02

37 1 0
                                    

Jangan melakukan apa yang mereka inginkan, jadilah dirimu sendiri.

***

Sekolah.

Bagi sebagian orang, sekolah adalah tempat biasa, tempat bertemu teman-teman, guru, dan mata pelajaran yang membosankan.

Bagi sebagian orang yang lain, sekolah itu tempat bermulanya kenangan. Entah karena ada orang yang spesial, atau mungkin orang itu sendiri lah yang spesial.

Bagi Luna? Sekolah itu neraka. Ia di bully, nilainya selalu jelek, ia tak pernah disukai, oleh siapapun. Lalu kenapa ia masih semangat sekolah? Bu Linda lah jawabannya.

Bu Linda pernah mengetahui apa yang di hadapi Luna. Jika kebanyakan orang akan menjauh, merasa jijik, atau mungkin malah seperti temannya yang lain, membully dan mengasihani Luna, Bu Linda tidak.

Beliau memberi semangat, bahkan akhir-akhir ini nilai Luna meningkat karena bantuan Bu Linda juga.

"Kamu tahu? Jika kamu terpuruk seperti ini, kamu tidak bisa membuktikan kepada mereka bahwa kamu bukanlah seperti yang mereka pikir. Bahkan bunga Raflesia sangat bau. Tapi ia paling di cari karena kelangkaannya. Maka dari itu, jadilah unik. Jangan melakukan apa yang mereka inginkan. Jadilah dirimu sendiri"

Kata-kata itu selalu terngiang di kepala Luna. Bu Linda benar, ia harus bangkit. Bagaimanapun caranya.

Matematika mengawali pagi hari ini. Sebagian siswa di kelas Luna mengeluh, tertunduk, tegang, dan untuk para kutu buku, mereka senang karena pagi-pagi sudah mengasah otak.

Bu Murti sudah berada di depan kelas sedari tadi, duduk di singgah sana miliknya. Ia menyuruh siswanya untuk menjawab soal bab trigonometri.

Tak ada yang maju, karena ini bab baru. Dan Bu Murti belum sama sekali menjelaskan.

"Jadi begini anak murid saya? Sekolah hanya datang duduk dan membisu?"

Tak ada yang berani menjawab. Semua bisu. Siapa juga yang berani melawan singa? Lebih baik mencari aman. Meskipun tetap terkena semprotan pedas.

Dan suara kursi yang bergeser kemudian disusul suara sepatu yang mengetuk lantai membuat seisi kelas mendongak.

Itu Luna!

"Dih, tuh anak kok berani?"
"Halah, paling juga mau izin ke kamar mandi"
"Wah, masuk ke kandang macan dia"

Desas-desus mulai terdengar, Luna gemetar saat mengambil spidol. Bu Murti yang mengetahui itu hanya terdiam di kursinya sambil memperhatikan gerak-gerik Luna.

Selesai, ia sudah menjawab soal yang dibahas. Hanya saja, ia tak tahu jawaban ini benar atau salah.

"Iya benar, kamu bisa duduk"

Dan sontak saja satu kelas menganga.

Ini Luna!! Luna yang 'itu'!!!

***

Setelah kejadian tadi, banyak yang menghampiri Luna. Dari pertanyaan paling mainstream, "Lo kok bisa sih?" Sampai pertanyaan yang paling nyeleneh, "Lo makan apa kemarin?"

CRAVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang