Kita itu sama. Sama-sama punya hati, sama-sama merasakan sakit, tapi tetap aja, kita insan yang berbeda. Candu kita beda.
-Chandra***
Satu sayatan lagi. Beberapa tetes air mata lagi. Beberapa erangan serta rintihan kesakitan lagi. Beberapa tetes darah lagi.
Luna sudah selesai melakukan 'ritual' miliknya. Ia segera bangkit dan mengambil kain basah untuk membersihkan bercak-bercak darah yang ada di lantai.
Setelah selesai, ia segera mengambil plester di kotak obat kamarnya. Ia harus menutupnya sebelum orang lain tahu.
Diluar hujan, tak sederas kemarin. Ibu kota menangis, mewakili perasaannya. Kadang ia senang, Tuhan begitu adil dengan memberikan cuaca sedemikian rupa untuk menambah suasana yang ada.
Luna duduk di tepi kasur, memandang ke arah luar jendela. Kemudian beralih menatap pergelangan tangan kirinya yang kini sudah buruk rupa.
Tersayat, sembuh, kemudian tersayat lagi.
Cutter, benda kesayangannya. Candu bagi Luna. Tidak, ia tak pernah menggunakan narkotika. Hanya saja, jika sisi gelapnya menyapa lagi, maka cutter adalah temannya.
Tidak ada yang tahu, bahkan ayahnya. Ia tak punya sahabat, teman, dan sejenisnya.
Kekasih? Yang benar saja. Siapa pula yang mau dengan gadis menjijikan sepertinya.
Luna, memiliki arti 'Bulan'. Nama yang indah, hanya saja, terlalu kelam. Bulan hanya bersinar ketika malam, bukan?
Ibunya meninggal 2 tahun silam, karena kecelakaan. Ayahnya merasa bersalah karena kala itu, ia bersama sang ibu ketika peristiwa mengerikan itu terjadi.
Mereka bertengkar, entah karena apa. Ayahnya kehilangan kendali, dan terjadilah, mobil yang dikendarai tersungkur dan terbalik akibat tertabrak oleh bis.
Ayah Luna selamat, hanya saja, tangan kirinya patah, dan mengalami kebocoran di kepala. Ibu Luna tak terselamatkan.
Luna sebenarnya ingin bermain hujan sekarang, hanya saja, Mbok Pur, pembantunya belum pulang. "Jangan non, nanti sakit, sini cerita-cerita aja sama mbok". Itu yang selalu dikatakan jika Luna ingin bermain hujan.
Terkadang, Luna hanya bisa tersenyum miris. Banyak orang yang mengatakan jika tak boleh begini karena nanti sakit.
Lalu, bagaimana jika penjelasan tentang luka hati? Apa yang tak boleh di lakukan? Dan apa yang harus ia lakukan?
***
"Yaelah bro, baru juga sebatang udah lo ajak ngacir aja" Beni yang sedari tadi menyelipkan rokoknya harus mengalah akan Chandra.
Chandra itu aneh, terkadang bersikap santai, terkadang bersikap seolah-olah ia adalah pria bajingan. Tapi kenyataannya memang bajingan.
"Eh anjir! Lo ngapain ngajak gue dimari, gue waras ya Chan! Gue nggak homo!"
Beni mulai panik ketika ia tersadar bahwa Chandra membawanya ke taman belakang sekolah, paling pojok, dekat gudang dan tempat pembuangan sampah.
Chandra membungkam mulut Beni. "Lo bego atau gak punya otak sih? Gue juga masih waras kali, lo mending diem deh, nih gue dapet stok kemarin malem"

KAMU SEDANG MEMBACA
CRAVE
Novela JuvenilDunia ini kejam, mungkin sebagian orang lebih kepada tak peduli, sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka tak pernah mau tahu tentang sisi gelap dunia. Tidak, kau tak perlu terjurumus kedalamnya. Hanya saja, kau perlu tahu bahwa kau harus peduli. B...