7 bulan kemudian

50 3 0
                                    

7 bulan sudah gue terperangkap disini. Tempat mereka yang merasa ditinggalkan dan dicampakkan. Di Tempat gelap nan sunyi. Di gunung tinggi sunyi tempat hukuman para dewa, bertindak sesuka hati loncat kesana kesini, hiraukan semua yang ada di muka bumi ini... kera sakti...(anak jaman old pasti tau)

7 bulan yang lalu, tepatnya pada tanggal 2 januari. Gue secara sah menjadi pacar dari salah satu malaikat terindah di dunia, yaitu Mutia. Dan besoknya pada tanggal 3 januari, gue secara sah di buang karena ada abg kelas yang lebih ganteng nembak dia. Sakit? Lu pikir gue lelaki apaan, masa' cuma gara gara mutia, gue harus mukul dinding kamar gue sampai retak, trus nangis sambil melukin guling, trus meronta ronta di kamar sambil mandangin foto dia dan berkata "Oh Mutia, kenapa engkau sangat jahat kepada kakanda mu ini? Kenapa oh Mutia?". Gue ga selemah itu, dulu gue ditolak oleh 3 cewek. Trus kalau bertambah satu lagi, apa salahnya? (Iya kan, apa salahnya? :|)

Jujur ya, jangan dikasih tau siapa siapa, ini rahasia antara kita aja. Jangan dikasih tau orang lain, gue percaya ama lu. Jangan sampai rahasia ini tersebar. Sebenarnya saat gue lagi terpuruk puruk nya karena di putusin mutia, gue jadi deket sama seseorang. Ssssttt, jangan keras keras bacanya, nanti yang lain dengar. Jadi, si cewek yang lagi deket sama gue ini jadi penyemangat gue buat lepas dari bayang bayang mutia. Mau tau siapa? Tapi jangan bilang bilang ya, gue serius. Awas aja kalau banyak orang tau, gue kubur lu hidup hidup.

Jadi, namanya itu Laila. Nama lengkap nya "Laila Laila Laila panggil aku si Jablay, abang jarang pulang aku jarang di belai". Hehe bercanda, nama lengkapnya Asma Lailatul. Sebenarnya nama panggilannya itu Asma, tapi karena kata pak ustad "Jaga lisan kita, karena apa yang kita ucapkan itu aja lah Doa". Makanya gue ga mau manggil dia Asma, nanti kalau dia sesak napas trus kejang kejang, bisa bisa gue yang di salahin. Atas alasan itu lah gue panggil dia Laila. Sesuai dengan namanya, kecantikannya itu di ibaratkan Malam Lailatul Qadr. Kalau Lailatul qadr itu "malam yang lebih indah dari seribu malam". Kalau Laila yang ini "wanita yang lebih indah dari seribu wanita" (Asiiique).

Gue kenal sama Laila satu jam setelah gue di putusin sama Mutia. Jadi ceritanya gini, selepas mutia mengatakan untuk putus dari gue, mutia langsung tegak dan pergi keluar kelas tanpa rasa bersalah. Dan saat gue mau ngejar dia keluar kelas, gue melihat dia udah jalan sama abang kelas yang sekarang udah resmi jadi pacarnya. Mereka pegangan tangan di DEPAN MATA GUE, gue ulangi DI DEPAN MATA GUE. Gimana ga sakit? Seketika asam lambung gue kambuh, usus gue terlilit, paru paru gue kropos, jantung gue copot, gue ambeien. Gue hanya terpaku melihat Mutia dan Abang Pelakor itu pergi ke kantin untuk memakan batagor sambil suap suapan.

Gue yang masih tak percaya berpikir bahwa itu semua hanyalah mimpi. "Kalau ini semua hanya mimpi, berarti gue ga bakal bisa ngerasain rasa sakit. Berarti gue harus nyakitin diri sendiri agar tau ini mimpi atau bukan."
Gue pun berlari menuju tangga dan naik ke lantai 2 sekolah, trus naik lagi sampai tangga ke 3, disaat gue mau naik ke tangga ke 4, gue terpeleset kulit pisang. Dengan reflek yang cukup baik gue menyeimbangkan tubuh gue, hasilnya nihil. Gue tetap terjatuh, lutut gue sakit sedikit, tapi gue tetap berlari ke lantai 4 sekolah gue. Di pinggir pembatas balkon, gue bakal lompat untuk membuktikan bahwa ini semua hanya mimpi. Disaat gue mau melompat, ada orang yang perlahan datang kearah gue.
"Bang Harfan, ngapain bang? Jatuh bahaya lo"
Ucap wanita kelas 11 yang tadinya sedang membaca buku pelajaran di sebuah kursi.
"Nggak bahaya kok, kan cuma mimpi. Kalau jatuh ga bakal sakit."
Jawab gue menjelaskan padanya bahwa ini semua hanya mimpi.
"Mimpi?"
Ucap Adek kelas itu heran
"Iya, yuk ikut kalau mau coba"
Jawab gue meyakin kan nya.
"Nggak bg makasih" lalu dia pergi kembali ke kelasnya sambil kebingungan dengan tingkah gue. Gue pun berancang ancang buat melakukan lompat indah ke keramik sekolah gue. Gue bersiap-siap....satu.....dua......tiga..... . Gue pun meloncat dengan gaya backflip dan semuanya indah gue melihat kantin sekolah, gue melihat kelas gue,gue melihat murid2 lain dibawah sedang nunggu gue jatuh, dan gue juga melihat mutia sama pacarnya lagi suap suapan dikantin sekolah (Kambing -_-). Semuanya tampak indah sampai gua teringat sesuatu.
"Tadi pas gue naik tangga gue ada jatuhkan? Kok kayak ada yang janggal ya waktu gue jatuh tadi. Kaki gue tadi sakit kan pas gue jatuh di tangga? Trus kalau kaki gue sakit, berarti gue lagi ga mimpi. Berarti ini semua nyata donk?" Gue panik saat gue menyadari kalau tadi kaki gue sakit waktu naik tangga. Gue lompat dari lantai 4 buat apa? Buat mati konyol? Waduh gimana yaaa.
"Tidaaaaaaaaaak" kata kata terakhir gue tepat sebelum kaki gue menyium lantai sekolah. Gue tak sadarkan diri.
-
-
-
Gue terbangun, gue lega karena itu semua hanya mimpi. Gue bersyukur kalau itu semua hanyalah mimpi. Gue menangis bahagia di ruangan UKS sekolah tempat gue tertidur. Gue terkejut saat tangan gue udah di Gips. Gue juga terkejut saat tau bahwa kaki gue di Perban. Ternyata itu semua bukan mimpi......

-~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-~-
Quotes: "Dari pada kalian ngumbar ngumbar kenangan mantan trus, lebih baik ngumbar ngumbar sianida di kopi mantan kalian"

Maaf karena baru bisa lanjutin ni cerita, sebenarnya ga mau dilanjutin. Tapi karena ternyata banyak yang suka, makanya saya lanjutkan. Semoga dapat terhibur atas ceritanya. Dan jangan lupa meninggalkan jejak Votement pada cerita ini. Kritik dan saran kalian amat berarti bagi saya....

Mantan Is MasalahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang