d.

1.4K 207 10
                                    

JINYOUNG X DAEHWI






Oh Tuhan. Ini buruk.


Kurang dari 1800 detik lagi gerbang sekolah nya akan ditutup dan ia masih berada di kamar kecil nya saat ini dengan membuat simpul di tali sepatu hitam nya tergesa - gesa.

Mata merah membengkak dengan lingkaran hitam samar yang memperlambat aktivitasnya pagi hari ini.

Jangan tanya karena apa. Tidak ada apa-apa sebenarnya, hanya... jangan saja.

화이팅 ! ! ! Bisiknya dalam hati untuk hari ini ketika kaki nya melangkah keluar dari kamar.

Daehwi berlari kecil menuju halte bus dengan bibir yang mengapit sebuah roti isian kesukaannya. Memasang handsfree ketika bus yang ditunggu nya datang dan menatap bayangan bangunan yang bergerak menjauh dari nya di jalan.












" Hm? gwaenchana? "

" Uh uh "

" Kau berbohong Lee Daehwi. Lalu, ada apa dengan matamu itu "

" Hmmmm... aniya. Hanya kurang tidur. "

Bibir chairmate nya itu kemudian membentuk O lalh kembali sibuk dengan telfon genggamnya.

" Seonho-ya, bagaimana matematika kemarin? "

" Mudah. Ya mudah, jika kau ikut ujian kemarin dan duduk di sampingku dan membantuku sepenuh hati tentu akan sangat mudah. Eits, anyway kau kemana saja kemarin? Apa yang terjadi dengan mu? "

" Pfffft. Hm ? Enggg- Tidak ada apa apa. Hanya saja sedikit unmood? " Jawabnya santai.

" Yak Lee Daehwi, jujur lah padaku, ada apa dengan mu kemarin ? Jawaban mu itu sungguh tidak memuaskan ke-ingin-tahuan-ku ! " Bentak teman sebangku si pirang. Oh lihat, matanya bahkan membesar hanya karena tidak puas atas jawaban si pirang? Dan mari lihat tatapan tajam teman sekelas yang dilemparkan untuk mereka.

" Ugh ya ya ya ck. Nanti ku beri tahu. " Daehwi bahkan menjawab bentakan teman sedari kecil nya itu dengan decakan.















Daehwi menghela nafas setelah menyelesaikan ujian matematika yang harusnya ia kerjakan kemarin. Membungkuk kepada guru Choi dengan sopan dan mengucapkan terima kasih, lalu keluar menuju kelas nya.

Bugh.

Otot dan tulang nya hilang kendali lalu jatuh bersama buku catatan kecil yang ia bawa untuk ujian matematika tadi. Penglihatan nya pun sedikit terganggu. Tetapi ia bisa mendengar suara seseorang yang sepertinya tertuju padanya.

" Maaf, sungguh aku minta maaf "

Ulurang tangan itu Daehwi terima dengan anggukan kecil berulang kali. Ia mengucapkan tak apa kepada sang pemilik tangan yang baru saja ia lepaskan. Ia berjalan cepat dengan dagu yang hampir menempel di dada.

Kring Kring Kring.

Nada yang memekakkan telinga itu bertepatan  dan sangat pas dengan Daehwi yang baru saja menempelkan pantat nya di atas bangku kayu yang ada di kelasnya.













18.15 dan saat ini Daehwi masih tetap berada di dalam kelasnya. Lima belas menit berlalu setelah bel pulang berbunyi dan Seonho yang meminta maaf karena tak dapat menemani nya pulang hari ini.



Puk.

Tepukan itu terasa di bahu kecil kanan nya. Daehwi pun menghentikan langkah nya di  koridor sekolah lalu menoleh kepada sang pelaku penepuk.

" Lee Daehwi, kan? "

" Eum y-ye... sunbaenim " Dasi dengan tiga garis yang dipakai orang didepannya ini menuntun Daehwi menjawab dengan kata sunbae.

" Maaf mengagetkan mu dan menabrak mu tadi. Sepertinya buku kecil ini milikmu, ku ambil di tempat yang sama ketika menabrakmu. "

Lelaki yang tersenyum itu memberi nya sebuah buku berwarna navy tosca yang sangat ia kenali. Ya, buku Daehwi sendiri.

" Sekali lagi aku minta maaf, semoga hari mu menyenangkan Lee Daehwi. "

Lelaki itu tersenyum samar dan melangkah menjauh dengan santai setelah mengusak lembut rambut si pirang.

Daehwi terdiam. Orang yang baru saja ia temui itu mengusak rambut nya. Hng? Cukup lancang, batin nya.

Daehwi menatap buku yang ia pegang saat ini dan berfikir keras siapa orang tadi. Yang jelas ia adalah sunbae nya di sekolah ini. Tapi siapa ya?

Di tempat yang sama, seseorang menatap seseorang yang lain dengan alis yang mengkerut.

NEVER (네버).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang