Chapter 8 | Thinking of You

36K 2.4K 293
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Kau membutuhkan berapa meter, nona?"

"Tolong satu setengah meter," ujar Aneira sembari tersenyum lalu mengembuskan napas lega.

Setelah mengelilingi seluruh tempat di salah satu pasar tekstil yang ada di kota itu selama hampir tiga jam, akhirnya semua rasa lelah yang ia rasakan terbayar juga. Warna yang Aneira pilih untuk desain gaun terbarunya memang sulit didapatkan.

Dan kini, mata Aneira tampak semakin berbinar ketika sang pemilik toko mulai membentangkan gulungan satin berwarna beige emas dan memotong kain tersebut dengan sebuah gunting besar sesuai permintaan yang dia butuhkan.

"Sudah. Ada lagi yang kau perlukan?" tanya wanita itu sembari melipat potongan kain dan memasukkannya ke dalam kantung plastik. Meskipun umurnya sudah renta dan sebagian rambutnya beruban, namun gerakan wanita itu dalam melayani pelanggan masih terbilang cukup cekatan.

"Ah iya.. Apa anda memiliki tule brokat dengan warna yang sama seperti itu? Aku harap bisa mendapatkannya disini juga," ucap Aneira penuh harap.

Dan apa yang dikatakan wanita itu setelahnya membuat Aneira benar - benar terlonjak girang. "Tenang nona.., toko kain kami menyediakan warna sangat lengkap."

"Syukurlah.. Aku sudah berkeliling kesana kemari tapi tak kunjung menemukannya di mana pun," keluhnya lalu segera digiring untuk masuk lebih dalam ke toko.

Di sana, Aneira langsung disuguhkan beraneka macam jenis kain dengan warna yang berjajar tampak seperti pelangi. Mulai dari soft hingga dark, bahkan ada juga gradasi dua warna campuran.

"Apa kau seorang desainer muda, nona?"

Wanita itu menebak dengan mudah hanya melalui pilihan Aneira. Ia membeli jenis brokat impor yang berbulu halus, dan itu cukup menandakan bahwa seleranya di atas penjahit biasa.

Aneira tersenyum tipis. "Ya, anda bisa menganggapnya seperti itu."

"Aku memang sedang berbelanja untuk keperluan gaun yang sangat spesial," paparnya lembut sebelum kemudian mengambil kantung berisi kain dan membayar tagihan uangnya di kasir.

Tak terasa, ini sudah tiga hari. Dan tanpa sadar Aneira menghitung hari – hari dimana Zean tidak lagi muncul di hadapannya untuk merengek soal hidungnya lagi sejak mereka bertemu di kafe waktu itu.

Desahan panjang keluar dari mulut Aneira ketika dirinya teringat akan Zean. Bukankah seharusnya dia merasa senang karena pria itu tidak lagi mengacaukan hidupnya? Tetapi ternyata, dengan menghilangnya Zean belakangan ini, tak membuat perasaan bersalah di hati Aneira lantas hilang.

Aneira lanjut berjalan menyusuri pertokoan pinggir jalan, menuju ke halte bus terdekat untuk kembali pulang. Ketika Aneira melewati sebuah toko boneka, langkahnya tiba – tiba berhenti karena mendengar notifikasi di ponsel yang ia simpan di dalam tas.

My Beast Charming✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang