RUTE YAMI PENYELESAIAN: JIMAT CINTA

47 3 0
                                    

Rumah hantu kelas pun ditutup sementara, karena beberapa perempuan sedang menenangkan Avira yang menangis. Berkat kejadian itu juga, aku mendapatkan ceramahan panjang dari beberapa teman-teman sekelasku. Bahkan, ada yang sampai menamparku karena membuat Avira bersedih, bukan karena mengacaukan rumah hantunya.

Sekarang aku sedang duduk di sudut ruang lain, memisahkan diri dari semuanya yang sedang menenangkan Avira dan merundingkan penyusunan baru untuk rumah hantunya. Dengan rasa sakit di kedua pipi yang berdenyut-denyut, aku merenungkan diri karena mengacaukan rumah hantu yang sudah dibuat dengan susah payah oleh teman-teman.

"Hei, Rifki."

Mendengar panggilan itu, aku mengangkat kepala dan melihat sosok laki-laki berdandan mummy berdarah. Mungkin tepatnya pasien yang punya luka banyak dengan diperban asal-asallan. Dari suaranya, aku tahu kalau dia adalah ketua kelasku, Souma Shiro.

"Ya?" balasku.

Souma-san berjalan mendekatiku, dengan tatapan mengerikan. Berkat itu, aku merasa sepertinya dia ingin menceramahiku untuk pengacauan rumah hantu atau karena membuat Avira sedih.

"Keputusan yang tepat."

"Eh, apa maksudmu?"

"Tentu saja soal kamu meluruskan kesalah pahaman itu. Aku dengar semuanya dari Avira."

"Apa Avira sudah tenang?"

"Sudah. Dia menceritakan semuanya yang sebenarnya."

"Lalu, kenapa kamu bilang kalau itu keputusan yang tepat?"

"Tentu saja, karena kamu tidak memanfaatkan kesempatan untuk memenuhi kepuasan belaka. Aku memujimu karena dengan cepat memberitahu kesalah pahaman itu, sehingga Avira tidak mengalami harapan palsu lebih lama lagi dan akhirnya sakit hatinya lebih besar. Terus, kamu tidak memanfaatkan kesalah pahaman itu agar bisa melakukan sesuatu kepada Avira, karena statusmu yang merupakan 'pacarnya'."

Aku paham maksud dari Souma-san. Dia benar-benar pria yang baik dan pengertian. Benar-benar pas menjadi sosok ketua kelas.

"Terima kasih."

"Ayo, kita ke sana. Mereka ingin meminta maaf, terutama gadis-gadis yang sudah menamparmu."

"Ah, i-iya..."

Sebenarnya aku enggan menemui mereka, untuk sekarang. Tapi, karena aku juga ingin meminta maaf, aku paksakan diri untuk berani menemui mereka. Setelah sampai di sana, semuanya langsung menghampiriku dan meminta maaf karena langsung menuduhku yang tidak-tidak.

Aku harus berterima kasih kepada Souma-san, karena berkat dirinya berani membicarakan pendapatnya soal apa yang kulakukan adalah hal yang baik. Jadi, semuanya merenungkan hal itu dan akhirnya memutuskan untuk meminta maaf kepadaku.

Yah, walau begitu. Aku masih tetap sedikit mendapatkan kemarahan karena mengacaukan rumah hantu. Kalau untuk itu, kurasa aku menerimanya dan langsung meminta maaf. Dan, semuanya memaklumi hal itu. Aku benar-benar bersyukur bisa mendapatkan teman-teman pengertian.

Sedangkan Avira, yang sudah terlihat tenang. Dengan biasa atau mungkin sedikit memaksakan terlihat baik-baik saja, berbicara kepadaku untuk meminta maaf juga.

"Maaf, Kiki-kun. Aku langsung salah paham seperti itu dan menjadi merepotkanmu..."

"Ti-Tidak apa-apa. Ini juga salahku karena tidak tahu menahu jimat itu."

"A-Apa kita bisa kembali seperti biasanya?"

"Seharusnya aku yang menanyakan itu."

"Eh, tapi... aku yang salah..."

ATNIL (Slow Update)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang