Ti Ga

102 8 0
                                    

14.03

In Out Classroom

"Fariz!" Panggil Kinan. "Apa?" Jawab Fariz. "Aku inget, kamu yang hari itu kan?" Tanya Kinan. Fariz hanya mengembangkan senyumnya lebar.

"Ih, Fariz jawab dong, benerkan kamu Fariz waktu itu?" Desak Kinan yang sembari mengikuti langkah cepat Fariz. "Ehem," Jawab Fariz sambil mengangguk kecil."Napa gak bilang langsung aja? Eh tunggu, kamu punya kepribadian ganda ya? Jelas jelas pas dijalan itu kamu kayak emosian, sekarang? Sellow banget mwehe" Tanya Kinan sembari menjelaskan."Eh dasar ya lu, emang gue kadang punya emosi kadang bisa nyellow." Emosi Fariz tak tertahan."Kan, bener, tadi bahasanya santun. Sekarang? Ckckck" Kinan berdecak kesal.

Fariz skakmat. Diam. Seketika perkataan Kinan membuat mulutnya bungkam.

Kini, sunyi. Diantara keduanya tak ada yang mau membuka mulut. Satu satunya jalan, harus ada yang mengalah dan kini yang mengalah adalah Fariz."Eemm, lupain yang tadi, lo ada ada acara nggak hari ini?" Tanya Fariz."Gak ada sih, tapi males aja kalo harus ganti baju dulu" Jelas Kinan,"Kalo gitu ayolah cabut sekarang!"Itu bukan tawaran, itu adalah ajakan yang langsung direspon dengan Kinan.

In Parking Lot

"Ayo dong naik, muka lo napa? Merah gitu?" Tanya Fariz melihat wajah Kinan,"Jangan jangan ni cewek malu malu kucing lagi, aelah gue kok jadi kege-eran gini sih. Eh,ni kayak tasya deh kayaknya.Kepanasan" Batin Fariz, tiba-tiba terlintas ide difikiran Fariz."Gue bawa Sweater nih pakek, ada tudungnya" Tangan Fariz memberikan Sweater yang jika dilihat tidak terlalu tebal,"Thanks sekali lagi, eh aku belum balikin jaketmu lho" Jawab Kinan.

Fariz siap tancap gas,"Pegang aja kayak dulu, slowly kok" perintahnya sebelum melajukan motor sportnya itu.

On The Way

Panas. Bagai api membakar kulit. Menerpa wajah dan mengusik tubuh. Ya, itulah yang dirasakan Fariz dan Kinan. Karena panas, Kinan tak sadar bahwa Fariz telah mengajaknya di sebuah Cafe ternama di Jakarta.

"Ayo turun, kuy masuk sambil ngedinginin badan" Senyum tampak lebar di bibir Fariz."Eh iya," Jawab Kinan sembari melepas helmnya.

Skip makan-makan di Cafe. Dah mpek rumah Kinan

"Than--" belum menyelesaikan ucapannya mulut mungil Kinan telah ditutup dengan satu jari besar Fariz,"Everything for you, Kinan" Sahut cepat dari Fariz.

Kinan tertunduk malu. Pipinya merah padam, menandakan rasa malu-malu kucing. Jantung Kinan benar-benar sedang push-up.

"Dah ya, gue cabut." Pamit Fariz pada Kinan yang hanya terdiam dan menunduk."Hati-hati, Fariz"Ucap lirih Kinan yang dibalas dengan senyuman lebar dari Fariz."See you next day" Lanjut Fariz yang langsung menancap gas pulang ke rumah.

"Untung aja tadi gue belum nge-fly jauh. Cantik juga ya si Kinan kalo malu kek tadi, hehe," Batin Fariz selama perjalanan.

Next day

"Fariz!" Panggil Rizky dengan tangan mengepal keras yang seperti akan meninju rahang seseorang, yang tidak lain adalah Fariz."Ya? Lo napa?" Tanya santai Fariz yang tak tau apa-apa,"Gak usah sok suci ya lo, ngapain lo pakek boncengan sama si Kinan hah!? Itu udah tugas gue," Jelas Rizky dengan rahang yang semakin mengeras."Slow aja bro, gue kemarin cuma ngajak dia out bentaran" Jawab Fariz yang lagi-lagi dengan nada santai."Ehm,, maaf,, gue salah sangka,, cuma emosi sesaat" Ucap gugup Rizky,"Gapapa bro, gue juga serong gitu kok" Kata-kata Fariz hanya mendapatkan tatapan sinis dari Rizky.

ChooseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang