Prolog

153 76 65
                                    

Summer, 2009

Siang ini matahari bersinar sangat terik. Entah karena memang kebetulan sekarang ini sedang musim panas atau karena matahari memang selalu bersinar seterik ini di pantai.

Aku bangun dari posisi tidur melirik anak laki-laki di sebelahku yang masih dalam posisinya tanpa merasa terganggu dengan terik sinar matahari yang menusuk hingga ke kulit ini. Aku curiga kalau dia benar-benar tertidur di atas sini.

"Adi. Bangun jangan tidur." Aku menggoyangkan lengan Adi berusaha membangunkannya.

"Adiii.. kita ke sini kan buat perpisahan. Kalo kamu tidur, percuma dong aku ikut perpisahan ini."

Adi masih juga enggak memberikan respon.

Hari ini keluarga Turner-keluarganya Adi-mengadakan perpisahan dengan mengajak keluargaku menginap di salah satu pulau pribadi milik mereka. Perpisahan ini dilakukan karena mulai besok Adi dan keluarganya akan kembali ke Negara asal mereka yaitu Irlandia mengingat uncle Turner telah menyelesaikan pekerjaannya di Indonesia.

Keluarga Turner sudah tinggal di sini selama kurang lebih lima tahun. Dan sudah selama itu pula keluarga kami berhubungan baik mereka, begitu juga dengan aku dan Adi. Kami bersekolah di SD yang sama dan selalu menghabiskan waktu bersama-sama dari dulu. Aku sangat senang berteman dengannya walaupun kadang sering merasa kesuliatan untuk berkomunikasi karena Adi selalu mencampur bahasanya dengan English yang mana aku sendiri enggak terlalu mengerti artinya. Tapi aku selalu berusaha untuk memakluminya dan mengangguk mengerti akan apa yang dia katakan.

Karena kesal enggak juga mendapat respon dari Adi, aku pun beranjak masuk ke penginapan dan meninggalkannya sendirian di tepi pantai.

Di malam harinya, aku duduk sendirian di tepi pantai memandangi langit hitam yang berhiaskan bintang yang bertaburan. Sepi sunyi, enggak ada suara yang terdengar selain suara ombak yang menghantam pasir pantai dan angin yang bertiup. Aku suka nuansa malam yang seperti ini. Membuat perasaanku menjadi lebih tenang dan lebih damai.

Aku merasa seseorang duduk di sebelahku tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Dia membawa gitar kesayangannya dan mulai memetik beberapa nada dari senar gitarnya itu hingga mulai terdengar melodi yang indah.

Aku tau dia sekarang sedang mencoba untuk menarik perhatianku, karena itu aku pun langsung membuang muka darinya.

"Kamu kenapa?" Tanya Adi setelah akhirnya merasa ada yang salah dengan sikapku ini.

"Enggak kenapa-kenapa." Jawabku ketus masih membuang muka darinya.

Dia terkekeh sebentar, sebelum kemudian berkata "Jangan marah dong. Kita ke sini kan buat perpisahan aku. Kalo kamu marah, percuma dong kamu ikut perpisahan ini."

Mataku langsung membulat mendengar kata-katanya barusan.

"Kamu kok niru kata-kata aku tadi siang sih?!" Aku pun menatapnya kesal. "Kamu kan tadi siang tidur, kok bisa denger?!" Sambungku kemudian.

"I'm not sleep, aku denger semua kata-kata kamu waktu ngomong tadi siang." Akunya dengan santai.

"Terus kenapa gak bangun dan respon omongan aku?!"

"Sengaja."

Aku semakin kesal dengan Adi sekarang.

"Sengaja kenapa?!"

Adi tersenyum dan menatapku sok imut.

"This is my last day sebelum pindah, so aku sengaja pengen jahilin kamu before I already go. Kalo aku udah pergi kan aku gak bisa lagi jahilin kamu."

He(a)rtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang