Oh Sweetie, the pain doesn't fade. We just learn to cover it better.
***
"Lo nggak pulang bareng gue?"
Eh?
Tidak, ini sungguh aneh. Chandra yang dari kemarin tak membalas pesan yang ia kirim, Chandra yang mengacuhkannya tadi pagi, dan sekarang dengan mudah mengajak pulang bersama?! Gila!
"E-eh! Ng-nggak! Aku mau minta maaf!!"
Tak ada jawaban, hening. Rena yang sedari tadi di belakang Luna memperhatikan interaksi antara kedua manusia di hadapannya. Beni yang mengetahui bahwa Chandra akan menemui Luna hari ini juga telah pergi sejak tadi. Ini sangat canggung!
"A-aku beneran minta maaf kalau kemarin nyinggung kamu atau gimana, tapi aku nggak ada maksud sama sekali kok! Maaf kalau kesannya aku lancang aku janji aku-"
Penjelasan panjang kali lebar Luna terhenti saat kini Chandra hanya beberapa jengkal dari hadapannya. Dia bisa serangan jantung jika seperti ini terus!
"Lun, lo nggak sadar ya?"
"E-eh? Nggak sadar apa? Aku sadar kok aku sal-"
"Lun,"
Sial! Kini Chandra hampir mengikis jarak di antara mereka berdua. Luna menahan nafas hingga sesak rasanya.
"Ada cabe di gigi lo"
***
Eh?
Seketika terdengar gelak tawa yang begitu nyaring, dari Chandra. Luna terdiam di tempat ia berdiri. Apa yang lucu? Ia berbalik, Rena juga tertawa. Apa benar ada cabe di giginya? Akhirnya ia menghambur ke jendela kelas, memastikan dimana cabe itu tersangkut.
Nggak ada kok,
"Kenapa? Emang nggak ada, gue bercanda tadi" Chandra masih tertawa, begitu juga Rena.
Akhirnya Chandra bisa mengatur emosinya lagi, namun senyum nya tak pernah pudar. Melihat Luna yang masih berdiri di depannya dengan wajah sangat polos rasanya ingin tertawa lagi, tapi ia urungkan niat itu.
"Sorry-sorry. Gue cuman bercanda, lagian lo itu terlalu nganggap serius amat. Tenang, gue nggak marah kok, justru gue yang harusnya minta maaf" kini senyum itu berubah lagi, menjadi senyum yang sangat tulus.
"Kok malah kamu yang minta maaf?"
Bukannya kemarin aku yang bikin dia marah ya? Kok dia yang minta maaf? Jadi ini salah aku atau dia?
Chandra tersenyum lagi, lalu mendekat ke arah Luna. Matanya beralih ke arah Rena yang sedari tadi hanya memperhatikan mereka berdua. Oh, dia udah punya teman sekarang. Bagus deh.
"Gue kemarin terlalu emosi. Jadinya bentak-bentak lo nggak jelas gitu. Sorry banget ya"
Luna mencerna kalimat Chandra dengan seksama, kemudian mengangguk mengerti.
Setelah itu, mereka berpisah. Chandra pergi dengan motornya, Luna dengan Rena. Rena sedari tadi merenteti pertanyaan demi pertanyaan kepada Luna semenjak ia berdiri memperhatikan interaksi Chandra dan Luna.

KAMU SEDANG MEMBACA
CRAVE
Novela JuvenilDunia ini kejam, mungkin sebagian orang lebih kepada tak peduli, sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka tak pernah mau tahu tentang sisi gelap dunia. Tidak, kau tak perlu terjurumus kedalamnya. Hanya saja, kau perlu tahu bahwa kau harus peduli. B...