Chapter 7 | This Town

33 29 15
                                    

"And I know that it's wrong, that I can't move on. But there's something 'bout you"
⚪⚪⚪⚪⚪

🎶 Niall Horan - This Town
🎶

____________________________________

Aidan PoV

Gue terbangun dari tidur yang kiranya sudah berlangsung kurang lebih 45 menit. Begitu melihat ke arah jam dinding yang tergantung diatas meja belajar, gue langsung mengedarkan pandangan ke sekitar.

Ternyata dia belum pulang juga.

Setelah melakukan travel room beberapa menit di kamar Marshall yang penuh dengan hiasan dinding tadi gue merasa ngantuk dan memutuskan untuk tidur di kasurnya yang empuk ini. Maksud gue biar waktu bangun tidur bisa langsung disambut sama kehadiran dia, tapi sayangnya ternyata yang nyambut gue begitu bangun tidur cuma aroma minyak wanginya aja.

Malam ini rencananya gue pengen ngajak Marshall ke salah satu tempat yang dulu pernah kita datengin sewaktu masih kecil. Sekalian mengingat memori masa lalu, siapa tau dia bisa kembali punya perasaan sama gue gara-gara gue ajakin flashback.

Tapi dari tadi dia belum juga pulang. Padahal Mamanya bilang kalo dia udah pergi dari pagi ke rumah temennya. Harusnya sekarang dia udah pulang ke rumah, tapi kayak apa yang gue bilang sebelumnya, bahkan tanda-tanda kepulangannya itu belum keliatan sama sekali.

Gue berjalan mendekat ke arah jendela untuk mengintai ke luar rumah, siapa tau salah satu dari pengendara motor yang lewat ada yang membonceng Marshall.

Apa jangan-jangan dia nginep ya di rumah temennya itu? Mangkanya dari tadi belum pulang-pulang juga.

Tiba-tiba suara deruan motor terdengar berhenti di depan rumah. Merasa kalau itu adalah suara dari motor orang yang mengantar Marshall, gue pun langsung keluar dari kamarnya hendak menuju teras. Tapi belum sampai kaki gue melangkah ke teras, langkah gue malah terhenti di tengah jalan.

Dari ruang tamu gue liat Marshall lagi dipeluk sama cowok yang mengantarnya pulang. Gue gak bisa menebak dengan benar cowok itu siapa karena dia gak ngelepas helm yang dia pakai, dan dia juga memakai hoodie hitam yang membuat gue sulit untuk mengenali postur tubuhnya.

Tiba-tiba gue teringat dengan salah satu kertas yang tertempel di dinding kamarnya Marshall. Di kertas itu tertulis,

Ada hati lain yang sedang menempati rumahku disaat pemilik asli rumah ini sedang tidak ada di tempatnya.

Apa dia laki-laki yang Marshal maksud di kertas itu?

Begitu mereka selesai berpelukan, gue langsung duduk di kursi tamu yang letaknya bersilangan dengan pintu utama agar Marshall gak curiga kalo gue abis ngeliat apa yang dia lakuin sama cowok itu barusan. Gue juga pura-pura bermain ponsel untuk menambah akting pura-pura gak tau gue ini.

"Adi?" panggil Marshall bingung ketika dia sudah masuk ke dalam rumah.

"Eh, Mars. Udah pulang?" tanya gue sok iya berpaling dari layar ponsel.

"I-iya, barusan diantar temen. Lo ngapain ke sini?"

"Gue sebenernya pengen ngajak lo jalan. Tapi lonya gak ada, jadi gue tungguin aja sampe pulang."

"Lo nungguin gue udah dari kapan?" Dia ikut duduk di kursi samping gue.

"Dari setengah tujuh, sih."

"Astaga.. Lo nunggunya udah lama banget. Kenapa gak pulang aja? Ini kan udah hampir jam setengah sembilan."

"Baru juga jam delapan lewat sepuluh. Lagian tadi Mama lo bilang harusnya lo udah pulang dari jam tujuh, soalnya kan lo udah keluar dari pagi. Jadi yaudah, gue tungguin aja sekalian. Gue gak tau kalo lonya bakalan pulang jam segini."

He(a)rtsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang