Tiga

11.6K 549 19
                                    

Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَلَا وَإِنَّ فِي الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ أَلَا وَهِيَ الْقَلْبُ

"Ketahuilah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging, jika segumpal daging itu baik maka akan baik seluruh tubuhnya, dan jika segumpal daging itu buruk maka akan buruk seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa segumpal daging itu adalah hati manusia."
(HSR. Al-Bukhâri, no. 52 dan Muslim, no. 1599)

****

Suasana hening terjadi diantara mereka. Qiya maupun Dzikri tidak ada yang memulai pembicaraan. Dzikri masih dalam posisi yang sama, duduk bersandar dengan menutup kedua matanya.

"Assalamualaikum dek, itu siapa?" Tanya Farhan dengan menyodorkan sekotak nasi untuk Qiya.

Qiya melepas earphone yang terpaut di telinganya. Pandangannya beralih kepada Dzikri, "waalaikumsalam bang. Itu kayaknya temennya korban deh."

Farhan mengangguk, "coba Abang liat dulu ya...."

"Assalamualaikum?" ujar Farhan menyapa. "Kamu keluarganya Rizky?"

Dzikri membuka matanya, "waalaikumsalam, iya. Dia teman saya."

"Kamu nggak usah khawatir ya, serahkan semua kepada Allah..." Jelas Farhan kepada Dzikri. "Kamu sendirian disini?"

Dzikri mengangguk, "saya dapat panggilan dari polisi karena nomor lain tidak bisa terhubung. Saya datang ke lokasi ternyata Rizky sudah dibawa ke rumah sakit."

"Iya tadi saya yang bawa Rizky kesini," Farhan menyandarkan punggungnya. "Dan saya yang pertama lihat pertama kali."

Dzikri menghela nafas panjang, "tidak biasanya Rizky ceroboh dalam berkendara."

"Ujian datang kepada seorang hamba karena Allah ingin mereka lebih dekat dengan-Nya," tutur Farhan menguatkan. "Dan bisa jadi, Allah memberikan keberkahan di balik ini semua."

"Kita belum kenalan ya?" Tanya Farhan sambil mengulurkan tangannya. "Saya Farhan, itu adik saya Qiya."

Dzikri tersenyum dan menyambut uluran tangan Farhan. "Saya Dzikri."

Dzikri cemas tak karuan mendengar kabar bahwa sahabatnya kecelakaan. Ia sangat dekat dengan Rizky, bahkan sejak saat mereka duduk di bangku sekolah dasar. Tak pernah sekalipun mereka berpisah sekolah, hingga kini mereka selalu bersama di perguruan tinggi yang sama.


Ia merasakan bahwa Rizky sedang dalam masa yang berat. Meskipun saat ditanya Rizky selalu menjawab baik-baik saja. Dzikri tak memaksa Rizky bercerita, ia yakin bahwa sahabatnya itu bisa melewati masalah ini.


"Dzik, saya juga mau pamit soalnya mau ada acara keluarga. Kamu gapapa disini sendiri?" Ucap Farhan kepada Dzikri yang terdiam. "Atau saya bantu hubungi keluarga Rizky?"

"Terimakasih, tapi itu nggak perlu," ucap Dzikri tenang. "Saya bisa kok jaga Rizky disini, sebentar lagi keluarganya juga datang."

Farhan dan Qiya berpamitan, pandangan Dzikri masih sama. Senyum Qiya sangat sejuk, bahkan tutur katanya lembut. Terlihat jelas bahwa Qiya adalah wanita baik yang paham agama.

Dzikri beranjak dari duduknya dan melihat keadaan Rizky dari luar jendela. Terlihat berbagai alat kesehatan yang mengelilinginya dan berbagai alat penunjang kehidupan lainnya.

"Katanya kuat, ujung-ujungnya baring juga Lo!" Dzikri tersenyum getir melihat temanya yang terbaring lemah.

"Cepet sembuh, Lo harus sembuh Riz!"

***

Dzikri mengedarkan pandangannya ke penjuru kafe yang semakin ramai. Dua pekan sudah ia menanti kesembuhan Rizky. Layar ponselnya terus berkedip menandakan adanya pesan masuk. Ia memilih santai sejenak dari tugas yang selalu membelenggu nya.

"Dzikri?" Ucap salah seorang laki-laki yang tak asing baginya. "Ah benar memang Dzikri."

"Kak Farhan?" Ujar Dzikri kemudian bersalaman. "Kok masih di Bekasi?"

Farhan menempatkan dirinya diruang kosong sebelah Dzikri. Farhan dan Qiya baru akan kembali ke solo, tetapi curah hujan yang tinggi membuatnya berhenti di kafe terdekat. "Iya, ini mau pulang. Alhamdulillah hujannya lebat, nggak berani saya nerobos."

Dzikri mengangguk, "Iya dikawasan ini juga rawan banjir."

Qiya masih sibuk dengan pesanannya. Segala macam brownies sangat menggugah seleranya. Jika ia diberikan uang lebih oleh Farhan mungkin akan ia beli semua. Ia kemudian teringat akan satu Firman Allah Subhanahu wa ta'ala

اِنَّ الْمُبَذِّرِيْنَ كَا نُوْۤا اِخْوَا نَ الشَّيٰطِيْنِ ۗ وَكَا نَ الشَّيْطٰنُ لِرَبِّهٖ كَفُوْرًا

"Sesungguhnya orang-orang yang pemboros itu adalah saudara setan dan setan itu sangat ingkar kepada Tuhannya."(QS. Al-Isra' 17: Ayat 27)

Qiya beristighfar pelan dan menyelesaikan pesanan. Ia memesan dua cangkir minuman hangat dan dua potong brownies. Setidaknya dengan membeli beberapa potong keinginannya sudah terpenuhi.

Qiya celingukan mencari Farhan, hingga pandangannya terarah pada bangku yang berdekatan dengan jendela dimana kakaknya berada. Dengan langkah kesal Qiya menghampirinya Farhan yang sedang bercakap-cakap entah dengan siapa. "Abang kok Qiya ditinggal sih."

"Kamu yang lama," sungut Farhan pura-pura marah. "Mana pesanannya?"

Qiya mendengus kesal, "nanti juga diantar."

Farhan diam-diam mengamati tingkah laku Qiya. Wanita manis ini selalu bisa membuat aura yang cerah untuknya. Memberikan suasana segar ketika ia melihat bola mata yang teduh milik Qiya.

Karena kesal, Qiya ingin melemparkan tas yang ia bawa. Namun, belum sempat sampai di wajah Farhan Qiya menyadari bahwa Dzikri duduk mengamati di dekat Farhan.

Seketika Qiya merapatkan duduknya ke arah Farhan, "bang kok nggak ngomong ada orang lain sih kan Qiya malu!"

"Kamu aja yang nggak tau malu," lirih Farhan yang membuat Qiya kesal. Qiya melirik Farhan yang tersenyum ke arahnya. Mau tak mau, senyum Qiya tersimpul meskipun terlihat kaku.

Dalam diam Dzikri merenung, apakah mungkin jika ia mendapatkan wanita seperti Qiya?

Tutur katanya yang halus dan bola mata teduh membuat Dzikri tenang. Nada intonasi yang tegas namun tetap lembut membuat siapapun yang mendengar akan turut serta memperhatikan. Terlihat jelas bahwa Qiya memanglah sempurna?

Jika saja dirinya bukan dalam menantikan seseorang, atau jika saja Qiya adalah wanita yang datang terlebih dahulu mungkin ia akan lebih mudah untuk mendekatkan diri kepada Allah?

Mungkin saja.


***

Salam, saran, dan kritik dapat disampaikan melalui Komentar di setiap part.
Saran dari pembaca akan saya pertimbangkan dan akan di jadikan acuan dalam pengembangan cerita.


Jazakumullah Khairan 💕

TBC :)

Assyauq [RE-EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang