'Karena pada akhirnya tujuan manusia hanya akan melanjutkan keturunan, dan mancari sekeping uang untuk menyambung kehidupan sampai mati.'
.
.
."Papah mau melebar jangkauan penjualan sampai Jawa Tengah, Jawa Timur.. tapi papah cukup sampai sini saja.. papah persiapkan itu semua buat kamu. Sekarang kamu belajar yang pintar, perdalam bahasa.. juga ilmu akutansi,
"Nanti kamu tinggal meneruskan saja usaha papah." Kata ayah kepadaku sambil sibuk mencari celah dalam keramaian jalanan di belakang kemudi nya. Aku hanya mengiyakan sambil tersenyum sambil beralih memperhatikan hiruk pikuk kota dari balik jendela mobil.
Aku sudah menduga ini dari jauh hari. Aku dipersiapkan untuk menerukan usaha kedua orang tuaku.. aku tak tau harus bereaksi seperti apa.
Seharusnya aku senang karena setelah selesai studi aku sudah punya tujuan hidup. Aku tak perlu terlunta—lunta mencari perkerjaan atau terus bertaruh dengan asa menunggu panggilan interview dari perusahaan. Aku hanya tinggal duduk manis di belakang meja dan ayah akan mempercayakan sebagian ladang uang nya padaku.
Atau aku harus bersedih karena angan—angan ku sedari dulu untuk mengarungi dunia dan membuktikan rahasia-rahasia umat manusia yang sejak dulu hanya dapat aku nikmati tayangannya di TV nasional dan media sosial. Mungkin terancam gagal.
Impianku untuk sekolah desain mungkin harus ku tinggalkan.
Mimpi ku membuka gerai butik dan galeri seni mungkin juga harus pupus.
Ibu ku pernah berkata kepadaku, "Di Indonesia ini peluang untuk usaha kita ini untuk prospek kedepannya masih sangat bagus. Kalau nanti Nita sudah besar, Nita tinggal meneruskan usaha papah-mamah saja.. tapi ini sih baru rencana nganggur saja. Tapi nanti kalau Nita punya planning yang lain, Nita harus pintar melihat peluang sukses dan prospek kedepannya..."
Ya. Sekarang aku memasuki tahun kedua ku di sekolah menengah atas. Yang berarti aku dituntut harus tau keinginan ku hendak melanjutkan studi ku kemana dan jurusan apa,
Tapi buktinya aku tidak tau aku harus kemana...
Semakin kupikirkan semakin aku bingung.
Aku ingin sekolah design,
Tapi aku juga ingin menjadi arsitek,
Atau menjadi ahli hukum.
Dan aku ingin belajar juga sinematografis.
Ah tapi ayahku menginginkan ku melanjutkan usahanya. Sedang ibu ku ingin aku menjadi dokter kalau-kalau aku tidak meneruskan usaha orangtua ku.
Seorang wali ku berkata bahwa aku harus melakukan apa yang kusenangi lakukan walaupun itu cuma hobi. Karena peluang usaha tidak terpaku dari nilai IPK kuliahku nanti.
Aku semakin bertanya dan mencari apa yang ku sukai dan daftar jurusan kepada orang-orang dan dari situs-situs di internet.
Namun aku malah semakin pusing.
Guru bimbingan konseling ku berkata bahwa kami harus sudah merencanakan kuliah dan jurusan apa yang akan kami masuki matang-matang dari sejak kelas 2. Sehingga nanti kelas 3 tidak pusing lagi.
Namun aku belum ada bayangan sedikitpun tentang jurusan apapun yang akan ku masuki.
Ah, memikirkannya hanya membuat kepalaku pening saja.
Aku jadi ingin bertanya,
Apa kalian sekarang/dulu juga sepertiku sekarang? Bingung memilih kuliah dan jurusan?
Aku serius bertanya loh..
.
.
.
#Haurgeulis 13 Juni 2018
KAMU SEDANG MEMBACA
Aksara Murahan
NezařaditelnéKau tak perlu membaca ini. Sungguh. . Ini hanya tentang aku yang terbangun di tengah malam yang kelam lalu menatap rembulan. Atau tentang dia yang tak pernah tau aku menggilainya dalam diam. Atau tentang rasa yang tak dapat ku lukiskan. . . Aku tak...