMBACA
QIRAN
Teen FictionSeputar hidup Qiran yang hanya sekolah dan rumah. Semakin lama, rumah tidak pernah dia rasakan lagi menjadi rumah yang sesungguhnya. Yang dia rasakan hanya bangunan yang sepi, dan dia harus bertahan di dalam. Qiran tidak merasakan pulang lagi. Sehin...