01

1K 82 7
                                    

Seorang gadis membuka matanya perlahan, ia sangat berharap bertemu 'dengannya'. Seorang yang sangat ia sanyangi. Namun, takdir berbaik hati masih memberi napas dan ia dapat menghirup udara meski kini selang oksigen yang membantunya bernapas.

Ia berdecak sebal, kenapa takdir masih berbaik hati padanya?. Tak cukupkah dosa yang ia lakukan?, apakah takdir tak bisa melihat ini?. Ia lelah, sangat lelah. Badanya masih berasa sangat nyeri, sejak kapan ia berada ruang rawat ini?. Kenapa ia dibawa kemari?, mengapa mereka tak membiarkan dirinya disana?. Sungguh, ia tak ingin melihat keindahan dunia ini lagi. Karena ia merasa dunianya telah hancur.

Gadis itu melirik dan mendapati seorang pria tengah tertidur disamping ranjangnya. Namun, gadis itu memutar bola matanya malas.

Ingin ia memaki pria yang disampingnya. Namun, apa daya. suaranya masih enggan untuk menunjukan diri. Serak dan merasa kering pada tenggorokanya. Ia ingin mengambil minum yang ada meja disebelahnya. Dengan segenap kekuatan yang ia miliki ia susah payah menggapai air tersebut. Namun, hasilnya. Ia malah menjatuhkan air itu hingga suara pecah gelas membangunkan sang pria yang sedang terlelap disampingnya.

"Lo udah siuman?, kenapa gak bangunin gue?" Ucapnya lembut.
Pria itu tak mendapat respon yang baik dari gadis yang kalian pasti sudah menduga bahwa dia adalah Eunha. Pria itu menekan tombol darurat dan dokter maupun suster mengahampiri kamar Eunha.
.

.

"Eunha.." ucap pria itu sangat lembut, Eunha tak mempedulikannya. Ia hanya diam dan diam. Satu katapun tak ia keluarkan dari mulutnya. Meski pria itu telah menungguinya 2 hari 2 malam. Dan ini hasil yang ia terima?. 3 jam setelah pemeriksaan Eunha dan pria itu tak saling bicara. Padahal, mereka dalam satu ruangan.

Pria itu, Park Jihoon. Sahabat Eunha, sedari kecil Eunha dan dirinya bersama. Hingga salah paham terjadi antara mereka, Eunha marah besar pada Jihoon. Kini Jihoon berusaha memerhatikan Eunha yang sudah setengah tahun tak bicara ataupun hanya saling menyapa.

Sebenarnya menyakitkan seperti ini. Apalagi, mereka bersahabat sejak kecil. Mereka saling berbagi, tertawa bersama, makan bareng, tidur, dan mandi juga bareng (tapi waktu mereka masih berumur 5 tahun). Sudah sangat mengenal satu sama lain. Hingga keluarga mereka bisa terbilang sangat dekat. Tapi mengapa semua ini terjadi padanya?. Jihoon sangat menyayangi Eunha. Jihoon juga tahu bagaimana sakitnya saat Eunha ditinggal oleh kakaknya 1 tahun silam.

Dan sebenarnya apakah seorang gadis dan pria itu bisa bersahabat?. Ku rasa tidak, meski sadar atau tidak pasti ada perasaan tersembunyi dari salah satu insan tersebut. Rasa ingin melindungi, menyayangi hingga ingin memiliki akan dirasakanya lambat laun. Inilah yang dialami Jihoon.

"Lo masih marah sama gue?. Lo kenapa begini sih?. Ini udah setengah tahun, lo gak cape gini terus?. Gue ampe lumutan nunggu lo gak marah lagi sama gue. Sumpah Ha, apa yang lo liat itu gak kayak pikiran lo" ucap Jihoon mencoba menjelaskan.

Bagaimanapun, dalam hati kecil Eunha ia sangat rindu sahabatnya ini. Namun, menurut dirinya Jihoon sangat keterlaluan. Bagaimana tidak?, Eunha yang menunggu Jihoon karena sudah saling berjanji untuk bertemu. Jihoon malah berduaan dengan gadis lain yang Eunha tak tahu sama sekali siapa gadis itu. Eunha melihat Jihoon dan gadis itu menyatukan bibirnya satu sama lain dikelas yang sepi di jam pulang sekolah.

Apakah itu Jihoon yang ia kenal?. Tidak!. Kalian tahu apa yang Eunha rasakan?. Sangat sesak dan sakit. Eunha langsung berlari menjauhi kelas, ia tak peduli Jihoon mengejarnya dan langit yang tengah menangis membasahi seluruh tubuhnya.

Dalam hujan, Eunha ikut menangis. Ia bertanya mengapa?. Hanya suara hujan yang di dengarnya.

Jihoon, selain dirinya tidak ada lagi teman yang bisa menghibur atau sekedar berbagi cerita. Tapi, rasa sakit Eunha belumlah kering. Apa mereka sudah saling menyatakan?. Mereka bahkan tak pernah membahas soal 'perasaan'.

101 Days With You ><Lee Daehwi (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang