r.

774 121 22
                                    

b x l.






Setelah berbenah, mereka berdua kemudian beranjak keluar dari gedung D itu. Daehwi dengan sweater purple pastel nya dan Jinyoung dengan bomber hitam nya.

Sedari tadi sejak kejadian dirinya dipeluk hangat oleh Jinyoung, entah mengapa Daehwi terus-terusan melamun.

Diri nya seperti orang yang hidup tanpa semangat.

Pucat, bibir mulai membiru, dan mata yang memerah.

Tapi tidak separah tadi.

" Kau, baik? "

Jinyoung tahu alasan dibalik hal seperti ini.

" Ayo, " Cengkraman Jinyoung pada pergelangan Daehwi ternyata belum mampu membuyarkan lamunan lelaki berambut hitam itu.

" Mau sampai kapan disini? "

" Eum? "

Dilihat nya tatapan Daehwi masih belum lepas dari titik lamunan nya. Namun sudah membalas pertanyaan nya?

Hm? Ada apa dengan nya?

Tanya Jinyoung tanpa suara.






Kemudian Jinyoung menarik pelan tangan Daehwi. Mendekatkan Si kecil pada Jinyoung. Mengelus jemari lentik itu perlahan lalu menggenggam nya erat.

Ditatap nya Daehwi lekat, lalu tangan nya kemudian entah mengapa terulur mengelus pipi tanpa riasan apapun tersebut.

Lembut.

Daehwi memejamkan matanya.

Lalu ketika ia membuka kelopak nya, Daehwi dihadapkan dengan netra deep lelaki di depan nya itu.

Daehwi tak sanggup. Sungguh.

Selalu saja seperti ini.

Ia selalu diam tak berkutik seperti tersihir hanya karena tatapan lelaki di depan nya ini.

Semua sentuhan yang telah ia rasakan bagai mantra untuk nya.


Sebenarnya . . .

Sebenarnya. .

Sebenarnya,

Ini semua apa?

A-apa maksud dari semua ini?

Apa. . . maksud dari tatapan itu,

Apa, apa maksud dari sentuhan itu?

Apa maksud dari segala perhatian itu?



Daehwi hanya tak ingin ia salah mengartikan hal-hal itu semua, dirinya benar-benar enggan.

Kepala nya pening memikirkan hal ini sedari tadi.

Entah lah, Daehwi hanya tak ingin,

NEVER (네버).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang