RUTE SHIINA PERTAMA: PR MUSIM PANAS

130 8 8
                                    

"Oh iya... PR musim panas!!"

Dengan panik aku langsung berlari menuju lemari buku. Aku mengambil semua buku-buku yang aku ingat ada catatan PR musim panasnya. Kemudian, aku memeriksa satu persatu buku-buku itu.

Setelah semua diperiksa, rasa panikku sedikit menghilang. Untungnya aku sempat mengerjakan beberapa PR-nya, tapi sayangnya yang belum selesai bagian yang sulit sekali. Pasti saat itu aku mengerjakannya dengan PRinsip 'mengerjakan yang mudah dulu, kalau sulit tinggalkan dulu'. Jadinya aku melupakan bagian yang sulitnya.

"Sepertinya besok pagi sekali aku pergi menemui Shiina saja..." gumamku. "Sebaiknya aku kirim dulu pesan, supaya tidak terlalu mengejutkannya. Kuharap dia mau membantuku."

###

Aku pun berkeliling mencari stan yang menarik, sebelum pergi melihat kembang api. Setelah cukup lama berkeliling, aku pun memutuskan untuk mengunjungi stan permainan menembak. Di sana, aku melihat ada Shiina yang memakai kimono belang putih-biru pendek selutut. Dia sedang mencoba memainkan permainan menembak.

"Yo, Shiina," sapaku.

Shiina pun berhenti membidik dan melihat ke arahku. "Oh, ternyata Rifki-san." Shiina kembali membidik lagi.

Aku pun melihat arah bidikan Shiina. Ternyata arahnya menuju boneka beruang sedang yang berada di paling atas etalase kayu. Kurasa wajar saja kalau Shiina menginginkan itu, karena dia seorang gadis. Kalau aku akan pilih pistol-pistolan yang masih dikemas dengan kotak kardus, di etalase tengah paling sisi.

Perkiraanku ternyata benar, peluru kayu yang ditembak Shiina mengenai badan boneka beruang sedang itu. Sayangnya, boneka itu tidak jatuh. Lalu aku melihat Shiina, dia terlihat sedikit kesal karena gagal.

"Serahkan kepadaku," ucapku.

Aku pun memberikan uang untuk membayar permainan. Paman penjaga stan pun memberikan pistol laras panjang dengan peluru kayu yang sudah menempel di lubang laras. Kemudian, aku pun membidik ke arah boneka itu.

Ah, gawat, penyakit ingin terlihat keren di depan perempuan-ku kambuh. Seharusnya tadi aku tidak bilang begitu, cukup membayar dan mencobanya saja. Kan malu kalau ternyata sampai gagal. Shiina yang berhasil mengenai boneka beruang itu saja gagal, apalagi aku yang belum pernah memainkan permainan ini sebelumnya, ditambah kemampuan menembakku menggunakan tembakan mainan saja payah.

Dipikir-pikir lagi, rasanya mustahil bisa mendapatkan boneka beruang itu hanya dengan tembakan dari pistol ini. Dari yang aku lihat saat Shiina menembakkannya, dorongan pelurunya cukup keras sehingga kecepatan meluncurnya cukup cepat. Tapi, karena jarak antara tempat menembak dengan tempat hadiah cukup jauh. Jadi, kurasa tidak akan memberikan dorongan yang kuat saat terkena hadiahnya. Kalau saja yang ditembak bendanya kecil atau tipis, pasti mudah jatuh walau hanya dengan dorongan kecil. Itu pun kalau kena.

Kalau aku menyerah, pasti sangat memalukan. Apalagi kalau sampai membuat Shiina berharap, dia pasti sangat kecewa sekali. Harga diriku sebagai laki-laki akan hancur lebur. Aku pasti tidak akan bisa tidur tujuh hari tujuh malam.

Kalau begini, tidak ada pilihan lain selain mencoba dan menyerahkan kepada keburuntungan. Ayo, semangat, Kiki!!

Tanpa pikir panjang, aku menembakkan peluru kayunya. Dengan cepat aku bisa melihat peluru kayu itu meluncur mengenai sisi botol plastik berisi kertas yang berada di sisi boneka beruang, lalu memantul ke belakang boneka beruang. Sudah dipastikan, kalau itu adalah kegagalan.

Dengan perasaan malu, aku melihat ke arah Shiina. "Maaf, Shiina. Aku ga-"

"Ini dia hadiahnya!" ucap paman penjaga stan mengalihkan pandanganku.

ATNIL (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang