Prolog

889 154 292
                                    

Beri aku sedikit waktu...
Dan biarkan cinta itu datang karena terbiasa...
🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹🔸🔹

Untuk kamu yang selalu sabar menungguku...
Aku tahu kamu lelah. Kamu lelah menunggu tiba saatnya aku mencintaimu. Aku tahu, kamu terlalu sabar menghadapi segala keegoisanku. Aku tahu, kamu selalu berusaha menjadi seperti apa yang aku mau. Aku tahu, tapi aku bungkam. Segala lelahmu selalu kuabaikan, segala rasa sakitmu selalu kutawar dengan kata maafku. Segala usahamu sering kali kuanggap sepele.

Maaf. Hanya kata itu yang selalu terucap dari bibirku. Hanya kabar dari senja yang kuberikan untukmu. Cahaya terang sekejap, kemudian padam. Kamu sendirian. Aku bukanlah udara yang selalu kamu hirup setiap saat. Berhembus dan menyejukkan. Aku bukan pula mentari yang menghangatkan tubuhmu dan menyinari harimu. Aku bukan pula bulan dan malam yang setia menemani mimpi indahmu.

Aku hanyalah senja. Sekejap. Hilang dibawa sang mentari.

Aku pergi. Dan kamu sendirian lagi.

Tapi, mengapa kau tetap mencintaiku? Apa yang kamu cari dariku? Padahal aku selalu sibuk dengan urusanku. Kamu selalu saja memberikan aku kesempatan, mungkin sudah beratus malam kamu selalu sabar menunggu. Tanpa kamu tahu sedikitpun, alasan aku seperti ini.

Aku hanya seorang gadis sederhana, namaku Senjani Cantika Kahyang Dewi. Aku berusia enam belas tahun, penyuka seni, green tea, dan hobi membaca. Setiap pagi aku melaksanakan rutinitasku untuk bersekolah hingga siang hari. Sepulang sekolah aku melanjutkan kegiatanku untuk les private musik. Sore harinya aku memanfaatkan waktu luangku untuk bersantai, dan ketika malam aku menghabiskan waktu untuk membaca atau melukis.

Di rumahku selalu sepi. Aku tidak punya teman bermain, kakak ataupun adik. Hanya anak satu-satunya dari kedua orang tuaku yang bernama Veronica Permata Sari dan Dirga Wijaya. Ibuku seorang Dokter, dan juga pemilik butik ternama sedangkan Ayahku seorang polisi dan memiliki hotel bintang lima. Mereka hanya sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Jarang mereka menyempatkan waktu untukku, mungkin terhitung menit komunikasi kami di rumah dalam sehari. Terkadang, tidak sama sekali. Karena aku tidak bertemu mereka seharian. Setiap mereka datang, aku sudah tertidur lelap, dan ketika aku membuka mataku di pagi hari, mereka sudah pergi mengurusi pekerjaannya.

Untung saja di rumahku ada pembantu. Ibuku yang mengirimkan pembantu itu ke rumah sejak aku berusia sepuluh tahun. Sejak itu pula, ibu sering mengabaikanku. Jadi, aku hanya di asuh oleh Bi Resti. Aku memang senang bermain bersama Bi Resti atau diantar ke tempat indah seperti taman atau tempat wisata yang cukup terkenal oleh Pak Reno. Tapi aku tidak merasa bahagia meski aku gadis serba berkecukupan, karena aku selalu merasa sendirian.

Tentang Pak Reno. Dia adalah supir baru setelah Pak Jhan pamit pulang kampung. Baru saja dua bulan Pak Reno menjadi supir, setiap harinya setia menemaniku berangkat dan menjemputku ke sekolah. Pak Reno sangat ramah. Selalu menghiburku ketika aku sedang cemberut hingga berhasil membuatku tertawa lepas.

Oh, iya. Di rumah, juga terdapat seorang satpam bernama Pak Tio. Tubuhnya sangat tinggi dan berisi, berkumis tipis, dan memiliki warna kulit sawo matang. Aku harus mendongak jika ingin melihat wajah Pak Tio atau berbincang dengannya. Pak Tio cukup bijaksana, santun, dan sedikit pelupa.

Dan satu lagi, Bu Mawar dan suaminya yang bernama Pak Willi. Tukang kebun di halaman belakang rumah. Mereka tinggal di belakang rumah. Ayahku membangun satu kamar yang di lengkapi fasilitas-fasilitas lengkap. Seperti tempat tidur, televisi, kamar mandi, dan dapur. Aku jarang berbincang dengan mereka karena mereka adalah orang yang sangat tertutup.

Jadi, total seisi penghuni rumah ada delapan. Namun kami hanya sering ber-enam di sini. Jika pagi hari, pasti di rumah sepi sekali. Aku sering bermain ke kebun belakang rumah. Suasananya sedikit mencekam. Hanya kicauan burung yang dapat kudengar dan banyak bunga-bunga indah yang dapat kulihat. Serta manisnya stroberi yang bisa kupetik sendiri.

Sebuah Cerita Rindu untuk Senjani[Terbit||GuePedia2019]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang