Bahkan Bulan tak akan pernah bisa bersinar jika bukan karena cahaya matahari.
***
"Malam semuanya, saya Luna. Disini saya akan menyanyi, tapi karena partner saya tidak bisa datang hari ini, pengiring gitarnya nggak ada. Apa ada yang berkenan?"
Dan mata Luna terpaku kearah seorang pelayan cafe dengan seragam hitamnya, namun wajahnya yang paling mencolok di antara semua penghuni cafe dan ia mengangkat tangannya.
Tak lama, pelayan itu maju, mengambil gitar di pojok panggung, kemudian duduk di bangku yang berada di dekat Luna.
"Lo mau nyanyi apa? Gue udah dapet ijin kok dari bos"
Luna tak bisa berfikir. Kakinya kaku, tidak. Semua tubuhnya kaku. Bagaimana bisa ia bertemu dengan orang yang ia kenal di cafe ini?
Ia bangun dari lamunannya. Orang yang duduk di sebelahnya menautkan alis dan merangkul gitarnya. Orang yang akhir-akhir ini mengisi kepalanya. Membuat Luna sering bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Orang itu..
"Lun, mau nyanyi lagu apa?"
Chandra.
Luna terdiam. Ia lupa akan membawakan lagu apa untuk hari ini. Ia begitu tak menyangka dengan siapa orang yang akan menjadi partner nya. Terlebih lagi, ini Chandra. Dan Chandra bekerja di cafe ini.
Luna memang menyanyi di beberapa cafe sejak ibunya tiada. Ia berusaha sekuat mungkin meringankan beban ayahnya. Meskipun sudah tercukupi, ia tetap merasa bahwa ia harus melakukan sesuatu.
Ia tak pernah punya partner untuk menyanyi. Ia berkata seperti tadi hanya untuk meyakinkan pelanggan dan ia ingin pemain gitar harus bermain dengan hati. Cukup banyak yang mau menjadi partner nya. Hanya di beberapa cafe saja yang tak berminat untuk menjadi partnernya. Mau tak mau ia harus mencari lagu yang hanya aransemen nya saja.
"Edelweiss"
Luna menengok ke arah Chandra yang sudah memasang kabel pada gitar. Melihat kerutan di kening Chandra membuatnya paham.
"Lo tau lagu Edelweiss punya nya Fiersa? Kita nyanyi itu aja"
Luna mengangguk tetapi sempat heran. Ia bingung dengan Chandra yang bisa mengetahui lagu itu. Lagu itu tak sebegitu populer dibanding karya Fiersa Besari yang lain. Namun kata-kata yang di rangkai begitu apik sehingga bisa membuat pendengarnya hanyut dalam alam khayal.
Ia pikir, orang macam Chandra lebih suka musik bergenre 'rock-n-roll' atau lagu DJ yang membangkitkan eforia pendengar. Dan lagu-lagu melankolis milik Fiersa tak pernah terbesit di benak Luna jika Chandra akan menyukai nya. Apalagi Fiersa Besari belum cukup terkenal seperti Iwan Fals atau Bunga Citra Lestari.
Dan ia tak pernah menyangka jika Chandra bekerja di cafe ini. Sebagai pe-ga-wai. Ia pikir, Chandra adalah muda-mudi jaman sekarang yang lebih memilih menghabiskan masa muda dengan berfoya-foya, pergi ke diskotik, atau bermain bisnis. Oke, pikiran Luna mulai kemana-mana.
Edelweiss? Tentu saja Luna tahu. Ia menyimpan lagu itu di ipod miliknya. Ia mengangguk menatap Chandra yang juga menatapnya. Akhirnya, Chandra mulai mencoba gitar itu dengan beberapa kunci. Serasa sudah pas, ia mengangguk ke arah Luna yang langsung dipahami olehnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
CRAVE
أدب المراهقينDunia ini kejam, mungkin sebagian orang lebih kepada tak peduli, sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka tak pernah mau tahu tentang sisi gelap dunia. Tidak, kau tak perlu terjurumus kedalamnya. Hanya saja, kau perlu tahu bahwa kau harus peduli. B...