14

218 17 1
                                    

KAMAR Albert, tengah malam seusai pesta ulang tahuh ke tujuh belasnya.

Albert tampak segar setelah mandi, pesta ulang tahun ke tujuh belas yang tidak terbayangkan olehnya---sangat meriah dan menguras tenaga. Maklum, yang mempunyai hajat adalah Putera sekolah yang mau tidak mau sudah disukai seantero sekolah Greetel Senior High School.

Albert tampak mengeluh dengan semua kado yang bertumpuk di kamarnya saat ini. Belum semua, masih ada kamar tamu yang penuh dengan kado yang diberikan padanya.

Albert menjemur handuknya yang basah habis ia pakai mengeringkan rambutnya di jemuran yang terletak di balkon kamarnya. Lalu kembali masuk ke kamarnya, menutup pintu kaca.

"Lo nggak capek, Vi, bukain semua kado itu?" Si empunya pesta malah terlihat jengah dengan kado yang bertumpuk dimana-mana di kamarnya, berdiri tepat di depan pintu kaca yang baru saja ia tutup.

Levi mendongak sekilas melihat Albert, yang sekarang berjalan ke arahnya.

"Nope." Levi nyengir lebar. Ia masih sibuk membuka kado satu per satu. Mencoba menjadi sepupu yang baik dengan membukakan kado untuk sepupu tercinta, begitu kilahnya. Padahal, ia hanya ingin menambah ripuh keadaan kamar Albert.

Albert bercacak pinggang. Ribet dirasa keadaan kamarnya ini. Ia melihat ke sekeliling kamar, menyapu seluruh ruangan, dipenuhi kado yang bertumpuk sana sini.

Albert menurunkan tangannya dari pinggangnya, raut wajahnya terlihat tertarik dengan kado di atas ranjang tidurnya. Unik. Dibungkus dengan kertas kado bergambar pantai, sangat mendamaikan hati dan pikiran. Terlihat nyata, gambar tiga dimensi. Albert merasa lebih tenang, tidak mengeluh lagi dengan keadaan kamarnya yang sudah tidak tahu lagi seperti apa. Penyimpanan kado, mungkin.

Albert duduk di sisi ranjangnya, mengambil kado itu. Tidak terlalu besar, juga ringan.

Levi tersenyum melihat Albert mulai asik membuka bungkus kado.

"I thought you're not interesting." Levi tersenyum mengusili.

Albert melihat Levi sekilas. "Menurut gue, lo harus menambah berantakan lagi kamar gue," sindir Albert. Ia masih asik membuka bungkus kado yang sudah hampir semua terbuka.

Levi nyengir lebar. "With pleasure, my poor cousin!" Levi terkekeh pelan.

Albert menggeleng tidak percaya, tidak habis pikir. Tidak ada gunanya menyindir sepupunya satu ini, malah semakin menjadi-jadi. Entah dimana sepupunya ini sewaktu pemberian akal sehat.

Albert menyibakkan isi kado itu di udara, sebuah jaket boomber warna biru nevi, kesukaannya. Tidak terlalu banyak aksen, lebih terlihat mewah. Cepat-cepat ia berdiri untuk memakai jaket barunya ini, mungkin menjadi jaket favoritnya. Ini hadiah terbaik, menurutnya. Ia menyukainya, sangat menyukainya.

Saat sedang asik dengan jaket barunya, Albert seperti menginjak sesuatu. Ia merasakannya. Sebuah carik kertas berukuran kecil, tidak terlihat karena tersimpan di lipatan jaket itu. Terlebih, Albert sangat menyukainya hadianya ini.

Ia kemudian mengambil carik certas kecil itu. "Thank you for inviting me to your great birthday party. All I can only write to you is happy sweet seventeen, big boy," gumam Albert pelan, dahinya terlipat tipis.

"What a great gift! Isn't it?"

Levi memecah konsentrasi Albert yang sedang mencari siapa pengirim hadiahnya ini. Apakah dari kedua orang tuanya? Apakah dari Levi? Atau teman dekatnya? Isi kado ini kelewat sempurna, ia sungguh menyukainya.

Tanpa Albert sadari, Levi sudah mendekat padanya. Sepupu laki-lakinya itu tersenyum simpul. Raut wajah Albert seakan bertanya, "Siapa yang memberikan kado ini?" Ia hapal betul siapa Albert itu.

ALMICOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang