Sebelas

7.2K 374 1
                                    

Matahari bersinar sangat terik dengan percaya diri. Awan putih nampak berteduh di pinggir, seakan mempersilahkan sang mentari menduduki tahta. Langit biru membentang indah menyatakan ketersediaannya mendampingi sang surya. Tak lupa hembusan kecil angina yang memberikan kesan sejuk meski hanya sebentar.

Qiya membereskan barangnya dan bergegas menuju parkiran dimana mobilnya menunggu. Ayu kalang kabut menyamakan langkah kaki panjang Qiya yang tergesa untuk segera beranjak dari kampus. Seakan mengejar sesuatu dan takut tertinggal sesuatu.

“Emang Abang mu udah berangkat ke solo?”
“Udah sampe malahan. Ini dia ngomel terus.”

Mereka meninggalkan halaman kampus dengan mobil putih yang menunggu sekian lama. Dengan segera, menembus jalanan padat kita solo menuju stasiun kota yang lumayan jauh dari kampusnya. Terik matahari tak menyurutkan para pekerja mencari nafkah. Sesuap nasi yang amat berguna bagi keluarga.

“Kamu iku aku atau disini?”
“Ikutlah.”

Terlihat seorang laki-laki duduk dengan tas ransel dipelukkannya. Lihat, betapa kasihan nya ia ketika duduk sendiri ditengah para pasangan di segala jenjang. Seakan semesta mentakdirkan nya untuk selalu sendiri.

“Keliatan banget sih Abang ku ini.” Qiya menghampiri Farhan dan mengusap gemas rambutnya. “Keliatan banget jomblonya.”

Ayu sontak tertawa dengan perkataan Qiya kepada kakaknya. Tak heran jika orang lain menganggap mereka pacaran. Segala perbincangan ringan dan pertengkaran kecil membuat mereka semakin dekat. “Tumben kak Farhan naik kereta?”

“Iya, soalnya buroq aku baru diternak.”

Qiya dan Ayu saling melempar tatapan aneh dengan kerecehan Farhan. Mereka terdiam beberapa saat hingga Farhan menyadari bahwa candaannya tidak lucu bagi Qiya dan Ayu.

“Receh banget sih bang.”
“Iya receh.”
“Udah, pulang yuk!” Ucap Farhan mendorong bahu Qiya menuju parkiran mobil.

Saat Qiya hendak memberikan kunci mobil, dengan segera Farhan duduk di bangku penumpang setelah meletakkan kopernya di bagasi. Ia tau benar bahwa Qiya akan menyuruhnya untuk menyetir dan ia akan duduk di depan sendirian.

“Loh! Kok dibelakang?”
“Abang capek banget nih. Serius deh!” ucap Farhan sambil menutupkan tudung jaket ke kepalanya.

Helaan nafas kasar terdengar sebal dari mulut Qiya. Ia segera duduk di kursi kemudi, dan Ayu di sampingnya. Sebenarnya mereka berniat untuk membeli kue sebagai teman mereka mengerjakan tugas di rumah. Namun, Farhan mendadak meminta untuk dijemput dan membuat rencana mereka gagal.

“Aduh, aku laper banget.” Qiya mengeraskan suaranya berharap Farhan mengerti kode yang ia berikan. “Tadi belum sempet makan kan Ayy? Dua mata kuliah sekaligus.”


Ayu menahan tawa membalas pertanyaan Qiya.
“Iya-iya. Nanti mampir aja ke Grand Solo. Makan disana sekalian.”

Qiya mengepalkan tangannya senang. “Siap, laksanakan.”

***

Kawasan maal tampak ramai meski bukan akhir pekan. Terlihat dari betapa susahnya ia mendapatkan tempat parker dan membuatnya harus parker di lantai basement. Farhan lebih dulu keluar mobil karena mnerima panggilan dari abinya. Qiya dan Ayu menunggu di dalam mall.

“Langsung ke food court aja, yuk.”
Seperti dugaannya. Lantai food court pun nampak ramai dengan pengunjung. Mereka harus menunggu beberapa saat untuk mendapatkan bangku. “Kalau kayak gini, kita nggak bakalan sempet makan.”

Qiya ber-puh pelan, setuju dengan perkataan Ayu.

Farhan mengedarkan pandangannya ke segala penjuru. “Abang cari bangku, kalian pesen makanan.”

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 28, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Assyauq [RE-EDITING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang