Aiedan Razak : Aie
Bathrisya Kaisyara : Ara
.......
Sejak kecil Ara & Aie memang sudah dekat walau jarang akur. Tapi mereka tetap bersahabat walaupun Aie rada bosan mengahadapi Ara yang bawel dengan segala keanehan dan kelabilan yang bisa bikin si...
Cewek dengan setelan super abstraknya itu sejak beberapa menit lalu sudah memasang tampang kesal, lantaran ketika dia sudah sampai di parkiran apartemennya yang dia dapatkan hanyalah parkiran dengan kondisi yang membuatnya hampa sesaat. Mobil putih milik Abang sulungnya itu tidak lagi terparkir di situ. Seperti sudah bisa menebak apa yang baru saja terjadi, saat dia merogoh ponsel di saku jaket birunya dan tertera jelas nama pengirim pesan via WA tersebut.
"Aaaaaaaaahhhhhhh, bang Karaaaa jahat banget,gua ditinggalin. Dasar abang gak punya hati, tega banget ama adeknya yang udah terlahir sengsara gini. Mampus dah gua telat ngampus lagi. Mau alesan apa gua kalo ditanya dosen genit itu ? Ntar di bilangin gua nyusuin anak dulu lah, mandiin laki lah. Aaaaarrrgggggghhhhhh sumpah it's bad day my God".
Dengan wajah setengah pasrah tiba-tiba saja Ara duduk dengan posisi setengah berjongkok masih di tempatnya berdiri sejak tadi. Seperti sedang menimbang-nimbang langkah apa yang harus diambilnya agar dia bisa segera sampai di kampusnya. Bukannya apa, hari ini ada kelas sastra dan mid semesternya akan dilaksanakan pukul 08:15 pagi ini. Tapi sialnya, Dewi Fortuna sepertinya sedang malas berpihak pada Ara sehingga dia harus melawati pagi harinya dengan segala kesialan yang membuatnya terlambat ke kampus.
"Ah iya gua tau gua harus ngapain."
Dengan gerakan cepat, Ara mengetikkan sesuatu di layar ponselnya lalu meletakkan benda pipih itu di telinga kirinya.
"Kamvrettt, gak diangkat. Kemana nih anak monyet? Pas gua lagi butuh-butuhnya dia malah gak ngangkat telfon gua". Dengus sebalnya kembali terdengar. Begitulah Ara, setiap kali kesal atau marah dia akan mendengus dan memasang wajah sekusut baju belum disetrika.
"Huffftt. Sabar Kaisara manis. Jangan ngomel dulu, coba telfon lagi, kali aja diangkat ya kan. Positive thinking!".
Setelah men- dial kontak yang tertera nama pemilik akunnya Aiedan Razak sebanyak 23 kali, akhirnya dia menyerah. Namun, beberapa detik kemudian jari lentiknya malah beralih ke icon Personal Chat.
"Please,God. Tolong sadarkan teman hamba dari tidur kebonya itu agar dia segera ke sini menyelamatkan hamba dari suasana menyebalkan ini. Hamba sudah tidak kuat lagi untuk menunggu seseorang yang 'kan berbaik hati mengantar hamba ke kampus. Aamiin",dengan wajah polosnya, Ara (tampak) berdoa. Ya, sepertinya memang begitu walau yang kelihatan malah seperti orang yang sedang mengumpat.
Namun, tiba-tiba ponselnya berdering. Bukan nada dering tanda pesan, tapi tanda panggilan masuk . Benar saja, tertera segede gabang nama itu di ponselnya.
AIEDAN RAZAK CALLING ......
"Eh nyet! Kamvret lo dari tadi gua telfon kemana aja lo hah ??", terdengar suara cempreng gadis diseberang telfon sana yang dengan refleks membuat Aie menjauhkan ponsel dari telinganya.
"Ampun, buset dah lu, Ra. Gua bisa budek kalo lama-lama dengerin omelan lo yang cempreng gitu. Lagian lo kenapa sih pagi-pagi udah bom chat Wa gua. Pake acara gawat darurat lagi. Yaelah bahasa lo alay banget sumpah. Kenapa lagi ? Mobil lo mogok ? Uang jajan lo habis ??".
"Iiih bukan bego! Sok tau banget lo nyet. Dari pada lo nanya mulu kayak wartawan mending lo cabut ke apartemen gua sekarang! gpl, kalo lo gak muncul dalam waktu 10 menit lo bakalan tau sendiri akibatnya! ".
Klik. Dengan gerakan secepat kilat Ara menekan tombol merah dan panggilan itu pun terputus. Senyum puas terpampang nyata di wajah liciknya.
"Akhirnya, penyelamat hidup gua bangun juga dari tidur kebonya. Tuh monyet emang bisa gua andalin saat gawat darurat keg gini. Tapi kayaknya udah gak mungkin lagideh gua masuk kelas sastra, secara sekarang udah jam berapa ya kan". Wajah liciknya tampak frustasi. Namun tak berlangsung lama.
"Ah, bodo amat sama ujian mid. Mau nilai gua Eror atau gimana itu urusan belakang. Pagi ini udah cukup melelahkan buat gua. Dikacangin ama my bae Sandy semaleman, ditinggalin bang Kara, ditambah lagi telat ngampus plus gak ikutan mid, gua rasa kesialan cukup sampe sini aja".
Ara tersenyum, senyum licik dengan sorot mata berbinar seorang Bathrisya Kaisara. Tanda bahwa dia sedang merencanakan sesuatu dan hanya dia yang tahu.
"Sorry,wahai penyelamat hidup. Sepertinya lo akan jadi partner in crime gua hari ini. Gua gak jadi deh ke kampus, ada hal lebih penting yang harus gua lakuin dari pada duduk berjam-jam ngerjain soal mid sastra yang ngejelimet itu".
Ara tertawa puas, dan eyes smile miliknya tampak semakin jelas ketika matanya tertuju pada mobil sedan navy yang melaju ke arahnya.
____________________________________
Si Bekicot Got ARA
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.