Mentari Senja (Part 2)

16 2 0
                                    

****
Dadaku sesak, kepala ku penat bahkan mata ku berkunang-kunang. Apa yang terjadi pada diriku? Kenapa dengan tubuh ku? Seperti dia sudah  menyerah pada ku. Namun tak ada yang dapat kusalahkan, ku lihat orang-orang berlarian menghampiri ku dengan rasa cemas tergambar di wajahnya. Kulihat satu gadis yang kemarin menamparku dia berdiri dengan memeluk badan nya dan tetesan air mata yang selalu mengalir diwajah nya seperti arti mata itu meminta selalu untuk dikeluarkan dari tempatnya. Ingin rasanya ku usap air mata itu namun tubuh ini seperti terpaku dengan kuat, tak dpat bergerak.

Rindu bila kulihat wajah nya, bukan rindu yang biasa namun sebuah rindu yang tertimbun dn tak pernah dikeluarkan. Semunya mendadak gelap dan sepi, tak ada cahaya yang menembusnya dan mungkin memang tidak bisa ditembus.

Beberapa Tahun sebelumnya....
"Mah aku ingin itu?"

"Jangan, itu mahal mamah tak mampu untuk membelikan nya. Maafkan mamah ya sayang"

"Tidak apa2 mah, maaf ya mah widi minta sesuatu yang berlebihan pada mamah"

"Tidak sayang, kau akan selalu menjadi mentari untuk mamah dan akan seprti itu untuk selamnya"

Nama ku Widi , usiaku 12 tahun sekarang dan hari ini mamah ku membawa ku ketempat yang indah sekali bukan taman bermain namun lebih dari itu. Sebuah tempat yg tak dapat digambarkan dengan ucapan ataupun lukisan, kau harus melihat nya sendiri dengan mata mu. Mamah ku sering berkata ketika harapan menyerah padamu jangan biarkan itu menjadikan mu lemah. Dan selalu ku simpan di dada ini kata2 itu, sampai hari itu terjadi. Tepat di ulang tahun ku yang ke 17 mamah tak dapat menemaniku ketampat indah itu dan tak akan pernah lagi dia menemaniku.

"Mahhh bangun mahh, mamah sudah berjanji untuk menemani ku selamanya. Kenapa mamah juga pergi setelah ayah tak disampingku. Apa aku benar-benar tak pantas untuk ditemani?"

Baru kali ini aku benci dengan hari kelahiranku, dan semenjak itu aku benar-benar membenci hari itu karena tepar dihari itu orang yang begitu ku sayangi pergi untuk selamanya. Apakah aku keterlaluan jika meminta kepada tuhan untuk mengembalikkan mereka kesisi ku? Sekarang aku hanya sendiri menyusuri hidup yang kelam ini. GAK ADIL!!

Ayah ku meninggal 2 tahun sebelumnya sebagai seorang pejuang, dia adalah tentara kebanggaan negara yang melindungi negara dari serangan luar. Aku sangat ingat ketika aku berumur 10 tahun tepat dihari ulang tahun ku ayah berkata 'jagalah ibumu, meskipun kau seorang perempuan anakku kau memiliki hati seorang pejuang. Ketika ayah tak berada disampingmu maka janganlah kau bersedih karena itu berarti tuhan lebih menyayangi ayah. Dia ingin ayah menjadi salah satu orang yang mulia yang berada disisi nya. Maaf ayah tak bisa merayakan ulang tahun langsung dengan mu, namun hati ayah selalu bersamamu. Happy birthday my lovely daughter'. Kala itu aku sangat bodoh, percaya dengan omongan ayah dan saat itulah aku mendengar suara ayah untuk terakhir kalinya.

"Ayah maafkan aku, aku tidak bisa menjaga mamah dalam dekapan ku. Aku telah gagal menjadi seorang pejuang" ucapku dalam doa

Dulu aku masih belum mengerti dan merasa iri karena ayah selalu peduli terhadap mamah dibandingkan pada ku. Wajar anak seusiaku merasa cemburu dengan perlakuan ayahku, hamun aku mengerti kenapa ayah berlaku begitu. Mamah mengidap penyakit yang berbahaya yang menyerang otak bagian belakang nya, semakin hari keadaan mamah semakin parah meskipun selalu berobat dan tibalah dimana hari mamah menutup matanya untuk selamanya, tak dapat kulihat lagi senyum indah nya. Aku hanya yakin mamah berjuang begitu keras untuk bertahan. Bodoh!

"Kenapa? Kenapa tuhan? Sebegitu buruk kah aku untuk merasaka kehangatan, mamah dan ayah hanyalah pembohong. Ketika harapan menyerah pada ku maka semua itu akan menjadi tragedi dan tak bisa dielakkan. Benar kan?"

----------- to be continued -----------

LIFE [Kumpulan Cerita Pendek]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang